Bab 27 WALAU HATI SEPATAH RANTING

2 0 0
                                    

"Aku tetap saja sama, tidak bisa berhenti ketika aku masih dengan perasaan yang sama."

***

Fian sedang berpikir dan tampak tidak senang, di rumahnya masih saja tetap rajin dengan membereskan keadaan rumah sehari-hari bahkan saat ini dia lebih sering mengikuti kegundahan hati dengan cara membersihkan rumah dan hal-hal lainnya walau itu semua membuatnya cepat lelah.

Dilan pun tak habis pikir, dia sempat ke rumah Fian namun tampaknya Fian tidak menyambut kehadirannya. Lalu, Dilan memilih untuk pulang saja. Percuma menemui Fian yang sikapnya kali ini hanya pekara soal percintaan.

"Emang seberapa hebatnya sih Hanna itu?" celoteh Dilan sambil mengendarai motornya.

Sepanjang perjalanan Dilan memikirkan Fian, sahabat yang baru saja baikan dan semakin dekat tapi lagi-lagi ada halangan yang menganggu persahabatan mereka berdua. Dilan memang dingin terhadap Fian, tapi saat ini Fian-lah ynag berbalik dingin padanya. Dilan sungguh tidak mengerti perasaan hati Fian yang sedang jatuh cinta. Dirinya sendiri saja ogah-ogahan kenal sama cewek yang mau mendekati dirinya.

"Lagian apa itu cinta? Memang bakal bisa sebahagia apa jika akan sudah punya anak nanti?" tambah Dilan dengan kerusuhan hatinya yang masih berat menerima keadaan yang dialami oleh dirinya saat ini. Dilan dingin, Dilan acuh tak acuh terkadang jika mengingat kedua orang tuanya saat mereka meninggalkan dirinya hanya demi sebuah pekerjaan di luar kota. Dilan masih kecewa soal hal tersebut walau mereka seseringkali menghubungi Dilan lewat sambungan telepon.

Dilan sampai di rumah dan si Mbok sedang pergi ke pasar. Boleh saja rasanya terkadang kecewa itu berat, tapi rindu memang lebih berat dari segala hal apapun. Hatinya tergerak pada kamar milik Papa dan Mama. Lagi-lagi Dilan memasuki kamar kedua orang tuanya. Dia duduk sambil menatap poto kedua orang tuanya, nyaris menangis. Dilan menahan kesedihannya, kali ini dia ingin merapikan sedikit kamar dari kedua orang tuanya.

Dilan merapikan meja rias, membuka laci yang lebih lebar dan tiba-tiba menemukan sesuatu di dalamnya.

"Ini apa, ya?" pikirnya heran sambil membolak-balikan benda berbentuk persegi panjang. Lalu, Dilan membukanya.

"Kaset tahun 1999?" Dilan penasaran meski kaset itu sudah berusia puluhan tahun, dia mencoba untuk membuka dan mencari tahu isi dari album kaset tersebut. Ada sebuah TV besar dan tempat CD memutarkan layar yang berbentuk bulat. Lantas dia menyalakan benda tersebut dan menyaksikannya dengan seksama.

Alangkah kagetnya Dilan yang melihat isi dari kisah kaset yang baru saja dia temukan. Ada Papa dan Mama yang sedang menyatakan cintanya terhadap hubungan mereka.

"Rutmika. Saya memang mencintai dalam abdi pada bangsa dan negara, tapi hati saya hanya memilih satu diantara seribu wanita yang ada di dunia. Ya, Rutmika. Saya cinta dengan kamu, seorang wanita yang datang menjadi teman abadi selamanya." Ucapan dari Mas Alif yang tak lain adalah Papa Dilan.

"Mas Alif, saya telah melihat banyak pengorbanan dan pertumpahan darah yang terjadi belakangan ini. Tapi, hati saya sangat sakit sebagai relawan yang melihat beberapa tentara yang sudah gugur, Mas! Maka, jika Mas Alif mengizinkan saya sebagai teman wanitamu maka saya rela apapun untuk Mas Alif agar tetap terjaga kapan dan dimana pun itu. Saya Rutmika Alatif juga mencintai seorang tentara yang baru saja terluka parah dan saya mengobati dengan sepenuh hati dari cinta saya kepada Mas Alif," balas Rutmika yang ternyata juga mencintai Mas Alif.

Keduanya saling berpelukan, begitu hangat dan meneduhkan hati. Senyum keduanya menjadi saksi bisu atas pernyataan kisah cinta yang sangat romantis dikala saat kesulitan terjadi. Dilan yang melihat itupun ikut melinangkan air mata.

Hal yang dirasakan Dilan adalah antara sedih, haru dan kekecewaannya pelan-pelan memudar bahkan Dilan juga melihat video hari pernikahanan Papa dan Mama yang digelar secara mewah dan berkesan ala-ala tentara di zaman itu.

Kertas, Kita & Serpihan CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang