Tidak diberikan kesempatan untuk berduka atas kematian sang ibu, Arya harus pergi ke pengadilan agama untuk menghadiri sidang perceraian. Arya ingin mangkir dari sidang tersebut, jika saja di kepalanya tidak terpikirkan mediasi. Oleh sebab itu, Arya hadir untuk mengajukan mediasi. Juga melihat Maudy, jika memungkinkan.
Angan hanyalah angan semata, nyatanya Maudy tidak hadir di persidangan pertama. Hingga persidangan yang terakhir. Maudy hanya diwakilkan oleh pengacara saja. Sedari awal Maudy menolak untuk melakulan mediasi. Hingga persidangan terakhir, hakim menyatakan bahwa Arya resmi bercerai dari Maudy. Wanita itu tak menuntut apapun. Yang Maudy inginkan hanya bercerai, terbebas dari ikatan pernikahan dengan Arya.
Arya rasa, hidupnya sudah mencapai titik akhir. Dia sudah mendapatkan balasan atas semua kelakuannya dahulu, mungkin? Arya tidak tahu apa yang akan ia lakukan kecuali menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri. Jika dirinya mati, tidak apa-apa, kan? Toh semua yang ia miliki sudah lenyap. Arya juga tak akan mendapatkan ampunan dari sang mantan istri. Sudahlah, tak ada gunanya dia hidup di sini. Untuk apa berlama-lama lagi.
Sudah beberapa hari semenjak dirinya resmi bercerai, Arya mengalami kesulitan tidur. Tiap kali matanya terpejam, selalu muncul bayangan Rima yang datang untuk menyalahkannya. Tidurnya selalu tak tenang, mimpi buruk selalu menghantui Arya. Pria itu tak tahu lagi dimana ia harus bersandar barang sejenak. Bisa dibilang, Arya berada di titik paling lemah dan rendah di sepanjang hidupnya. Obat tidur selalu menjadi temannya untuk mengusir semua teriakan di dalam kepala. Begitu bangun, Arya rasanya ingin berteriak. Mengapa ia masih saja terbangun? Bukankah lebih baik dia mati saja. Orang seperti dirinya tidak layak hidup.
Menyakiti diri sendiri dengan menyayat kulit serta memukul kepalanya sendiri telah menjadi kebiasaan baru bagi Arya. Kulitnya bagaikan mati rasa, tidak lagi terasa sakit oleh bekas sayatan pisau tersebut. Arya meluapkan kemarahan atas dirinya sendiri dengan sayatan tersebut. Entah berapa lama juga Arya mengisi perutnya. Hingga sekarang ia nampak layaknya mayat hidup dengan bibir yang sangat pucat.
Arya keluar dari kamar miliknya, menatap rumah luas yangs sekarang sudah kosong. Pria itu membuang semua perabotan di rumah ini. Sebagian ia biarkan pekerja di rumah untuk mengambilnya. Sebab Arya memberhentikan mereka semua. Tentu saja, bagaimana bisa Arya memperkerjakan pekerja lagi jika ia sendiri tak memiliki sepeser pun uang. Toh rumah ini akan segera kosong, sebab ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Arya sudah memegang tali di tangan. Rencananya, ia akan menggantung tubuhnya tepat di pintu masuk rumah ini. Untuk terakhir kalinya, Arya menatap kembali sekeliling ruang tamu yang hanya menyisakan foto keluarga yang sudah lenyap. Arya juga sengaja membuka gerbang rumahnya, serta membuka semua pintu. Tak peduli jika rumahnya akan di jarah. Toh tak ada benda berharga di dalam sini. Hanya ada dirinya yang teronggok kaku, mungkin.
Tanpa ragu, pria itu mengikat tali di atas pintu. Arya memegang tali tersebut, bermaksud untuk segera menghabisi hidupnya sendiri. Saat tangannya ingin meraih tali untuk menggantung kepala, tiba-tiba saja tubuhnya ambruk. Arya kehilangan kesadaran. Tubuhnya terlalu lemah untuk berdiri lama, sebab tak diisi asupan makanan.
***
Sinta bertekad untuk menemui Arya. Hanya untuk menyampaikan ucapan bela sungkawa atas kepergian Rima. Dia belum sempa melayat karena sang suami yang melarangnya. Sinta sungguh merasa bersalah atas segalanya. Kepada sang putri yang selalu ia buat sebagai pelampiasan ego, yang berakhir putrinya pergi entah kemana. Pun kepada Rima,yang telah menjadi sahabatnya sejak muda.
Sinta tahu betul bagaimana sahabatnya itu begitu menantikan kehadiran sang buah hati. Hingga saat Arya lahir, mereka berdua mencetuskan ide untuk menikahkan Arya dengan anak perempuan Sinta yang bahkan masih belum lahir dahulu. Ide yang menjadi penyebab dari kekacauan ini. Sinta sungguh menyesal karena telah memaksakan kehendaknya kepada Maudy. Sekarang ia tak tahu lagi harus bagaimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Beginning [TAMAT]
ChickLitHidup adalah pilihan. Begitu pun hidup dari Maudy. Ia harus memilih, bertahan dengan hati atau pergi dengan logikanya.