Jangan terlalu sedih
Please don't cry
Bahkan jika kegelapan datang, jangan runtuh—DAVICHI—
=====
"Lo selalu bikin gue kecewa. Kenapa sih? Apa susahnya buat lo untuk diam aja disisi gue dan Ayah? Kenapa lo selalu membuat dinding diantara lo, gue dan Ayah."
Jizan menatap bangunan yang sudah cukup usang di depannya. Rumah ini tampak seperti sudah tak layak untuk ditinggali. Setelah Jizan mengantar Juan pulang, ia kemari, meninggalkan Juan dengan segala omelannya.
Juan marah. Sebab Jizan meninggalkannya lagi.
PRANG!!!
"HEI, WANITA SIALAN!!! DIMANA UANGKU!!!"
Jizan dapat mendengar dengan jelas suara benda pecah di dalam sana, serta teriakan Sarah, Ibu Jizan yang terus menangis, meminta sang suami menghentikannya.
Sudah hampir sebulan Jizan datang ke sini, membantu sang ibu dan berakhir ia dipukuli oleh Ayah tirinya. Jizan tak mengapa, sebab Ibunya sungguh berharga, untuk dirinya, Ayah, maupun Juan. Ayah yang selalu menangis setiap malam merindukan Ibu. Cinta itu abadi.
"Oooo, ada anak sialan ini lagi?!"
Pria di depannya nampak sangat marah, wajahnya memerah, sepertinya juga pengaruh alkohol. Bau tak sedap menyeruak di penciuman Jizan. Pemuda itu menatap datar Ayah tirinya dengan kondisinya yang masih jauh dalam kondisi baik.
"Udah pincang aja masih belagu lo?"
"Jangan sakitin Ibu, aku bawa pulang."
"LO UDAH NGOMONG KAYAK GITU BERKALI-KALI SIALAN!!! UANG PUN GAK LO BAWA!! GAK AKAN GUE BIARIN IBU LO KELUAR HIDUP-HIDUP!!!"
Ayah tirinya, Jonny mengambil tongkat baseball lalu memukulkannya ke sembarah arah. Beberapa barang hancur dan terpental. Sarah menangis histeris, menutup telinganya rapat-rapat.
"MALAM INI HABIS LO SAMA GUE! MANA ADIK SIALAN LO ITU, GUE BUNUH JUGA AYAH SAMA ADIK LO!"
Jizan mengepalkan kedua tangannya erat-erat. "Brengsek."
Kemudian menerjang Jonny, pemuda itu memukul rahang Jonny dengan cukup keras, membuat pria tua itu terhuyung. Namun bukannya merasa sakit, Jonny justru tertawa.
"Lemah banget pukulan lo," katanya lalu diangkatnya tongkat baseball ditangannya, ia kemudian berlari menarget Jizan. Pemuda itu sungguh seperti ingin membunuh Jizan saat itu juga.
"Mass!! Cukup, hentikan!! Selama ini Jizan juga udah kasih uang ke kamu!! Apa sih yang kamu mau?!" pekik Sarah sembari menangis histeris. Penampilan wanita itu kacau, rambutnya kusut tak beraturan, daster yang dikenakannya compang-camping, wajahnya penuh lebam dan luka.
"Berani lo bentak gue wanita gak tahu diri?!" Jonny beralih, menjambak rambut Sarah kuat-kuat sampai wanita itu menjerit tak kuat.
Jizan yang melihat itu tak tinggal diam, saat tongkat Jonny hendak menyerang Sarah, pemuda itu memeluk sang Ibu erat-erat. Jonny memukulnya brutal, seperti tak berperasaan.
Alhasil punggung Jizan lah sasarannya. Pemuda itu ambruk seketika, luka yang kemarin masih basah.
Jizan ambruk dalam pelukan Sarah, pemuda itu dengan kesadarannya masih mencoba melindungi Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalbu Kelabu ✔
General FictionTuhan tahu, bahwa mahakarya-Nya sungguh indah. ©hollagreel, 2024