💋

2 0 0
                                    

Sebagai pria sejati, Rasta memberanikan diri bertamu ke rumah Santi. Ia penasaran dengan keadaan yang dialami Santi dengan keluarganya.

Bu Lulu : silakan duduk, nak.

Ramah tamah.

Rasta : ya, terimakasih Tante.

Rasta melihat sekeliling diantara foto-foto keluarga yang menempel di dinding. Sepanjang banyak figura terpasang, tak satupun memperlihatkan potret Santi masa kecil maupun sekarang.

Bu Lulu : Tante panggil Silvia dulu ya, nak.

Rasta : Silvia?

Bingung, sebab kedatangannya kemari untuk menemui Santi.

Bu Lulu : anak ganteng kaya kamu, pasti cari Silvia.

Rasta : maaf Tante, saya gak kenal Silvia.

Bu Lulu : gak kenal Silvia? Maksudnya apa?

Rasta : saya kesini mau bertemu Santi.

Bu Lulu : apa? Santi? Tidak salah?!

Rasta : saya cuma kenal Santi, Tante.

Bu Lulu : dimana-mana orang juga tau, dibanding Santi, Silvia paling cantik di sini. Bisa-bisanya kamu gak kenal anakku. Malah kenal si buruk rupa itu. Mata kamu perlu diperiksa.

Rasta : Tante, saya kemari baik-baik mau ketemu Santi. Kenapa Tante sewot begitu?

Bu Lulu : aku gak sewot, aku cuma kasian aja sama kamu yang masih muda sudah rabun. Gak bisa bedain mana bunga mawar mana bunga bangkai.

Rasta : Tante, intinya sekarang, Santi ada atau enggak di rumah?

Mulai jengkel dengan sikap ibu Santi yang gencar sekali merendahkan anaknya sendiri. Dari sini Rasta mulai tau kenapa Santi tampak begitu menderita.

Bu Lulu : dasar tidak sopan, berani sekali bicara nada tinggi didepan orang tua. Apa di sekolah tidak diajari tata Krama?

Rasta : saya sudah berusaha sopan ke Tante. Tante saja yang mudah tersinggung.

Bu Lulu : malah nyalain orang tua. kau dan anak itu memang sama, untung saja tidak kenal Silvia, kalo Silvia sampai punya teman seperti mu, aku gak bakal ngizinin.

Rasta : terserah Tante saja, pokoknya aku mau ketemu Santi.

Bu Lulu : dasar bocah kurang ajar.

Menghentakkan kaki kemudian pergi ke dalam. Kemarahan dalam hati kian membuncah begitu tau kalo anak sambungnya itu diam-diam dekat dengan seorang pemuda tampan seperti Rasta. Ia tak terima sebab nasib Santi lebih beruntung daripada putri kandung sendiri.

Ketika sampai didepan pintu kamar Santi. Wanita paruh baya itu menyelonong masuk tanpa permisi.

Bu Lulu : kau sekarang sudah berani ya, bawa-bawa pria ke rumah ini. Masih kecil tuh harusnya mikir sekolah, bukannya cinta-cintaan.

Santi yang sedang membaca buku langsung menegakkan posisi duduk. Ia terkejut dengan tuduhan ibunya.

Bu Lulu : bukankah aku sudah puluhan kali bilang, kau dilarang dekat-dekat cowok. Kenapa sekarang malah ngundang ke rumah ini? Apa sengaja mau pamer, hah?! Mau permalukan Silvia!

Sungguh Santi tidak mengerti omongan ibunya.

Santi : ibu, siapa yang mau permalukan Silvia?

Bu Lulu : masih mengelak? Dasar anak kurang ajar.

Santi : aku tidak mengerti yang ibu maksud?

Bu Lulu : jangan pura-pura bodoh. Cowok di ruang tamu itu, pasti kau yang ngundang kan?

Plis, Hargai Aku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang