"Terkadang lagi, hati itu suka bertindak sesukanya tanpa kita minta hingga ia bisa menyama-ratakan rasa yang menular dengan perihal perasaan satu dengan yang lainnya."
***
Barangkali Hanna sekarang sedang sibuk dengan Alvan yang seperti dipikirkan oleh Fian dalam tempo hari lalu dan cukup membuatnya merasa patah hati. Tidak ada teman bercerita bahkan bersandar dalam masalah hal yang seperti ini. Ya, kali kalo dia berani bercerita pada Mbak Pim, tapi urung saja karena dia tidak ingin si Mbak ikut campur urusan perihal tentang hati yang patah.
Segurat kata, dia lantunkan ke dalam diarinya untuk menceritakan tentang kisah sedih yang dia rasakan. Dilan pun sekarang agak menjauh dengannya begitupun Hnegki yang terlihat cuek dan tidak peduli. Siapa sangka kalau hal-hal seperti ini malah memperumit keadaan. Fian tidak menyangka bahwa dia kehilangan sahabat-sahabatnya.
Jikalau ada Mama, barangkali Mama bisa membantu Fian dalam menghadapi masalah dunia percintaan. Tapi, Mama pula yang sangat jauh terhadapnya begitupun dengan Papa. Fian benar-benar kesepian, diamuk oleh senyap yang membuatnya merasa amat kehilangan. Di satu sisi, hatinya masih ingin Hanna yang mengisi kekosongan itu tetapi Hanna tetap saja menolak hati Fian mentah-mentah.
Anak itu pun kini memandang bintang, ya sebagai kawan bisu yang menemani Fian. Bintang bercahaya itu tampak tidak kesepian seperti Fian, ada rembulan bahkan seribu bintang yang tidak bisa dipisahkan. Pelan-pelan dia merenungkan hal tersebut tapi lagi-lagi hatinya terjebak oleh dunia asmara. Duh, Fian, Fian. Emang seberapa tahannya sih kamu terhadap rasa sakit hati yang telah ditolak oleh Hanna? Kuat banget sih kamu, huhuhu ...
Kalau bukan Fian, barangkali kita akan menyerah untuk jatuh cinta kepada seseorang yang sudah menolak perasaan dan hati dari orang yang kita anggap sebagai awal kata 'crush'. Cinta pertama bisa mendatangkan bahagia bahkan sedih sekalipun jika cinta itu bisa diimbangi dengan selaras bukan saling berlawanan satu sama lain.
Cinta dari Fian selalu ditolak Hanna, hatinya amat kacau tapi Fian tetap saja ingin mengejar Hanna. Besar sekali ya kesetiaan hati Fian terhadap Hanna? Walau gadis jutek itu belum mengatakan iya atau tidak kepada Fian.
***
Barangkali saat ini Fian memang tidak tahu siapa itu Hanna, gadis itu sekarang sedang frustasi memikirkan dirinya yang terlalu disukai oleh Fian. Hanna tidak siap untuk hal seperti itu. Tidak mau ambil pusing, Hanna lebih memilih untuk shopping ke supermaket untuk berbelanja cemilan atau mungkin hal-hal yang jauh lebih disukai oleh Hanna.
Saat Hanna berbelanja, dia melihat ada anak laki-laki yang tampak sebaya dengannya. Dia menggunakan pakaian hitam, celana pendek dan penutup kepala jaket hoodie yang ditemani headset kecil di daun telinganya. Tapi, Hanna tidak yakin kalau saja itu Fian yang sedang berbelanja. Dia membuntuti orang tersebut ketika lelaki itu tengah mengambil satu minuman dan cemilan kecil. Hanna melihat orang tersebut juga mengambil permen coklat yang rasanya sangat milky sweet banget. Ah, tak mungkin Fian melakukan hal itu apalagi hari sudah gelap.
Lalu, Hanna pura-pura ikut mengambil permen lain disebelah anak laki-laki misterius tersebut. Sorot mata Hanna diam-diam meliriknya dari arah samping, karena dia merasa ada yang memperhatikan, maka anak itu menoleh ke arah Hanna. DILAN! Astaga, kaget banget saat dia menoleh ke arah Hanna yang juga kagetnya bukan main hingga permen yang diambil Hanna jatuh ke lantai. Dilan menatap sinis pada Hanna tapi dia membantu mengambilkan permen yang jatuh tadi ke lantai.
"Makanya kalo jadi orang gak usah jadi penguntit manalagi belanja di toko yang sama!" cetus Dilan sambil melepas satu headset di telinga kirinya.
"Idih amit-amit, siapa juga yang nguntutin elo?" Hanna mengelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kertas, Kita & Serpihan Cerita
RomanceFian Castella, seorang remaja SMA memiliki sifat introvert dan pendiam. Tak banyak orang tahu siapa sebenarnya Fian, tak terkecuali Dilan dan Hengki, dua sahabat Fian. Tetapi, Fian dan Dilan adalah anak yang sering suka bertengkar karena tidak suka...