Maudy berada di Bali. Memboyong seluruh keluarga kecilnya. Arya berencana untuk merayakan jabatan barunya. Sejujurnya ingin berduaan dengan Maudy saja. Namun apa daya, si kembar masih membutuhkan sumber makanan dari sang istri. Jadilah Arya mengalah kali ini.
Arya juga menawarkan destinasi lain pada awalnya. Entah kenapa Maudy memilih Bali. Wanita itu berkata bahwa ia malas berlibur terlalu jauh dan berlama-lama. Karena takut tangisan anaknya mengganggu orang lain. Lagi-lagi Arya mengiyakan permintaan dari sang istri.
"Arya, aku mau belanja dulu. Kamu jaga adek dulu, ya."
"Hm."
Arya hanya menggumam sambil mengangguk. Bukan karena malas menjawab, tapi dirinya masih menyusu. Maudy merasa kadar kemesuman Arya meningkat seribu persen. Lihatlah pria ini masih saja memainkan payudaranya.
"Arya ... udah, dong. Kamu nggak bosan emangnya?"
Arya melepaskan bibirnya dari aset sang istri. Menatap Maudy dengan tatapan tidak suka. Tidak ada alasan bagi Arya untuk merasa bosan pada istrinya.
"Mana mungkin aku bosan sama istri sendiri, Sayang. Lagian, ini giliran aku. Setiap hari adek selalu menyusu. Terus, kemarin kamu ngobrol sama cowok lain sampai lupa sama aku."
Maudy memukul lengan Arya, tak lupa menjambak rambutnya. Maudy memang mengobrol dengan pria lain. Tapi pria itu adalah petugas villa! Wajar petugas itu memberi tahu seluk beluk tentang bangunan yang mereka tempati. Wanita itu masih ingat tatapan tajam yang dilempar Arya ke arah petugas. Membuat pria muda tersebut berjalan pamit undur diri dengan wajah menegang.
"Adek kan masih bayi! Wajar minum susu aku. Kamu yang aneh! Udah gede masih aja ngedot. Udahan, dong!"
Bukannya menurut, Arya makin memeluk tubuh polos Maudy erat-erat. Arya mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bergesekan.
"Janji nggak bakal ngobrol sama cowok lain, lalu aku bakal lepasin."
"Nggak bisa janji." Arya dibuat mengernyit. Menatap sang istri dengan tatapan tajam. Apa maksudnya tidak bisa berjanji? Permintaannya tidak seberat itu.
"Lion, Sean sama Shawn kan termasuk cowok. Masa aku nggak ngomong sama anakku sendiri?" Seutas senyum jahil terbit dari wajah Maudy.
Sadar kalau Maudy mengerjainya, Arya lantas makin merapatkan jarak. Melumat bibir sang istri yang semakin bersinar auranya. Berani sekali mulut mungil itu menjahili dirinya.
"Kalau gitu, aku nggak bakal lepasin."
Terdengar desakan sebal dari Maudy. Ayolah, dia hanya ingin menikmati waktu berbelanja bersama Lion. Mengapa sulit sekali mendapat izin daj pria kaku ini?
"Arya! Aku cuma mau belanja—"
"MAMAAAA! AYO KITA PERGI! MAMA DIMANAAA?"
Sepasang suami istri tersebut saling memandang satu sama lain. Gawat. Bocah cerewet itu sudah bangun. Menagih janji dari Maudy yang akan mengajak berbelanja dan makan es krim. Lion yanh tidak mudah lupa, kini sudah berteriak antusias.
Arya langsung menutup tubuh mereka dengan selimut, setelah mendengar pintu terbuka. Benar saja, Lion sudah berlarian menghambur ke arah orang tuanya. Ingin ikut bergabung bersama Maudy dan Arya. Yang terjadi, bayi besar itu justru tidur di atas tubuh sang ayah.
"Ayo, Ma. Cepaaat, Lion ingin makan es krim. Ayo Ma! Ayo Mamaaa!"
Maudy mencubit pipi anak sulungnya yang begitu antusias ini. Bocah itu tubuhnya tengkurap dengan memeluk leher Arya. Kakinya terus menendang-nendang saking semangatnya.
"Ayah sama Mama kenapa nggak pakai baju?"
Lagi, keduanya saling memandang. Maudy mengirimkan sinyal yang dapat Arya artikan meminta bantuan. Lion akan terus mengoceh kalau pertanyaannya diabaikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Beginning [TAMAT]
Chick-LitHidup adalah pilihan. Begitu pun hidup dari Maudy. Ia harus memilih, bertahan dengan hati atau pergi dengan logikanya.