“Segala kerinduan memeluk dinginnya angin, menebarkan sang sarayu pada jiwa-jiwa yang meringkih pada masa yang tak berdosa dengan memisahkan kami oleh keadaaan tanpa aku raih melalui genggaman kasih sayang yang jauh disana.”
***
Puisi Fian menyiratkan rasa kerinduan yang dalam dengan kesedihan hatinya ketika kedua orang tuanya belum bisa kembali ke Jakarta.
Anak bungsu ini menelan kerinduan dalam penantian yang cukup lama.
Adanya Mbak Pim, orang tua Fian serasa sedikit terlupakan.
Rasa kasih sayang dan tugas seorang kakak yang begitu gigih dan bekerja keras untuk membiayai hidup mereka. Ya, keduanya memiliki sosok orang tua yang hebat dan luarbiasa dibalik kesunyian rumah besar yang mereka tempati.
Mbak Pim sendiri adalah sosok gadis mandiri di dalam keluarga, artinya dia bisa mengurus adik, dirinya, pekerjaan bahkan hatinya yang selalu tabah menanti jika kedua orang tuanya akan pulang ke rumah mereka.
Meski tugas orang tua mereka sebagai dokter dan perawat, tak lupa juga mentransfer uang melalui saldo milik mbak Pim untuk kehidupan mereka di Jakarta maka tak ada sedikit kekurangan yang mereka rasakan.
Apakah uang adalah atas segalanya? Tidak juga bagi Mbak Pim dan Fian, tak lengkap jika tanpa kehadiran sosok Alan dan Kamina. Siapa mereka berdua? Jelas, mereka adalah kedua orang tua dari Mbak Pim dan Fian.
Dr. Alan Castella Artaja, M. Kes yang bersanding dengan seorang wanita pujaan hatinya bernama Kamina Lastanti Castenna, M.Kep pada awal berjumpa saat KKN di sebuah rumah sakit swasta Jakarta.
Setelah lama menjalin hubungan, Alan dan Kamina pun resmi menikah dengan dianugerahi dua anak yang telah terlahir di dunia.
Fimella Ratna Castenna, putri pertama dari pasangan Alan dan Kamina. Semenjak Mbak Pim berusia 15 tahun, Mama mengandung Fian kemudian lahir pada tahun 2003, Fian Castella sebagai bungsu dari dua bersaudara.
Fian adalah bayi laki-laki yang paling disayang oleh kedua orang tuanya.
Tingkahnya sangat lucu sampai Mbak Pim yang gemas padanya memberikan Fian sebuah boneka ayam berwarna kuning.
“Fian, Mbak punya ini!” seru Mbak Pim yang begitu ceria bermain dengan adiknya, di sodorkannya boneka ayam kuning itu pada sang adik yang masih berusia 4 tahun.
Fian mengambil boneka itu, lalu memainkannya seperti menerbangkan pesawat, hingga dia mengambil ancang-ancang untuk melemparkan boneka ayam kuning itu hingga tergeletak tak jauh dari dirinya bersama Mbak Pim.
“Loh, kok di lempar bonekanya, Dik? Nanti Joyonya nangis,” tanya Mbak Pim dengan akting menangis. Fian hanya melongo, ikut bersedih seperti kakaknya.
“Jonyo adiknya Fian, ya, Mbak?” tanya anak kecil selugu Fian. Mbak Pim mengambil Joyo, lalu memeluk adiknya.
“Joyo! Bukan Jonyo, adikku sayang. Joyo itu udah kayak keluarga kita jadi adik ayam ini jangan kamu lempar-lempar lagi,ya? Biar Joyo bisa ceria nemenin Fian,” bujuk sang kakak seusia mereka pelukan.
Fian yang masih kecil pun mengiakan sang kakak, lalu memeluk Joyo erat-erat sampai Mbak Pim ketawa melihat tingkah gemas sang adik.
Mama datang dengan sebuah senyuman sambil menemani anak-anaknya bermain.
“Lagi apa tho seru sekali?” tanya sang Mama.
“Ini Fimel nemenin Fian sambil main dengan Joyo, Ma,” jawab sang Kakak.
“Oh, sama Joyo? Fian suka sama Joyo?” tanya sang Mama kepada si bungsu.
Fian mengangguk dengan semangat lalu berlari ke arah Mama dan mereka saling berpelukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas, Kita & Serpihan Cerita
RomanceFian Castella, seorang remaja SMA memiliki sifat introvert dan pendiam. Tak banyak orang tahu siapa sebenarnya Fian, tak terkecuali Dilan dan Hengki, dua sahabat Fian. Tetapi, Fian dan Dilan adalah anak yang sering suka bertengkar karena tidak suka...