Mencari Hal Baru

332 37 10
                                    


Kelopak matanya tertutup, angin berhembus menerbangkan beberapa helaian rambut kecoklatan Nobara. Duduk di bawah pohon sembari menikmati suasana siang ini.

"Mau sampai kapan duduk di sini?" Tanya sang teman. Nobara menoleh, bibirnya tersenyum tipis.

"Hehe." Cuma itu jawaban yang bisa Nobara berikan.

"Kalau ada masalah cerita padaku." Nobara menatap Sukuna yang penasaran, mantan alphanya ini begitu baik, dia rela menemani Nobara duduk di taman sendirian, padahal tadinya Sukuna cuma lewat.

"Aku bingung."

"Kenapa?"

"Tidak tau. Tapi, aku punya janji dengan seseorang selama 3 hari, tapi dia malah pergi ke luar negeri." Sukuna mengernyitkan alis.

Bodoh jika dia tidak tau siapa yang Nobara maksud. Sudah jelas Nobara sedang sedih karena Maki tak menepati janjinya.

"Tidak biasanya murung karena orang lain." Sindir Sukuna, Nobara memicing, Sukuna itu terkadang memang sok tau tentangnya.

"Sok tau." Sukuna tertawa dibuatnya. Mana mungkin dia salah, walaupun hanya sebentar tapi Sukuna sangat tau.

"Jadi, apa yang membuatmu kecewa?"

"Tadi 'kan sudah kubilang." Rengek Nobara.

"Kau kecewa karena dia melanggar janji. Atau kecewa karena dia tidak berada di sampingmu?" Nobara termangu mendengar ucapan Sukuna barusan.

Nobara tidak tau, sudah jelas mereka belum kenal dekat tapi Nobara merasa Maki bukanlah orang asing baginya. Seolah-olah Maki sudah mengenal baik dirinya dan begitu pula sebaliknya.

Apa yang Sukuna katakan ada benarnya, selama ini Nobara begitu pemilih. Bahkan mate-nya saja dia tolak mentah-mentah. Namun dengan Maki rasanya berbeda, Nobara merasa aman dan nyaman saat bersama alpha wanita itu.

"Kau mulai menyukainya?"

"T-tidak! Pernikahan kami cuma kontrak." Elak Nobara lagi.

"Kemarin ada yang bilang tidak mau pisah apapun yang terjadi." Sukuna berujar dengan nada mengejek. Alis Nobara menekuk kesal, pipinya ia gembungkan sembari menatap tidak terima.

"Diam."

"Aku mau masak apa untuknya hari ini ya, Sukuna. Seminggu yang lalu ada yang bilang begitu padaku." Sambung Sukuna.

"Diaaam!" Wajah Nobara memerah, ia sangat malu lantaran Sukuna terus saja menggoda dirinya. Sebelum Maki pergi ke Italia seminggu yang lalu, Nobara sempat bercerita banyak pada Sukuna.

"Coba bicara padanya, kau tau betul rasanya kesepian itu bagaimana." Nobara paham maksud ucapan barusan, selama ini Maki tak memiliki cukup banyak waktu untuknya. Tapi Nobara juga tau kalau wanita itu memiliki banyak pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan begitu saja.

"Jangan sedih begitu." Sukuna mengusak surai Nobara lembut. Mungkin Sukuna ada benarnya, hubungan mereka bukanlah suatu permainan saja, Nobara ingat bagaimana Maki selalu memperlakukan dirinya seperti selayaknya seorang istri, bukan orang asing. Setelah Maki pulang nanti, Nobara harus membicarakan ini padanya.

"Akan kucoba."

.
.
.

"Terima kasih tumpangnya." Nobara melambai saat mobil Sukuna menjauh. Setelah bercerita panjang lebar, tak terasa hari sudah gelap. Mau tidak mau Sukuna mengantar Nobara pulang, Sukuna memang selalu berprilaku baik begini padanya, namun bukan berarti pria itu akan kembali mengambil Nobara dari Maki.

Dengan perasaan malas Nobara masuk ke apartemen, ia membaringkan tubuh di kasur seraya menatap langit-langit kosong.

Sendirian lagi.

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang