Ancaman

202 25 3
                                    

"BRENGSEK!"

"Di mana gadis itu!" Naoya menatap Nanami yang sudah terduduk lemas di kursi. Wajahnya penuh luka lebam, sudut bibirnya terkoyak dan mengeluarkan darah segar.

"Berhenti menyembunyikannya dariku Kento!" Teriak Naoya gusar.

"Untuk apa aku menculik putriku sendiri bodoh." Bibirnya masih bisa melawan, padahal bisa jadi Naoya membunuhnya sekarang juga.

"Jadi dia di mana?!" Naoya sudah seperti orang gila. Kalau Nobara hilang, bagaimana dia bisa menjalankan rencana untuk membuat Maki tunduk. Cuma gadis itu yang bisa mengalahkan kekuasaan Maki sekarang ini. Bagaimana pun dia harus menemukan Nobara hidup-hidup.

"Aniki!" Panggil seorang bawahannya.

"Aku punya rencana untuk membuatnya keluar dari persembunyian."

"Apa kau yakin?" Si bawahan menunjukkan  sebuah foto yang menampakkan Nobara lalu mengatakan rencananya. Naoya menyeringai puas, sedangkan Nanami dipenuhi perasaan berkecamuk. Dia tidak tau bagaimana orang-orang ini bisa menemukan Nobara.

.
.
.

Sudah hampir dua minggu Nobara tak pernah menunjukkan atensinya pada publik. Kamar khusus di mansion asosiasi adalah tempatnya menutup diri dari keramaian dunia. Tak ada yang mengetahui keberadaannya selain Inumaki. Nobara memang sudah lelah melibatkan orang lain lagi ke dalam masalahnya.

"Bagaimana kalau dia memberontak?" Manik kristal itu menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Si lawan bicara melirik ke bawah, alisnya ditekuk lantaran bingung mau menjawab apa.

"Sudah jelas dia akan jadi ancaman bagi kalian para alpha." Serunya dengan nada mencibir.

"Itu alasan Naoya selalu mengincarnya selama ini?" Gojo mengangguk tanpa mengatakan apapun.

Dari awal Gojo sudah menitah Maki untuk tidak pernah melibatkan Nobara dengan urusan keluarganya. Sebagai seorang enigma, dia benar-benar harus melindungi kesetaraan alpha, beta dan omega.

"Dia mau tahta, dia mau wilayah, dia mau penggangu lenyap." Nadanya berubah dingin, tatapan mengintimidasi itu adalah tanda bila seorang enigma tak suka dengan situasi saat ini.

"Jadi selama ini Anda tau semuanya?"

"Kau pikir untuk apa aku jadi wali nikahnya?" Si lawan bicara meneguk ludahnya kasar. Perseteruan dua klan yakuza ini bukanlah hal biasa, kalau tau dari awal mungkin saja dia tak ada berani menikahkan Nobara dengan Maki.

"Untungnya belum ada yang mengetahui hal ini selain Naoya." Lanjut Gojo lagi.

"Tapi yang mengetahuinya adalah final boss." Sindir Inumaki. Gojo tertawa mendengar ujaran tersebut.

"Kita hanya menunggu waktu sampai saatnya tiba." Si pemuda mengangguk mantap, tak ada cara lain selain melakukan hal bodoh ini.

Suara pintu diketuk tiga kali, tak lama menampakkan seseorang yang muncul dari balik pintu. Kepalanya celingak-celinguk memperhatikan dua orang yang sedang berdiskusi.

"Aku boleh masuk?" Tanya Nobara sopan. Gojo dan Inumaki mengangguk. Gadis itu berjalan menghampiri mereka tanpa rasa ragu.

"Kalian bahas keluargaku ya?" Inumaki tak menjawab sedangkan Gojo hanya tersenyum simpul.

"Menurutmu?"

"Tidak. Aku udah kenal Gojo-sensei lama, mana mungkin kau mencemaskan orang begitu mudahnya." Cibir Nobara. Keduanya tertawa, beda lagi dengan Inumaki yang terlihat sangat tegang dengan kehadiran Nobara.

"Aku tau kok sebenarnya Kak Inumaki itu bawahan setia ayah." Kepalanya ia miringkan kala menatap Inumaki, helaian surai kecoklatan itu menutupi sebagian wajah cantiknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang