It's been a long day without you
And I'll tell you all about it when I see you again
We've come a long way from where we began-See You Again, C.P-
=====
"Jizan.." Suara bariton itu nampak memanggil kecil, matanya menatap sendu sang anak yang sudah tertidur 3 hari penuh. Bibir bawahnya ia gigit keras-keras, bahunya bergetar hebat.
"Jizan, ini Ayah.." Ayah mulai berbicara. "Pasti sakit sekali ya sampai-sampai Jizan memilih cara ini untuk pergi?"
Juan membuang wajahnya saat Ayah mulai menangis. Ia dapat melihat wajah tenang Jizan yang sedang tertidur, melihat banyak sekali selang medis yang tersambung pada tubuh Jizan, membuat hati Juan sangat sakit.
"Jangan pergi kalau Jizan sayang sama Ayah," ujar Ayah lirih. "Juan ada di sana nunggu kamu, katanya janji kalau kamu bangun dia gak akan galak-galak lagi."
Juan mendengus mendengarnya, embun pada sudut matanya mengalir. Pemuda itu kembali menangis.
"Jizan, nanti Ayah akan peluk kamu kalau kamu sadar, maafin Ayah ya jarang ada buat kamu. Maafin Ayah karena paksa kamu menjadi orang yang dewasa, maafin Ayah karena gak pernah bertanggung jawab atas kamu."
Sarah mendengar ucapan Adipta terenyuh, wanita itu membuang wajahnya, dalam hati merapalkan beribu-ribu kata maaf untuk Jizan. Anak yang tak pernah dikasihinya, namun seakan-akan tak perduli dengan hal itu, Jizan sangat mengasihinya. Bahkan lebih dari nyawa anak itu sendiri.
"Jizan, ayo bangun. Katanya kamu mau berjodoh sama aku?" Zara ganti mengenggam erat tangan Jizan. Ia dapat merasakan tangan Jizan yang kasar akibat banyak luka di sana. Tangannya terasa rapuh.
"Bangun lo, jahat banget sih lo kalau ninggalin gue. Lo pikir gue gak akan marah? Jelas akan marah, maka dari itu lo harus bangun untuk bujuk gue supaya gak marah," tutur Juan menatap Jizan nanar. Ia menggoyang-goyangkan tubuh kakaknya. "Nanti gue ajak lo ke tempat kesukaan gue deh, motor vespa lo juga akan gue balikin. Gue gak butuh."
Juan terdiam dengan wajah memerah, ia menatap kosong. Mau berapa ratus kata yang diucapkan, Jizan tak pernah membalas, hanya terdengar suara mesin medis yang membuat Jizan bertahan dalam kesunyian yang dingin ini.
"Kalau nanti Jizan sudah memutuskan untuk pergi, yang ikhlas ya," bisik Ayah pada telinga Juan. Marko di seberang sana tampak menatap sendu sang sahabat.
Kalau bisa, kalau bisa, jangan ambil Jizan, Tuhan. Sebab masih banyak hal yang belum ku lalui bersamanya.
=====
Pemuda dengan jas putih itu menatap Jizan dengan tatapan menusuk. Sedangkan yang ditatap menatap ke arah belakang terus-menerus, terdengar suara Ayah, Juan, Marko, maupun Zara yang terus menangis serta meraung. Helaan napas keluar dari pemuda itu.
"Jizan, ayo kita pergi," ujarnya sembari bangkit berdiri. Sedangkan Jizan nampak sangat ragu, netranya tak dapat menatap depan.
"Jangan sekarang," balas Jizan. Pemuda itu mengerutkan kening. "Waktumu sudah habis."
"Aku belum bertemu mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalbu Kelabu ✔
General FictionTuhan tahu, bahwa mahakarya-Nya sungguh indah. ©hollagreel, 2024