Pembelot Athena

416 54 2
                                    

Kala pintu mobil tertutup Nobara menatap takut keluar jendela, perubahan sikap Inumaki membuatnya agak terguncang. Ia dititah tak boleh melirik siapapun dan harus tetap diam di mobil selagi pemuda itu memeriksa keadaan. Bibirnya ia gigit pelan, tangannya menggenggam cemas. Kunci mobil juga diberikan padanya, Nobara tidak mengerti kenapa, tapi situasi belakangan ini sangat sulit ia pahami.

"Apa terjadi sesuatu?" Itulah isi kepalanya saat ini. Padahal biasanya ia selalu bersikap tenang dan tak takut, tapi entah apa yang membuat Nobara sangat gelisah saat ini.

"Seharusnya Kak Maki sudah pulang hari ini 'kan? Entah kenapa perasaanku tidak enak" Suasana hatinya begitu tak tenang. Nobara melihat seseorang memandangi mobil mereka dari kejauhan. Kala tengah asik berperang dengan isi kepalanya, sebuah pesan masuk mengusik ketenangan Nobara.

"Siapa?" Ujarnya bingung. Maniknya kembali menatap seseorang disebrang jalanan, raut cemasnya berubah saat menemukan orang yang selama ini ia rindukan.

.
.
.

"Haahhh" Helaan napas jenuh terdengar saat mereka memasuki mobil. Yuuta tak bisa menahan rasa penat yang melekat pada tubuhnya saat ini, ia akui negara Italia adalah tempat yang bagus, namun salahnya ia tak bisa menikmati keindahan negara tersebut lantaran Maki terus menyuruhnya bekerja.

"Sebentar lagi kita sampai, jangan mengeluh begitu" Tegur Maki yang sibuk bermain ponsel.

"Kita tidak mendapatkan apa-apa di sana, Todo juga sudah kembali. Sekarang apa yang harus kita lakukan?" Bukannya menjawab, sang teman malah terlihat tersenyum tidak jelas sembari memperhatikan ponsel.

"Kau kenapa?" Tanya Yuuta heran.

"Siapa bilang kita tidak mendapatkan apapun di Italia" Yuuta mendelik heran, yang ia tahu semua usaha mereka datang jauh-jauh sama sekali tak membuahkan hasil. Tak ada informasi dari si pengkhianat apalagi Naoya.

"Kau mendapatkan sesuatu?" Raut wajahnya berubah menjadi tegang, apa Maki melakukan sesuatu saat tidak bersama dengannya kemarin? Tapi tidak mungkin, mereka sudah mirip sepasang sepatu saat di Italia kemarin.

"Ya, aku mendapatkan voucher untuk berlibur ke sana"

Demi Tuhan, kalau Maki bukan wanita kuat mungkin Yuuta akan pensiun berteman dengannya. Disaat seperti ini dia malah memikirkan hal lain.

"Apa?" Tanya Maki tak senang saat melihat raut wajah Yuuta.

"Kau serius?" Maki tertawa remeh, karena terlalu kelelahan temannya ini sedang tak bisa diajak bercanda.

"Itu informasi pribadiku, ada yang lebih menarik dari ini?" Yuuta hanya menghela napas jenuh.

"Bercanda," Sambung Maki lagi. Si surai hijau membuka koper yang ia pegang, mengambil beberapa foto dan bukti beberapa lembaran kertas dari sana.

"Untungnya aku segera menitah Inumaki Toge menjaganya" Netranya membelalak kaget saat mengenali orang yang ada di foto tersebut. Yuuta meneguk saliva gugup, menatap Maki ragu. Wajah tegas dan tenangnya semakin membuat Yuuta khawatir.

"Kau yakin dia si pengkhianat?"

"Untuk apa aku membayar mahal Toge dan mata-mata dari Italia, apa kau meragukanku?" Si pria langsung menggeleng cepat, Maki bukanlah orang yang asal bergerak. Berarti dari awal tujuan mereka pergi ke sana bukan cuma mencari orang tidak jelas. Apa Nobara tahu Maki sudah melangkah sejauh ini untuk melindunginya? Tidak, sepertinya itu mustahil, dirinya yang terus berdiri di samping Maki saja baru tahu setelah kembali ke Jepang.

"Kita harus segera bergerak, aku yakin Naoya mulai mencari keberadaan Nobara lagi."

.
.
.

"Miwaaa! Aku sangat merindukanmu" Nobara melangkah keluar dari mobil, memeluk gadis bersurai biru itu dengan senyuman manis. Yang dipeluk terkejut lantaran serangan tiba-tiba dari sang teman.

My Yakuza Wife [MakiNoba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang