💜

4 0 0
                                    

Entah mengapa dengar ucapan Rasta barusan bulu kuduk Santi meremang. Ia tak biasa dengan omongan baik dari mulut cowok itu.

Rasta : malah bengong lagi. Ayok.

Cowok itu menarik sepeda Santi dan menaikan ke bak pickup miliknya.

Santi mematung melihat tingkah Rasta.

Rasta : naik, cepat naik.

Perintah cowok itu pada Santi. Berharap cewek dekil itu naik pickup bersamanya.

Rasta : kau gak bisa bicara ya. Dari tadi diam aja.

Santi : aku..

Rasta : cepat naik, lelet banget sih.

Karena tak sabar, Rasta lalu menarik tangan Santi supaya naik pickup dengannya.

Dan mereka pun duduk bersebelahan dalam pickup. Rasta tampak canggung sementara Santi gugup tak mengerti kemauan cowok di sampingnya.

Rasta : kenapa kayak patung gitu? Belum pernah naik kendaraan roda empat ya?

Meledek.

Santi diam.

Rasta : emang wajar sih, kau kan emang dari keluarga kalangan bawah.

Santi mau tutup telinga. Tapi, ucapan Rasta yang menusuk terus mengusik hatinya.

Rasta : mumpung aku sedang baik hati, kau boleh kok numpang pickup ku kalo pulang sekolah.

Santi : tidak perlu. Aku bisa jalan kaki.

Nada suaranya datar.

Rasta : rumahmu tuh jauh. Jalan kaki bisa-bisa kau malam baru sampai rumah.

Santi : tidak masalah.

Ketika Rasta menjalankan laju pickup. Santi melihat keluar kaca. Ia masih tak mengerti mengapa cowok itu mau mengajaknya dan memperbaiki sepeda setelah sengaja di tabrak.

Meski omongannya masih pedas, tapi sikapnya agak beda.

Rasta : kau tuh keras kepala sekali ya.

Santi : aku tidak keras kepala.. aku hanya mengikuti ucapan mu.

Rasta mengernyit.

Rasta : mengikuti omonganku yang mana?

Santi : malam itu saat kau memperingati ku.

Kepalanya menunduk.

Bagai disiram es. Hati Rasta sangat ngilu.

Malam saat acara sekolah tempo hari. Dia memang ingin membalas  Santi sebab mengabaikannya saat di pasar kala membeli perlengkapan acara itu.

Entah mengapa saat itu Rasta sakit hati begitu Santi menjawab perkataannya dengan kalimat 'ngomong ama tangan'.

Dan siapa nyana aksinya malam itu membuat Santi ketakutan dan makin menghindari nya.

Rasta sepenuhnya salah dan makin bertambah menyesal ketika Santi menyelematkan nyawanya dari kejaran lawan kala tawuran kemarin hari.

Rasta : kau masih mengingat malam itu.

Santi : tidak pernah ku lupakan.

Rasta menghela berat.

Rasta : kau membenciku?

Santi diam. Dikatakan benci, ia memang tak bisa memaafkan aksi cowok itu padanya. Dibilang tak benci, omongan serta sikapnya yang kasar, sama sekali tak menunjukkan kenyamanan.

Santi : entahlah, aku hanya tidak mau berurusan dengan mu.

Giliran Rasta yang diam.

Penyebab Santi seperti itu adalah dirinya. Dia tidak bisa menyangkal perempuan mana pun tak akan mau jika diperlakukan buruk begitu.

Plis, Hargai Aku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang