|10| Suatu Hari Nanti

13 2 0
                                    

I've got way too much time to be this hurt
Somebody help, it's getting worse
What do you do with a broken heart?
Once the light fades everything is dark

-LANY-

=====

Juan memarkirkan motornya di sembarang arah. Langkahnya segera menuju pintu Marko. Entah bagaimana, Juan selalu berpikir bahwa Jizan selalu ada bersama Marko. Sekarang pun begitu.

Pemuda itu mengetuk-ngetuk pintu rumah Marko seperti tak sabaran. Pikiran Juan kalut, ia tak sanggup berpikir apapun selain kemungkinan-kemungkinan terburuk.

"Apa sih?!" Marko membuka dengan kesal, wajah pemuda itu sembab dan berantakan. Juan tak mengatakan apapun, ia justru menerobos masuk, mendorong tubuh bongsor milik Marko.

"Heh, lo nyari apa?!" seru Marko kesal, berusaha mengejar langkah Juan. Pemuda itu justru menaiki anak tangga, kemudian membuka setiap pintu kamar yang ada.

"LO BERTAMU YANG SOPAN DONG!" Marko yang semakin kesalpun menarik kerah pakaian Juan dengan kesal. Langkah Juan terhenti dengan paksa.

"Di mana kakak gue?!" seru Juan bertanya, wajahnya sudah memerah sebab emosi. Marko terkekeh remeh. "Ngapain lo nanyain kakak lo ke gue? Bukannya lo yang gak mau ngakuin dia sebagai kakak lo?"

Juan termenung. Ucapan Marko benar.

Juan seperti tak bisa mengelak, Juan tak bisa menjawab.

"Kenapa baru sekarang lo perduli sama Jizan?" kekeh Marko meremehkan. "Ke mana aja lo selama ini?"

"Bukan urusan lo, anjing." Juan mendesis marah. "Gak usah ikut campur."

"Kalau gue gak ikut campur siapa yang akan nolong kakak lo dari keterpurukannya? Elo? Cih, sadar, elo itu cuman anak kemarin sore yang selalu berlindung dibalik keegoisan lo. Lo selalu merasa jadi korban!" seru Marko ikut tersulut emosi.

"Ini urusan gue sama Kak Jizan," balas Juan tak mau kalah. "Lo cuman orang asing."

"Kadang orang asing itu lebih baik daripada keluarga sendiri," pungkas Marko menusuk hati terdalam Juan. Pemuda itu mengedipkan matanya beberapa kali, tak sanggup menatap Marko. Ia merasa tertusuk.

"Mending lo pulang, Jizan baik-baik aja. Dia lagi tidur."

Marko berujar pelan kali ini, ia menatap Juan yang membuang wajah serta mata pemuda itu yang memerah seperti menahan tangis.

"Besok kakak lo akan kembali ke lukanya, jadi gue mohon, hari ini biarin dia tenang."

Juan tak bisa menolak ucapan Marko, ia merasa seperti..

..tak berdaya, sebab ia tahu bahwa penyebab Jizan selalu terluka adalah dirinya.

Kaki itu mulai goyah, Juan mengedarkan pandangannya untuk terakhir kali, netranya kemudian tak sengaja menangkap Jizan yang sedang tertidur lelap dalam pelukan seorang wanita yang dapat Juan tebak itu adalah Bunda Marko.

Jizan nampak sangat tenang.

Jizan nampak sangat berbeda.

Kalbu Kelabu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang