🖤

4 0 0
                                    

Santi mengayuh sepeda ngontai karena merasa enggan tiba di rumah lebih awal. Perkataan ibu serta adiknya saat memarahi tadi pagi masih segar diingatan. Meski ia berhasil memperkecil skala kesedihan. Tapi, ia manusia biasa yang selalu dihinggapi perasaan ketar-ketir akan omongan serta sikap mereka.

Rasta yang naik motor, melambatkan laju mesin demi melihat Santi pulang dengan selamat. Entah kenapa melihat cewek itu bersedih hatinya jadi tak tenang. Ia takut terjadi sesuatu padanya.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Silvia pulang dengan keadaan hancur. Air mata tak hentinya mengalir, mengisyaratkan suasana hati yang menderita.

Didepan pagar rumahnya. Silvia tak kuasa masuk. Rasanya ia ingin mengakhiri hidup.

Silvia : aku tak bisa menerima keadaan seperti ini. Aku tak sanggup.

Pandangan Silvia tertuju pada ujung paku yang kebetulan mencuat dari kayu pagar rumahnya. Tanpa berpikir lama, ia segera menancapkan urat nadi pada ujung paku itu dan berhasil dicegah oleh seseorang yang kebetulan melihat ulahnya.

Nicky : apa yang akan kau lakukan?

Menggenggam erat tangan Silvia.

Silvia : lepaskan, jangan ikut campur.

Berontak melepaskan diri dari genggaman Nicky.

Nicky : bagaimana aku tidak ikut campur. Kau akan melukai dirimu sendiri.

Silvia : lepaskan aku. Jangan sok perhatian..

Nicky : manusia diciptakan untuk saling memperhatikan. Karena dari situlah timbul rasa kasih sayang dan juga belas kasih. Jika aku tidak mencegah mu, kau pasti akan membuat orang lain kebingungan dan juga sedih.

Benar, Silvia tersadar.

Nicky perlahan melepas genggaman setelah melihat reaksi Silvia lunak.

Nicky : siapa nama mu? Aku Nick.

Silvia menatap Nicky seksama. Cowok didepannya ini sangat berbeda dengan David.

Silvia : Silvia.

Nicky : ok, Silvia. Jangan lakukan itu lagi ya. Kasihan keluarga mu.

Silvia : trims telah mengingatkan.

Nicky : ngomong-ngomong rumahku di sana.

Menunjuk rumahnya.

Nicky : kau bisa mampir kapanpun kau mau.

Silvia : apa boleh cewek seperti ku jadi temanmu?

Nicky : memangnya kenapa?

Silvia : aku.. aku..

Nicky : aku tak pernah milih-milih teman, siapapun dan apapun keadaannya aku selalu welcome.

Silvia : thank, Nick. Kau bagai oase bagi ku.

Ada setitik harapan dalam hidup Silvia. Nick, cowok itu diharapkan bisa jadi panutan yang baik.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Di ruang tamu kala berkumpul antara anggota keluarga.

Bu Jia : bagaimana? Apa sudah mendingan?

Nicky : ya agak mendingan Bu, setelah minum obat dari Yuli.

Bu Jia : kenapa kamu selalu seperti itu sih, Nick? Setelah memikirkan Santi yang sedang bermasalah kau tiba-tiba drop. Apa sesuka itu kau padanya?

Nicky : aku masih belum bisa menemuinya, Bu. Terakhir aku lihat dia seperti tertekan setelah berdebat dengan adiknya. Dia menangis sedih. Aku ingin menenangkannya tapi tubuhku mengekang.

Plis, Hargai Aku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang