Jalan Keluar

151 20 3
                                    

Nobara duduk termenung di dalam kereta, sudah hampir setahun ia menikah, tapi semuanya terasa sangat kacau. Nobara cuma ingin hidup seperti orang normal, tanpa perselisihan dan perebutan klan. Memangnya apa yang mereka dapat dari perselisihan ini? Zaman sudah berubah, bahkan kau sudah tak perlu menikah dengan mate. Semua sudah berubah banyak.

"Hahh."

"Anda sendirian?" Nobara terkejut, Riko tersenyum manis sambil melambai. Wajah ceria gadis itu membuat Nobara lupa dendam masalahnya.

"Sudah kubilang jangan kaku begitu." Riko hanya mengangguk, surai poninya dia sibak kebelakang telinga.

"Baru pulang sekolah?" Riko mengangguk cepat, sebuah kebetulan bisa bertemu dengan Nobara di sini. Sebenarnya ada hal yang ingin ia tanyakan juga.

"Kak Nobara ada waktu? Ada yang mau kutanyakan."

"Kita mau ke mana?" Tanya Nobara girang, tanpa berpikir panjang Nobara langsung menyetujui. Belakangan ini dirinya benar-benar merasa kesepian, selama Miwa cuti tak ada orang yang bisa ia ajak bicara.

Akhirnya mereka tiba di kafe, Riko merekomendasikan kafe ini sebagai tempat pelariannya. Awalnya Nobara sempat bingung, tapi setelah melihat suasana tenang kafe, membuat Nobara merasa aman dan nyaman.

"Tempat ini menarik." Keduanya duduk di salah satu meja, kafe bernuansa bunga matahari ini sangat menarik minat Nobara. Kue yang enak dan segelas kopi yang membuat dirinya menjadi rileks lagi.

"Kak Nobara." Yang dipanggil hanya menatap, Nobara tau kalau anak ini sedang terganggu dengan suatu hal.

"Aku baru tau kalau kakak adalah omega spesial. Aku tadi melihat Kak Nobara bicara dengan ketua asosiasi." Riko berujar dengan hati-hati, takut salah bicara bisa menyakiti perasaan orang lain.

"Maksudmu si gila itu? Hahaha dia guruku SMA-ku dulu." Balas Nobara dengan tawa nyaring.

"Dia sudah bilang ya?" Riko menggeleng.

"Aku bertanya pada Nona Shoko, setelah Kak Nobara keluar."

"Riko ada di sana?"

"Aku tinggal di sana Kak." Nobara melotot kaget, tak lama ia tersenyum simpul.

"Guru keparat." Gumam Nobara. Jelas dia tau kalau anak ini sudah jadi tumbal Gojo Satoru. Nobara memejamkan mata sejenak, mengatur napas agar tak termakan emosi kesal lalu memberikan tatapan teduh pada Riko.

"Jadi apa yang mau kau bicarakan?" Nadanya berubah lembut dan sopan. Riko tidak terbiasa, ia meneguk ludah kasar sembari menatap canggung.

"Kenapa kakak dibilang spesial?"

"Spesial ya? Yah ... aku juga sebenarnya tidak mengerti banyak. Tapi, aku bisa mengontrol feromonku sampai tak tercium orang lain, tenagaku juga sekuat alpha pada umumnya dan banyak lagi."

"Bagaimana bisa?" Nobara menggeleng sembari meminum kopi miliknya.

"Entahlah, mungkin karena ayah dan ibuku alpha. Tapi yang kutau, seharusnya kehadiranku ini adalah ancaman bagi para alpha."

"Bayangkan kalau aku jadi pemberontak, lalu mengalahkan semua alpha yang ada di bumi ini, dan jadi pemimpin sebagai omega untuk pertama kali hahahaha." Tawa Nobara di akhir.

"Ngawur." Celetuk Riko. Keduanya tertawa, padahal sudah ditanyai hal serius tapi tetap saja dia masih bisa bercanda.

"Apa kakak tidak merasa terbebani dengan semua hal itu?" Lagi-lagi Nobara menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau orang bilang, 'coba kalian jadi aku, kalian tidak tau rasanya, bla bla bla.' Tapi itu terlalu kasar menurutku."

"Kenapa begitu Kak? Bukannya ini memang tidak adil?" Nobara melirik gadis cantik di depannya lekat. Nobara tau mata itu, dulu dirinya juga pernah memberikan tatapan itu ada Gojo. Mata yang sulit mempercayai orang lain.

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang