Tak pernah terpikirkan bahwa hari minggu Maudy harus dimulai dengan Arya yang memasuki kamarnya. Sungguh hal yang buruk untuk mengawali hari libur. Bisakah pria ini tidak mengganggunya?
"Aku kira kamu belum bangun tadi. Soalnya mama kamu nyuruh aku masuk."
Mana mungkin dia belum bangun, dia hanya bangun siang ketika tamu bulanannya datang. Selebihnya ia pasti bangun pagi. Maudy bukan tipe orang yang susah untuk bangun kecuali memang sedang tak enak badan.
"Ya udah pergi sana. Ngapain masih di sini?"
Arya menipiskan bibir. Ia harus tahan dengan sikap Maudy yang terbilang dingin. Mengenal Maudy sejak lama, ia sedikit paham jika Maudy bukanlah tipe gadis yang manja kepada sembarang orang. Gadis ini juga terbilang irit dalam berbicara. Membuat Arya sering merasa mati kutu karena kehabisan topik pembicaraan. Maudy dengan mudah memutus pembicaraan yang susah-susah Arya mulai.
"Kamu nggak bisa ya berusaha nerima semua ini? Kita udah tunangan, loh."
"Seharusnya aku yang bertanya. Kak Arya punya pacar, aku juga punya. Kakak tau sendiri kalau aku nggak punya kuasa buat nolak. Lagian kenapa Kak Arya tetep nerima perjodohan ini kalau Kakak aja nggak mau pisah sama pacar Kakak? Kak Arya mau ngebuat cewek Kakak benci sama aku?"
Arya menggigit bibir bawahnya, "Nggak segampang itu, Maudy. Perjodohan ini menguntungkan buat aku. Masalah pacar itu gampang, kita kan cuma pacaran. Aku juga nanti nikahnya sama kamu."
Maudy tidak berniat menjawab. Benar kan, pria ini memanglah pengecut. Tidak ingin lepas dari pacarnya tapi tak mau pula memutus perjodohan ini. Maudy benar-benar dibuat kesal dengan pernyataan dari Arya. Pria itu hanya menganggap Maudy sebagai sumber keuntungan saja. Sejak awal pria itu hanya menganggap Maudy sebagai bisnis yang menjanjikan. Semua itu membuat Maudy muak kepada Arya. Tak heran ia akan terus memusuhi pria di depannya ini.
Maudy yang masih saja mengabaikan Arya, segera bergegas turun menuju meja makan. Tak lupa ia membanting pintu kamarnya. Perasaan hatinya sudah buruk di hari ini. Dia jamin ia akan terus mengomel karena harinya dipenuhi oleh Arya.
Arya mengepalkan kedua tangannya. Pria itu harus banyak bersabar dalam menghadapi Maudy. Arya memejamkan kedua mata. Terus membisikkan kalimat penyemangat untuk dirinya sendiri. Arya harus bersabar, sebab ada bayaran besar di masa depan yang telah menunggunya. Arya tak mungkin melepaskan Maudy.
Pria itu segera menyusul Maudy yang sudah duduk manis di ruang makan. Acara pagi ini dimulai dengan makan pagi bersama keluarga Maudy. Arya bersyukur, setidaknya keluarga tunangannya ini menerimanya dengan sepenuh hati.
"Arya, hari ini mau kemana?"
"Mau jalan aja nih, Tante. Kayaknya sekalian nyuci mobil, deh."
"Oh, baguslah. Sekalian ajak Maudy jalan-jalan."
Makan pagi terus berlanjut hingga mereka menyelesaikan makanan milik mereka. Jika kalian pikir Maudy akan senang diajak jalan-jalan, maka jawabannya adalah salah. Karena kenyataannya, Arya menjemput kekasihnya sementara Maudy hanya duduk terdiam di belakang. Menyaksikan kemesraan sepasang kekasih itu. Tidak, Maudy tidak cemburu. Dia hanya marah karena tidak punya kuasa untuk menolak ajakan Arya.
Akhirnya mobil yang ia tumpangi berhenti di sebuah bengkel yang besar. Sepertinya Arya akan men-servis mobil miliknya. Ah sudahlah, Maudy akan langsung pergi setelah mereka sampai.
Maudy tahu tempat ini. Bengkel yang merupakan tempat Wisnu bekerja dikala akhir pekan. Maudy tidak akan pergi. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi. Pasti Arya merencanakan sesuatu! Maudy tahu persis bagaimana liciknya pria tersebut. Jadilah Maudy tidak jadi pergi, ia dengan sabar menunggu hingga mobil Arya selesai diperbaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Beginning [TAMAT]
ChickLitHidup adalah pilihan. Begitu pun hidup dari Maudy. Ia harus memilih, bertahan dengan hati atau pergi dengan logikanya.