|6| Temani Aku

24 5 0
                                    

Buildings grow to dizzy heights
People come alive at night
In places we won't walk

—B.M—

=====

"Zara."

Juan memanggil nama itu dengan senyum tipis di wajahnya. Pemuda itu bisa melihat wajah Zara menoleh ke arahnya. Jangan lupakan senyum indah yang selalu terpatri di wajah gadis bermata bulat itu.

"Kenapa, Juan?"

"Boleh minta nomor hape lo?" tanya Juan, ekor mata Zara nampak melirik Emma sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Kalau boleh tahu, buat apa Juan?"

"Buat kenalan," jawab Juan blak-blakan. Emma yang sedang berada di sebelah Zara dibuatnya tersedak air liurnya sendiri.

"Anjir, lo suka sama Zara?!" pekik Emma mendelik.

"Kepo. Setelah nimpuk gue pakek buku sebesar 5cm, lo bahkan gak minta maaf ya cewek bar-bar."

"Lah itu kan salah lo sendiri yang kurang ajar. Tatapan lo kayak orang mesum." Emma menghela napas kasar. Tangannya diarahkan seperti hendak meninju Juan. "Terserah lo, gue bilangin ya. Emma ini sudah menetapkan hati pada seseorang. Jadi lo gak usah banyak berharap, anak baru."

Juan hanya menatap datar Emma, menganggap angin lalu ucapan Emma.

"Kalau untuk deket sebagai teman gak papa Juan, tapi kalau lebih dari itu gak bisa," ucap Zara sembari tersenyum manis. "Soalnya gue udah ada."

"Tuh, denger kan! Mending dibanding suka sama Zara, mending lo suka sama gue!" Emma dengan percaya dirinya berkata. Zara tertawa, ia merangkul Emma dengan akrabnya. "Bener sih, lo kalau pacaran sama Emma gak bakalan nyesel dan bosen."

"Tapi gue gak suka Emma." Juan mendengus. "Emangnya elo suka sama gue?"

"Suka dikit," jawab Emma blak-blakan tanpa berniat menutupi. "Lo lumayan ganteng, lo juga pinter, ya... gitu deh."

"Bisa aja gue ganteng, pinter, tapi gak baik. Lo mau tetep sama gue?"

"Kenapa mikirnya kejauhan? Kayak lo suka sama gue aja," tawa Emma lalu merangkul Zara. "Ayo ke kantin."

Kedua gadis itu melenggang pergi dengan Juan yang menatap punggung keduanya. Entah apa yang ada dipikiran pemuda itu saat ini.

=====

"Sebenarnya gue juga setuju sih sama Juan, dia kan bukan anak kecil lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebenarnya gue juga setuju sih sama Juan, dia kan bukan anak kecil lagi. Ayah lo terlalu khawatir."

Jizan menyesap teh hangatnya, kemudian menatap Marko di depannya yang berkomentar. "Gitu ya?"

Kalbu Kelabu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang