Ketika dalam perjalanan pulang melewati gang-gang perkampungan.
Eno : aku salut padamu, San. Kau berani membungkam mereka.
Santi : aku marah sama mereka. Omongannya itu loh, menyakitkan sekali. Apa salahnya sih kita culun dan cupu. Apa mereka pikir kita tak punya hati? Mentang-mentang geng paling ditakuti sesekolah saja bisa bicara seenak jidat.
Eno : andai keberanianmu ini bisa kau tunjukan pada ibu sambung mu itu. Pasti dia tidak berani macam-macam.
Santi canggung. Bertahun-tahun tinggal satu atap dengan istri simpanan sang ayah, sulit baginya untuk bertindak berani, sebab wasiat mendiang ibunya ia harus menghormati dan menurut pada Lulu.
Santi : jika aku melakukan itu, aku akan melukai ibu di alam sana.
Eno : ya udah, jadilah anak yang baik untuk selamanya.
Santi tersenyum simpul.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Rumahnya sudah terlihat. Santi tak perlu merasakan lelah sepanjang gang dengan menuntun sepeda lagi. Ia berlari kecil ingin segera rebahan sambil nyalakan kipas angin. Namun, waktu ia akan membuka pagar halaman. Seseorang memanggil dengan suara suitan.
Santi menoleh dan melihat cowok berkemeja kotak-kotak berdiri dibalik pagar rumah.
Santi : kau memanggilku?
Cowok itu mengangguk.
Santi : ada apa?
Nicky : rumah pak erte di mana?
Santi : pak erte?
Nicky : ya.
Santi : oh, rumahnya ada diujung gang, rumah tingkat bercat hijau ketupat.
Nicky : trims, ngomong-ngomong aku Nicky, kau siapa?
Santi menduga bahwa cowok ini adalah penumpang pickup yang berhenti di rumah seberang tadi pagi. Duganya itu bertambah jelas begitu tau rumah yang dimaksud adalah tempat cowok itu berada saat ini. Jadi, dia adalah tetangga baru.
Sebelum Santi menjawab pertanyaan Nicky. Deru motor Silvia keburu memutus percakapan.
Silvia : cepet bukain kak. Panas nih.
Santi : ok, ok.
Gadis itu membuka lebar pintu pagar agar Silvia dan dirinya bisa masuk.
Sayang sekali, kesempatan menjawab pertanyaan itu, harus terpotong. Karena Silvia ngomel mengenai cuaca.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Sore hari. Santi menjalani rutinitasnya mengiris berbagai jenis sayur dan bawang untuk makan malam. Sementara itu Silvia enak-enakan duduk nonton tivi sambil main ponsel.
Bu Lulu : jadi perempuan itu harus tahu dapur. Biar kalo udah menikah kagak kagok.
Santi ingin protes. Tapi, diurungkan mengingat sifat pilih kasih sang ibu yang terang-terangan.
Bu Lulu : kamu itu ya, meski udah besar tetep harus waspada sama laki-laki. Kamu tau kan banyak kasus pemerkosaan di tivi. Salah satu penyebab hal itu bisa terjadi karena perempuan sekarang berani, genit dan dandannya berlebihan. Aku sebagai ibu mu melarang kamu memakai baju minim, dandan menor atau genit pada laki-laki. Kamu harus mengurangi interaksi pada mereka. Kamu dengar nasehat ku, kan?
Sekali lagi, larangan keras seperti itu hanya berlaku pada Santi. Bukan pada Silvia. Kadang Santi jengah dengar nasehat kebaikan seperti itu, namun gagal diikuti oleh darah dagingnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Plis, Hargai Aku (TAMAT)
Teen FictionSanti gak sengaja menyinggung cowok paling trouble maker di sekolah. Akibatnya dia selalu di bully cowok itu. Namun, suatu ketika Santi menyelamatkan cowok itu dan mulai mengubah cara berpikir si cowok. Disamping itu hadir juga cowok yang yang butuh...