"Cerita-cerita yang mempertemukan kita pada selembaran kertas, yang barangkali mampu menyembuhkan luka di hatiku."
***
Fian sudah berbeda.
Fian bukan lagi yang dulu.
Fian sekarang adalah pasukan geng motor.
Mendengar kalimat kata terakhir memang amat mengerikan, tapi tidak semengerikan apa yang dikira. Geng motor adalah wadah pelampiasan hati dan hidup Fian saat kebimbangannya dilanda terhadap cinta & persahabatan. Geng ini dikomploti oleh anak-anak muda dibawah umur, permasalahan-permasalahan hidup seperti broken home, patah hati bahkan diasingkan oleh keadaan dan orang-orang yang membenci kehidupan mereka tanpa sebab, mereka bertindak tanpa berpikir, tanpa memikirkan resiko yang mereka hadapi di jalanan bahkan keselamatan yang jauh lebih berharga.
Luka hati harusnya bukan begini atau depresi atau hal-hal yang semakin merasuk menjadi negatif. Tujuan hidup masih panjang, apalagi terbilang dalam usia yang masih amat belia. Kalang kabut menutupi hal-hal baik dan positif sehingga menjerumuskan diri ke jalan yang tidak benar.
Langkah Fian saat ini bukanlah hal yang baik, tidak pantas dilakukan maupun ditiru oleh anak-anak dibawah umur maupun usia remaja. Jika ingin hidupmu jauh lebih baik mending intropeksi diri, terbuka bahkan tidak mencelakai hidup sendiri. Ntah Fian punya caranya tersendiri, toh penyesalan juga datang belakangan yang belum bisa dirasakan oleh Fian yang sudah telanjur menelan kepahitan dari Dilan dan Hanna, juga tanpa sadar masih ada yang sayang dan peduli padanya. Fian terhalang kabut, dia mengabaikan hal-hal baik dari Hengki, Sisen, dan Asgraf.
Fian tidak takut jika Dilan memusuhi dirinya. Toh dari dulu memang selalu begitu. Kelam-kelam segelap pekatnya malam, dibutakan cinta, diabaikan sahabat dan merebut kembali satu hati seorang gadis berjiwa red flag sedingin es kutub selatan. Tantangan cinta yang begitu rumit, penolakan yang selalu menjalari Hanna pada Fian.
Hanna saja udah mulai bosan dengan Dilan, hari-hari selalu menempel pada dirinya. Kali ini, Hanna tetap menemani Acha dan malas mondar-mandir dari koridor sekolah, ke kantin saja sekarang bareng Acha. Fian hanya bisa menatap Hanna dari kejauhan walau hatinya tidak pernah sampai. Acha menyadari Fian melirik Hanna dari lantai dua, tapi Acha hanya diam saja dan meneruskan jalan bareng Hanna.
"Mungkin aku bukanlah yang terbaik buatmu, Han. Seberapa keras aku mencoba untuk menggapai hatimu, tapi tetap saja kamu menolakku."
Kalimat itu terlintas dalam ucapan Fian yang tidak sanggup lagi mendapatkan Hanna, namun dia teringat dengan gadis yang di jumpainya saat para anggota geng motor tengah berkumpul bersama. Gadis itu tampak berbeda, berambut pendek, lebih berani, dan tangguh dalam membawa motor.
"Tapi, siapa gadis kemarin itu? Ketua geng motor lagi," imbuhnya seraya memikirkan gadis yang baru saja dia jumpai.
Tatapan sayu itu membuat Fian harus berpikir lagi saat ingin jatuh cinta kembali. Pertemuan pertama adalah hal tabu baginya, sulit mengutarakan langsung, salah-salah dia akan ditolak lagi. Fian menunggu waktu untuk mengenali gadis baru itu dari salah satu pasukan geng motor.
Kali ini, Fian tidak berangkat ke sekolah dengan Dilan ataupun Hengki melainkan menaiki motor gede yang sempat membuat si Mbak di rumah ngomel-ngomel pagi tadi.
"Siapa dia, Fi?" tanya Mbak Pim dengan syok bukan main.
"Temen, Mbak. Dia baik kok cuma motornya aja gede."
"Ya Allah, Gusti. Kamu gak takut dimarahin sama guru di sekolah?" tanya Mbak Pimel.
"Marahin kenapa? Lagian'kan ini juga motor," balasnya ngeyel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas, Kita & Serpihan Cerita
Storie d'amoreFian Castella, seorang remaja SMA memiliki sifat introvert dan pendiam. Tak banyak orang tahu siapa sebenarnya Fian, tak terkecuali Dilan dan Hengki, dua sahabat Fian. Tetapi, Fian dan Dilan adalah anak yang sering suka bertengkar karena tidak suka...