Wisnu memegang kepalanya yang terasa sakit. Sebentar! Bukannya dia mengalami kecelakaan? Wisnu segera memegangi tubuhnya. Aneh, kenapa dia sama sekali tidak terluka? Seingatnya, luka di tubuhnya sangatlah banyak. Wisnu sampai tak dapat menggerakkan tubuhnya kala itu. Seharusnya pria itu tengah berbaring di rumah sakit. Bukannya di ... ranjang?
Wisnu merasa asing dengan ruangan yang ia tempati ini. Pemuda itu satu kali pun tak pernah menginjakkan kaki di kamar yang luas dan ia taksir berharga mahal. Nada dering telepon mengganggu fokusnya. Namun Wisnu mengabaikan panggilan tersebut. Wisnu masih merangkai kesadaran di dalam tubuhnya.
"Babe, angkat dulu telepon kamu ..."
Suara wanita serak khas bangun tidur itu membuat Wisnu mengalihkan perhatiannya. Wisnu merasa asing dengan suara tersebut. Oh! Kenapa dia bisa tidur dengan wanita asing? Tunggu ada yang tidak beres di sini.
Wisnu segera beranjak dari ranjang tersebut. Ia mengambil ponsel miliknya. Meski awalnya ragu, sebab ia tak pernah memiliki ponsel mewah keluaran terbaru tersebut. Namun perkataan wanita di sampingnya membuatnya segera meraih ponsel yanh teronggok di atas nakas itu. Wisnu kembali terkejut sebab tubuhnya tak tertutup sehelai benang. Pria itu benar-benar telanjang bulat. Malu-malu ia memungut pakaian yang teronggok di atas sofa.
"Pak Arya, kami sudah menyingkirkan target sesuai dengan keinginan Anda."
Wisnu menjadi bingung, target apa yang orang ini maksud? Dan orang ini memanggilnya apa tadi?"
"Maksud Anda?"
Suara di ujung sana terdengar gugup, "Kami berhasil membunuh pria yang dekat dengan Bu Maudy, Pak. Uang yang Bapak kirim sudah masuk ke dalam rekening kami."
"Kalian membunuh ...Wisnu?"
"I-iya, Pak. Kami sudah berhasil membunuh target."
Wisnu segera menutup panggilan tersebut. Tangannya mengepal dengan kuat. Rahangnya mengeras dengan gigi yang saling bergemelatuk menahan amarah. Jadi begini akhirnya? Ternyata kecelakaan yang menimpanya bukanlah mimpi. Kenapa ... kenapa orang ini menginginkan dirinya untuk mati?
Tak tahan lagi, Wisnu segera bercermin untuk melihat wajahnya. Dan betapa terkejutnya saat ia melihat wujudnya dalam pantulan cermin. Jadi yang membunuhnya adalah ... Arya.
Wisnu ingin mengamuk rasanya. Mengapa pria ini ingin membunuhnya? Apa salahnya selama ini? Wisnu bahkan tidak mengenal Arya. Ia hanya satu bertemu di bengkel. Lalu hanya melihat potret Arya saat Maudy menunjukkannya. Wisnu tidak paham, kenapa takdir seakan mempermainkannya. Jika ia sudah mati, lantas mengapa raganya malah memasuki tubuh bajingan ini? Atau adakah hal yang harus ia selesaikan menggunakan tubuh Arya?
Wisnu ingin sekali memukul Arya. Jika ia tak sadar bahwa itu artinya ia menyakiti dirinya sendiri. Wisnu mendengar langkah kaki mendekati tubuhnya. Wanita yang terlelap tadi sudah memeluknya dengan erat.
"Gimana? Orang yang kamu nggak suka itu udah kamu singkirkan?"
Wisnu mengepalkan tangan lagi. Wanita di depannya ini pastilah kekasih dari Arya. Mereka memang pasangan iblis. Wanita ini tahu bahwa kekasihnya merencanakan pembunuhan, tapi bukannya mencegah, malah justru mendukungnya.
"Kamu kemarin mainnya kasar banget. Padahal kamu lagi seneng, untung aku suka."
Wisnu mulai jijik dengan obrolannya ini. Pemuda itu segera melepaskan pelukan wanita yang ia ketahui bernama Rissa tersebut.
"Kamu mau main lagi? Sebentar lagi kamu kan bakal sibuk ngurusin pernikahan sama Maudy. Aku bakal sabar nungguin sampe kamu cerai sama dia."
Bangsat!
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Beginning [TAMAT]
ChickLitHidup adalah pilihan. Begitu pun hidup dari Maudy. Ia harus memilih, bertahan dengan hati atau pergi dengan logikanya.