Arya mengelus fotonya bersama Lion yang ia jadikan gambar layar di ponselnya. Tangannya bergetar dengan hebat, dengan air mata yang membanjiri wajahnya. Semua kenangan terputar begitu saja. Wajah Lion dan Maudy terus bergantian menyapa pikiran Arya.
Pertemuannya yang terakhir dengan Maudy, membuat Arya semakin yakin bahwa ia memang tidak termaafkan. Wajah enggan serta penuh luka Maudy menyakiti hati Arya. Jadi selama ini memang tak ada gunanya ia bertahan hidup. Arya tidak mempunyai alasan untuk bernafas lagi di bumi. Satu-satunya alasan besar ia hidup nyatanya memang tak akan pernah membuka pintu maaf untuknya.
"Lion, Sayang. Maafkan Ayah, ya? Ayah tidak bisa menepati janji untuk bermain bersama Lion di pantai. Nanti Lion bermain bersama Ayah Lion yang jauh lebih baik dari Ayah."
Ah, setidaknya Arya sudah meninggalkan beberapa aset yang tentu tak terlalu bernilai banyak kepada putra semata wayangnya itu. Dada Arya sudah sangat sesak sekali. Bisikan-bisikan di dalam kepalanya semakin membuat kepalanya pening tak terkira. Semua penyesalan sudah menumpuk penuh hingga memenuhi semua tubuhnya. Ingin sekali Arya memeluk anak kesayangannya, untuk terakhir kalinya. Suara tawa Lion mampu meluruhkan lara milik Arya.
"Maudy, kamu harus hidup bahagia. Lupakan aku, jangan pernah mengingatku lagi. Aku hanya membuatmu bersedih saja. Maafkan aku, Maudy."
Mengingat Maudy, membuat Arya kembali memukul dadanya kembali. Sesak rasanya mengingat kesalahannya yang amat sangat fatal. Jahatnya ia dahulu. Menyakiti Maudy yang bahkan tak sekali pun berbuat salah kepadanya. Arya memang iblis, dia pantas mati bersama kedua orang tuanya. Bumi ini sudah tidak pantas menerima hidupnya lagi. Arya ingin Maudy tahu bahwa ia benar-benar menyesal. Maudy akan selalu tersimpan di dalam hati Arya.
Pria itu segera menyalakan mesin mobil dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli dengan mobil lain serta pengguna jalan yang mungkin saja memakinya. Arya terus memacu mobilnya hingga ia melihat pembatas jalan. Mobil itu menabrak pembatas jalan, berguling di jalanan bebas hambatan.
Tubuh Arya terasa hancur, bahkan pria itu tak dapat merasakan tubuhnya lagi. Arya melihat darah mengalir dari pelupuk mata. Apakah ini akhirnya? Arya bisa pergi sesuai dengan keinginan semua orang?
Pah, Mah. Aku akan pergi bersama kalian. Jadi kalian tidak perlu lagi datang di mimpiku.
"Maudy ... maafkan aku ..."
Tak berselang lama, Arya kehilangan kesadaran. Tidak mampu lagi mendengar serta melihat apapun terjadi setelah ia membunuh dirinya sendiri. Arya hanya berharap agar ia mati dengan segera.
***
Maudy berdiri dengan gusar, kedua tangannya tak berhenti untuk mengusap wajah dengan kasar. Wanita itu segera menuju rumah sakit setelah sang ibu memberi tahu bahwa Arya mengalami kecelakaan. Entah bisikan darimana, Maudy tanpa pikir panjang setuju untuk pergi menemui Arya.
"Maudy ... ini semua salah Mama ..."
"Kenapa? Dia kan mengalami kecelakaan, Ma. Bukan Mama yang membuat dia celaka."
Sinta memejamkan mata sejenak, mengambil nafas panjang untuk memulai bercerita. "Arya memang sengaja mengakhiri hidupnya, Nak."
Tubuh Maudy membeku seketika. Apa maksudnya semua ini?
"Ini bukan pertama kali Arya melakukan usaha bunuh diri, Maudy. Dia selalu berusaha untuk mengakhiri hidup karena merasa bersalah. Makanya Mama bilang sama Arya agar menunggu kamu datang, lalu meminta maaf. Itu Mama lakukan agar dia tidak mencoba bunuh diri lagi. Mama tidak ingin ada nyawa yang melayang lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Beginning [TAMAT]
ChickLitHidup adalah pilihan. Begitu pun hidup dari Maudy. Ia harus memilih, bertahan dengan hati atau pergi dengan logikanya.