12. Sunset

31 3 1
                                    

‼️ HAPPY READING ‼️

Langit itu seperti warna, kadang terlihat cerah seperti harapan namun terlihat hitam pekat seperti sebuah kenyataan.

Memandangi matahari yang baru terbit adalah suatu hal yang paling manis. Cahayanya tampak seperti sebuah harapan yang baru terlukis.

Selama ini Bian merasa bahwa Ia mengambil jalan yang salah. Ia menyesal mengambil keputusan melalui egonya. Jujur saja sebenarnya tidak mudah menjalin hubungan dengan seseorang jika masih menyimpan rasa dengan orang lama. Tahun demi tahun Ia merasa nyaman dengan gadis itu, tapi apa? Semenjak ego menguasai dirinya, Ia kehilangan segalanya. Kehilangan rasa nyaman yang berujung sebuah keasingan.

Pagi ini dengan semangat dan harapan yang baru, Ia ingin memperbaiki semuanya.

Tidak ada yang terlambat jika kita mau berusaha.

Sambil memandangi matahari, Bian sibuk dengan ponselnya. Ia mencari kontak yang bertuliskan nama Inara. Setelah membuka room chat tersebut Bian tersadar bahwa notifikasi itu tidak pernah muncul lagi. Chat mereka sudah selesai sekitar satu bulan terakhir.

Bian menulis pesan untuk gadis itu.

Ina, lo sibuk?

Belum sempat mengirim, pesan itu di hapus kembali.

Gue mau ngomong sesuatu sama lo.

Lagi-lagi pesan itu Ia hapus.

Ina boleh ketemu?

Sama seperti sebelumnya, pesan itu di hapus dengan alasan yang tidak jelas.

Bian membaca kembali chat lama mereka.

Senang rasanya.

Namun Ia tidak menyangka bahwa semua itu hanya bagian kenangan dari mereka.

"Kalo di bandingin Inara sama Aluna, udah jelas Inara pemenangnya."

Apakah laki-laki itu tidak mengetahui bagaimana perasaan kekasihnya jika dirinya di banding-bandingan dengan wanita lain?

***

Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa kini jam sudah menunjukkan pukul sebelas.

Ketika Inara sedang bersantai di ruang tamu, muncul notifikasi dari layar ponselnya.

Ra, lagi di rumah ga?

Gadis itu bergumam. "Tumben ni monyet nanya ginian."

Mau ngapain lo?

Pesan tersebut langsung di baca oleh Galen. Namun sudah hampir lima menit menunggu, ternyata lelaki itu tak kunjung membalas pesannya.

Dari pagar rumah Inara, terlihat seorang lelaki sedang berdiri di sana. Karena menyadari ada tamu, Inara berlari untuk membuka pagar rumahnya.

Bertapa terkejutnya bahwa tamu yang di maksud adalah Galen.

Apa maksud kedatangan Galen di hari weekend ini?

Sudah hampir dua menit mereka beradu tatap disana.

"Lo ga nyuruh gue masuk?" tanya Galen.

"Eh monyet, ngapain kesini?" Inara malah bertanya balik kepada lelaki itu.

"Gue duluan yang nanya."

Inara tidak membalas percakapan itu lagi. Ia mempersilahkan Galen masuk ke dalam rumahnya.

Saat memasuki ruang tamu, di sana duduk sepasang suami istri yang sedang menonton acara TV.

Arjuna dan Ganitha, orang tua Inara.

ESTELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang