7. Kanvas

19 3 0
                                    


‼️ HAPPY READING ‼️

Keesokan harinya ketika jam istirahat, Bian dan teman-temannya sedang berbincang-bincang di kantin. Awalnya mereka membahas hal random, membahas tentang kehidupan hingga membahas masalah cewek.

"Lu pada tau si Chika anak IPS ga?" tanya Aska sambil membuka kulit kacang.

"Lah bukannya Chika anaknya Om Herman ya?" balas Naka yang mendapat lemparan kacang dari sahabatnya.

"Naka bangsat."

"Emang kenapa tu cewek?" tanya Vino. Untuk pertama kalinya Vino ikut membahas masalah cewek dengan teman-temannya. Biasanya laki-laki ini hanya diam menyimak obrolan mereka.

"Bodynya montok banget anjay. Kalo tu cewek masih jomblo, udah gue pepet dari lama," ucapan Aska mendapat tamparan kecil dari Naka.

"Sadar anjing, Chika pawangnya siapa! Kalo berani noh lawan si Gio depan kita," balas Naka sambil menunjuk meja paling pojok yang di duduki oleh Gio dan teman-temannya.

"Ga jadi, gue masih sayang tubuh gue."

"Ck. Cupu lo," kata Vino.

Bian sedari tadi menyimak obrolan mereka, namun seketika pandangannya beralih ke depan kantin. Di sana terlihat Inara seorang diri masuk ke dalam kantin.

Ketika gadis itu melewati mejanya, suasana yang tadinya asik sekarang berubah menjadi canggung. Bian tidak menyapa seperti hari-hari sebelumnya. Rasanya seperti sangat asing bagi keduanya.

"Sendirian aja, Ra." Naka bertanya ketika Inara tepat melewati meja mereka.

"Iya, yang lain udah pada makan," balas Inara sambil tersenyum.

"Mau gue temenin ga?" tanya Naka sambil melirik Bian yang berusaha mengalihkan pandangannya.

"Ga usah, Ka. Gue duluan ya," pamit Inara.

Setelah Inara pergi, suasana di meja itu menjadi sepi. Bian yang seolah-olah tidak peduli itu memainkan ponselnya tanpa melirik Inara sedikitpun.

"Sok cuek anjing," sindir Aska.

"Dia punya pacar," balas Bian sambil memasukkan ponselnya.

"Siapa?"

"Galen."

Teman-temannya seolah tidak percaya dengan ucapan Bian. Mereka sering melihat Galen dan Inara selalu ribut ketika bertemu. Tidak mungkin keduanya sedang menjalin hubungan kan?

***

Inara melirik arlojinya, sudah 15 menit Ia berdiri dibawah langit biru yang begitu indah dengan adanya awan putih membentuk benda-benda seperti di pikirannya. Sorot mata gadis itu terlihat sedang mencari keberadaan seseorang yang ingin Ia temui.

Selang beberapa menit Ia hanyut dalam lamunannya. Inara memikirkan bagaimana renggangnya interaksi antara dirinya dengan Bian. Ia masih belum paham, mengapa dengan sikap Bian.

"Ra." Lamunannya menghilang seketika saat ada yang menepuk pundaknya.

Inara menghela nafasnya sambil melirik kembali arlojinya. "Dari mana sih lo? Gue nunggu disini udah 30 menit!!" omel Inara.

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang