“Eh, kamu. Eh, gak. KALIAN! Bisa gak sih kenalan dulu sama DIAM terus jauhin tuh si KATA GOSIP. Nah, lalu sungkem sama DAMAI. NGERTI GAK!!” – Fian Castella.
***
Hubungan persahabatan Fian dan Dilan memang sedang renggang gegara hal-hal yang gak jelas terjadi, selebihnya pada sikap Dilan yang suka dingin, penyicilan bahkan menjauhi sahabatnya sendiri tanpa alasan.
Tak habis pekara cilor dan malor, sekarang beredar rumor tentang mereka berdua. Ntah dari siapa atau mana ketika banyak mulut yang berbicara bahkan berbisik tentang mereka berdua. Ada yang suka memfitnah, mengejek bahkan bilang kalo mereka itu cap premannya JB High School.
Tak lepas dari masalah ini terjadi, Pak Har dan Pak Wan pun kewalahan ketika kedua daun telinga mereka merasa panas mendengar gossip tentang langganan dua siswa BK yang sering di hukum.
“Duh, Pak Har. Ini gosip dari siapa sih? Panas kupingku!” kata Pak Wanto sambil menunjuk salah satu telinganya.
“Gak tau, Pak Wan. Kok bisa-bisanya dua anak itu kena gosip kayak gini,ya?” jawab Pak Har bingung sambil menutup daun telinganya.
“Fian itu gak peduli ya sama Dilan? Liat aja mereka udah kayak bukan teman lagi,” ujar salah satu siswa yang sedang lewat di hadapan dua guru yang sedang panik.
“Iya, padahal sahabat tapi kelakuan mereka norak banget.
Apalagi Dilan tau ini udah bukan lagi jaman edan, masih aja bawa sepeda buntut kayak gitu!” jawab temannya dengan mengejek Dilan yang bermaksud tentang motor vespa kuno-nya.
“Kalian berdua mau kemana!?” teriak Pak Wanto.
“Ya, ke kantinlah, Pak. Kemana lagi emang?” tanya salah satu murid tadi yang menggosipkan Fian dan Dilan.
“Awas aja kalo berani membicarakan Fian dan Dilan, Bapak akan hukum kalian berdua!” tegas Pak Wan kepada dua siswi tersebut.
Mereka bersikap acuh, tidak memperdulikan kata-kata Pak Wanto sehingga Guru BK itu merasa geram sendiri dan Pak Har berusaha menenangkan Pak Wan dengan mengajaknya ke ruang guru.
Sementara Fian dan Dilan sedang berada di tempat yang jauh dari kata-kata pergosipan.
Apakah mereka gak tau? No! Mereka udah tau tapi berusaha untuk menghindari hal-hal yang menganggu keduanya. Satu-satunya tempat yang paling aman adalah atap sekolah. Gak ada yang liat mereka berada di sana.
“Sampai kapan kayak gini?” tanya Fian mulai topik pembicaraan.
“Apanya yang kayak gini?” Dilan balik bertanya.
“Terus aja kamu dingin sama aku, toh aku juga gak–,”
“Nanti ada yang dengar. Aku juga lelah kayak gini,” bisik Dilan sambil mendekap mulut Fian.
“Ini lantai atas, eh salah! Ini atap sekolah, gak bakal ada yang ngdengerin kita di sini. Jadi, please jelasin ke aku apa sebabnya kamu sedingin ini sama aku. Dil, aku udah lama kenal kamu. So, apapun masalah yang terjadi, kita gak pernah sampe berlarut-larut lama kayak gini,” terang Fian meminta penjelasan sambil menyingkirkan tangan Dilan yang tadi menutup mulutnya.
Dilan diam sejenak, dia masih ragu untuk terbuka dengan Fian.
“Larut? Emangnya ini larut malam? Atau larutan deterjen? Dahlah, aku emang kayak gini. Kamu sendiri pun sudah paham dengan keadaanku,” jawab Dilan mengelak.
Fian mematung seakan dunia terasa pecah belah, belum pernah dia mendengar Dilan berbicara seperti itu. Fian tau kalo Dilan pasti bohong padanya.
“Gak, ini gak mungkin. Coba kamu itu bicara lebih jelas!” kata Fian tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas, Kita & Serpihan Cerita
RomanceFian Castella, seorang remaja SMA memiliki sifat introvert dan pendiam. Tak banyak orang tahu siapa sebenarnya Fian, tak terkecuali Dilan dan Hengki, dua sahabat Fian. Tetapi, Fian dan Dilan adalah anak yang sering suka bertengkar karena tidak suka...