“Barangkali kamu tidak tahu seberapa pahitnya masa-masa kelam yang mencekam, menemui luka, dan tertampar oleh kekecemasan yang berlebihan.”
***
Mungkin kamu tidak mempedulikan masa-masa kelam yang pernah terjadi, ya, tentu saja! Aku juga demikian. Overthinking ini tidak pernah sama sekali aku inginkan terjadi, tetapi tetap saja mengusik ketenangan diriku terhadap hal-hal yang membuatku cukup takut.
Takut? Ya, sangat takut. Meski aku adalah seorang lelaki remaja di masa saat ini, tolong ingatlah aku juga manusia yang memiliki kelemahan diri. Ingat bahwa di hidup ini tidak ada yang sempurna, pasti manusia ada gelap-terang, ada juga kuat-lemah.
Apa boleh hanya perempuan saja yang bisa menangis? Atau hanya perempuan saja yang merasa mentalnya down? Aku rasa tidak begitu, aku juga bisa seperti itu saat beberapa hal yang menimpa kehidupan, persahabatanku dengan Dilan.
Kami memang dikenal sebagai Tom and Jerry, tapi dibalik itu kami tidak bahagia.
Kalian pasti tidak mengerti bagaimana keadaan kami berdua sesungguhnya. Jika di jelaskan, tak mudah ditafsirkan. Aku minta pada kalian semua untuk bisa merenungkan diri terhadap sikap atau perilaku yang kalian perbuat dan tidak merugikan diri sendiri terhadap orang-orang disekitarmu.
Masa muda,ya? Memang kita pasti muda dan remaja dengan diliputi oleh berbagai ruang lingkup kejadian yang masuk ke dalam hidup kita, tanpa kita undang untuk dia hadir sebagai penghancur ataupun sekaligus mendamaikan suasana.
Di sini, di ruang yang begitu sunyi, aku meluapkan rasa takut, trauma dan luka pada masa-masa kelamku terhadap Dilan terdahulu.
Barangkali sulit bagimu untuk memahami, tapi Dilan bukanlah sahabatku yang jahat, hanya saja itulah sikapnya – suka dingin seperti es di kutub Utara. Selatannya mana? Hahahaha, mungkin Selatannya adalah aku!
Bercanda, guys. Gak kok, aku dan Dilan memiliki watak dan perilaku yang memang berbeda.
Begitupun kalian yang singgah di ruang hatiku yang tengah sendu dan kesepian. Tak hanya Dilan, beberapa orang banyak yang benci dan iri terhadap persahabatan kami berdua.
Ya, begitulah hal terberat yang kami berdua rasakan.
Jadi, saat dirimu sedang ingin marah, marahlah! Ketika dirimu ingin kecewa, kecewa saja.
Pun saat kau tengah ingin menangis, menangislah! Sebab gabungan dari semua hal itu adalah suatu kewajaran untuk melampiaskan emosionalmu.
Tapi, jangan terlalu lama karena itu tidak baik untukmu, carilah sahabat atau teman yang memang lebih sanggup menemani dan siap mendengarkan cerita keluh-kesahmu!
Fian menutup buku diary berjudul “Bestfriend” miliknya, hatinya cukup lega ketika bertuah bersama buku kesayangannya.
Di benak Fian masih ada Dilan yang amat dia pikirkan, semenjak semua masalah telah teratasi, kemunculan gadis bernama Chaznella di akun Monagram, cukup membuat Fian menerka-nerka dengan Hengki bahwa Dilan dengan gadis itu tengah pacaran, namun Dilan masih menutupi hal tersebut.
Fian menghela napas berat, bukan marah lagi justru dia amat merindukan Dilan, rindu akan semua kebersamaannya. Tapi, syukur ada Hengki yang selalu datang menemani dirinya. Hal yang dirasakan Fian tetap saja kurang tanpa ada Dilan.
Mbak Pim yang melihat pintu kamar Fian terbuka maka sang kakak datang menghampiri adiknya yang tampak sedang duduk di meja belajar.
“Lagi apa, Fian?” tanya sang kakak yang tiba-tiba muncul di belakang Fian.
“Mbak Pim?” kata Fian menyebut nama kakaknya.
“Iya, ini Mbak. Kamu lagi apa, belajarkah?” tanya Mbak Pim lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas, Kita & Serpihan Cerita
RomanceFian Castella, seorang remaja SMA memiliki sifat introvert dan pendiam. Tak banyak orang tahu siapa sebenarnya Fian, tak terkecuali Dilan dan Hengki, dua sahabat Fian. Tetapi, Fian dan Dilan adalah anak yang sering suka bertengkar karena tidak suka...