So, when the journey gets long
Just know that you are loved
There is light up above
And the joy is always enough—J.B—
=====
"Lo mau nemenin gue gak..
"..Emma? Di sisi gue, bentar aja.."
Jantung Emma berdegub sangat kencang, rasa panas tina-tiba menjalar ditubuhnya. Gadis itu melirik kaca di depannya, wajahnya memeras seperti udang rebus.
"Aishh..." Ia bergumam malu, rasanya memalukan tersipu hanya karena sebuah ajakan tak berdasar dari pemuda yang baru ditemuinya 2 sampai 3 hari yang lalu.
Tidak mungkin.
Jatuh cinta tak mungkin secepat ini. Ini tak masuk akal.
"Hallo? Ini gak kesambung kah?" Juan di sana tampak kebingungan.
"Ekhem." Emma berdehem. "Kayaknya gak bisa, lagi pula ngapain sih lo jam segini ngerokok? Mending pulang terus tidur deh. Tidur jam segini paling enak tahu," oceh Emma kemudian.
Terdengar tawa kecil di seberang sana. Dan demi Tuhan, jantung Emma sekarang benar-benar sudah diluar kendali.
"Ya udah deh gue pulang. Gak mau jadi anak nakal," ujar Juan di seberang sana.
"Eh tapi terserah lo kok." Emma panik. "Gue gak ngelarang lo ya, itu kan hak lo. Lagipul—"
"Kalau pingin jadi laki-laki idaman lo gue gak boleh nakal." Juan berucap dengan nada rendahnya.
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Emma sekarang.
=====
"Terimakasih, adik cantik."
Zara tersenyum manis pada sang penjaga kasir. Ia menatap pergerakan-pergerakan di depannya, mulai dari dua kotak susu berasa strawberry dan coklat itu discan sampai dimasukkan ke dalam plastik.
"Kesukaanmu susu kah?" tanya pria penjaga kasir itu, sebuat saja Bang Adam.
"Gak kok, ini untuk orang lain," jawab Zara apa adanya.
"Waduh, kalau dilihat dari wajah adik cantik ini, sepertinya orang ini special ya."
"Sangat dong." Zara menjawab tanpa keraguan. Gadis itu kemudian mengucapkan terimakasih kembali setelah menerima belanjaan.
Dengan langkah riang, Zara berjalan menyusuri jalanan sore yang sudah hendak berubah menjadi malam. Bersenandung ria, gadis itu tampak sangat bersemangat.
Membayangkan bagaimana Jizan meminum susu pemberiannya, sudah sangat membuat Zara tersipu malu dan berdebar. Jangan tanyakan bagaimana Zara bisa sangat jatuh cinta pada Jizan.
Salahkan saja Jizan.
BUKHHH
Langkah Zara terhenti, gadis itu mendengar suara benturan keras pada jalan dari arah belakangnya. Bahunya merosot, hawa di sekitarnya tiba-tiba berubah menjadi agak horror.
"Gak, pasti cuman barang yang jatuh kan?"
"Tapi gimana kalau ternyata bukan?"
"Aduh, noleh apa gak nih?"
Jalanan yang dilewati Zara sore ini kebetulan saja sangat sepi. Gadis itu menghela napasnya panjang, ia menepuk dadanya beberapa kali sebelum akhirnya menolehkan kepalanya dengan ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalbu Kelabu ✔
General FictionTuhan tahu, bahwa mahakarya-Nya sungguh indah. ©hollagreel, 2024