Langkah Selanjutnya

165 23 2
                                    

Omega itu sangat mudah dipengaruhi.

Cinta dan kasih sayang yang begitu lembut terkadang bisa membuatnya lupa dendam akan yang begitu menumpuk.

Kalau sudah terbiasa dengan luka, mengapa masih mencari luka baru?

Ibu pergi karena Ayah.

Menikah dengan Kak Maki juga karena Ayah.

"Kau hanyalah omega lemah, kehadiranmu juga tidak pernah diharapkan."

Nobara membuka mata dengan napas yang memburu, tenggorokannya terasa kering, keringat bercucuran dipelipis, matanya membulat memandang langit-langit kamar.

Lagi-lagi mimpi buruk.

Dengan rasa malas dia duduk menatap kosong. Surai berantakan dan wajah kacau khas bangun tidur adalah hal pertama yang ia lihat dipantulan cermin.

"Hm?" Nobara mencium aroma makanan lezat dari arah dapur. Kakinya mulai bergerak mencari aroma lezat ini. Dilihatnya dapur, kemudian melirik meja makan yang sudah tersedia makanan.

Dengan piyama kebesaran miliknya Nobara hanya menatap keheranan. Siapa yang datang ke apartemennya pagi-pagi begini?

Hidangan telah tersaji namun tak ada seorang pun disana. Nobara melirik sekitar ruangan guna mencari keberadaan seseorang.

Saat ia ingin membuka pintu kamar Maki si pemilik kamar sudah menarik kenop pintu lebih dulu. Menampilkan aroma segar sehabis mandi dan rambut yang basah.

Nobara tertegun, begitu pula dengan Maki.

"Kak Maki, kapan pulangnya?"

"Baru bangun?" Bukannya menjelaskan, Maki malah balik bertanya.

"Eum." Balasnya. Nobara kembali ke meja makan, duduk manis sembari menatap makanan lezat yang sudah Maki sediakan. Nobara tidak makan, hanya menatap tanpa mengatakan apapun.

Canggung.

Sudah pasti.

Maki juga tahu itu.

"Nobara."

"Kak Maki." Sahut keduanya bersamaan. Iris oranye Nobara menatap heran, sedangkan Maki menunggu perkataan apa yang akan keluar dari mulut Nobara.

"Kau duluan." Nobara meremat ujung bajunya, matanya jadi enggan menatap wajah Maki.

Sebenarnya ini juga perihal pertemuannya dengan Naoya kemarin. Setelah dipikir-pikir, hampir semua perkataan Naoya ada benarnya.

"Kenapa melamun?" Kala menoleh iris hazel itu sudah berjarak sepuluh senti dari wajahnya. Dengan cepat Nobara memalingkan wajahnya.

'Sial, sial, sial.' Batin Nobara panik.

"Kau baik-baik saja-" Pada saat tangan Maki ingin menyentuh dahinya, Nobara langsung menepis tangan Maki tanpa sadar. "M-maaf, aku ada jadwal periksa hari ini, jadi harus buru-buru. Kak Maki bisa sarapan sendiri." Nobara melesat pergi dari Maki yang termenung.

Nobara tidak berbohong, hari ini memang ada jadwal cek ke dokter untuk kesehatannya sebagai omega. Tapi yang tak Maki mengerti adalah sikap Nobara, dulu dirinya memang terbiasa ditolak, tapi entah kenapa kali ini terasa agak sakit dari biasanya.

.
.
.

Nobara melangkah malas memasuki mansion pria yang menjadi wali nikahnya. Langkahnya terhenti saat menyadari ada seekor kucing putih yang bersandar pada pot bunga. Nobara sedikit membungkuk, memajukan tangannya seraya mengelus tubuh si kucing.

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang