I've felt so strange
Will you talk to me again?
But I really shouldn't stay-J.F-
=====
"Za, lo gak capek?"
Mata bulat itu hanya mengerling pada sang kawan. Zara tersenyum kemudian menatap susu kotak yang berada di tangannya. Susu coklat.
"Susu ini manis, tapi gak semanis senyuman kamu." Zara kemudian tersipu sendiri. Sang kawan-Emma tampak menggelengkan kepalanya tak percaya, melihat kelakuan Zara yang mirip seperti bocah ABG baru merasakan kasmaran.
"Lo secinta itu ya?" tanya Emma yang sepertinya tak perlu dijawab Zara.
"Lo tahu gak sih, setiap gue lihat dia senyum gue selalu terpana? Kayak... kok bisa ya ada orang seindah itu di dunia ini?" ucap Zara dengan pipi merona.
"Emang lo pernah lihat dia senyum?" tanya Emma dengan satu alis terangkat. Zara tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya menjawab, "Pernah, sekali!" ucapnya riang.
"Sekali doang?"
"Iya, dan itu adalah momen di mana gue bisa percaya bahwa Tuhan itu mahakarya. Karya nya gak main-main." Zara berceloteh sembari tersenyum bodoh.
"Gila lo emang, udah bucin total."
"Cinta itu membuat gila, Emma. Cinta membuat lo gak bisa berpikir, cinta ngebuat lo yang awalnya merasa gak ada gunanya menjalani hidup ini tapi akhirnya cinta menyadarkan lo. Bahwa masih ada alasan lo hidup di sini, yaitu membahagiakan orang yang lo cintai," tutur Zara dengan mata yang memandang sekotak susu di tangannya. Gadis itu tersenyum lembut, membayangkan orang yang selalu mendebarkan hatinya beberapa pekan ini.
"Sekalipun dia gak suka sama elo?" tanya Emma membuat Zara termenung sesaat. Namun seakan-akan sudah cinta mati, Zara mengangguk cepat.
"Iya, sekalipun dia gak membalas perasaan gue. Gue akan tetap cinta. Karena.. perasaan itu milik hak masing-masing, insan lain tidak boleh ikut campur di dalamnya."
=====
"Gue pulang bareng elo."
Jizan menukikkan kedua alisnya tajam, raut wajahnya tampak datar, namun Juan tahu bahwa Jizan sedang tak senang hati. "Disuruh Ayah," tambahnya lagi.
"Gak perlu, gue juga-"
"Emang lo se-gak suka itu kah buat pulang sama gue?" tanya Juan kesal. Bukan kemauannya untuk pulang bersama Jizan, Ayah yang memaksa. Namun sekarang seakan-akan Juan yang perlu.
"Bukan begitu, gue ada urusan," jawab Jizan. Juan terkekeh mendengarnya. "Lo dirundung?" tanyanya cepat.
"Maksud lo?" Jizan tampak tidak mengerti.
"Kondisi lo semalam itu kayak orang habis dirundung."
Kedua pupil mata Jizan nampak membesar, agaknya terkejut. Namun sedetik kemudian wajah pemuda itu kembali datar. "Lo lihat?"
"Tinggal jawab aja apa susahnya sih," dengus Juan. Jizan menggeleng. "Gak, gue juga gak selemah itu sampai dirundung."
"Ya terus semalam lo kenapa?" tanya Juan. Namun Jizan tak bergeming, pemuda itu justru mengambil helm miliknya, memberikannya pada Juan. "Pakai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalbu Kelabu ✔
General FictionTuhan tahu, bahwa mahakarya-Nya sungguh indah. ©hollagreel, 2024