Hari ini adalah hari ketujuh semenjak Reyhan bangun dari komanya. Sejauh ini, kondisi Reyhan sudah membaik, bahkan dokter Sean bilang, jangka waktu pemulihan Reyhan terbilang cepat, karena tepat satu Minggu setelah bangun dari komanya, Reyhan sudah bisa memakan makanan dan juga camilan tanpa harus merasa mual atau muntah-muntah, walaupun jumlah makanan yang ia makan masih tidak terlalu banyak.
"Selamat pagi, Reyhan" Dokter Sean tersenyum saat masuk kedalam ruangan Reyhan. Beliau tentu saja tidak datang sendirian, ia datang bersama dengan beberapa perawat yang mengekor dibelakangnya.
"Selamat pagi juga, dokter" Balas Reyhan dengan ramah.
"Sekarang jadwalnya Reyhan untuk dokter periksa. Saya periksa dulu Reyhan nya, ya?" Ucap dokter Sean memberitahu kepada semua yang ada didalam ruangan, sekaligus meminta izin.
"Iya, dok, silahkan" Jawab Daniel ramah, laki-laki itu memberi kode kepada Mahen, agar dia saja yang menemani Reyhan diperiksa, sedangkan dirinya keluar dari ruangan, untuk menelepon bawahannya tentang urusan pekerjaan. Mahen yang sedang menyuapi Reyhan sarapan hanya menurut dan menganggukkan kepalanya, lalu segera membawa tubuhnya sedikit menjauh dari raga sang adik, setelah membereskan semua peralatan yang baru saja selesai digunakan oleh adik kecilnya.
"Bagaimana sarapan hari ini, enak?" Dokter Sean mulai memeriksa seluruh tubuh Reyhan dengan teliti.
"Enak, Dok. Rasanya udah nggak hambar kaya kemarin lagi" Reyhan menjawab apa adanya.
"Syukurlah kalau begitu. Untuk perutnya, bagaimana? Masih sering mual atau muntah?" Lanjutnya sambil memeriksa perut Reyhan.
"Dari semalam sampai pagi ini, Reyhan nggak muntah. Cuma... rasanya masih mual-mual gitu, dok"
"Oke, nggak apa-apa"
"Dadanya, bagaimana? Masih terasa sakit?"
"Dadanya udah nggak sakit, tapi masih sesak"
"Baik, lanjut... Untuk kepala, bagaimana? Masih sakit atau terasa pusing?"
"Enggak, dok. Udah enakan"
Dokter Sean kembali tersenyum, ia bersyukur karena dari jawaban yang ia terima sejauh ini, setidaknya membuktikan bahwa kondisi anak itu sudah cukup baik, dan lebih baik daripada kemarin-kemarin.
"Bagus, kamu sudah melakukan yang terbaik, Reyhan. Kamu berhasil melalui semua rasa sakit yang kamu rasakan, bahkan sekarang kondisi kamu juga sudah mulai membaik. Sudah dulu pemeriksaan untuk hari ini, kamu boleh makan apapun yang sudah disediakan, usahakan untuk makan lebih banyak, ya? Walaupun jatah konsumsi dari rumah sakit tidak habis, coba makan makanan lain agar tubuh kamu semakin sehat. Tetap sabar dan semangat, ya? Kamu harus yakin pada diri kamu sendiri, kalau kamu bisa sembuh"
"Iya, dok. Terimakasih" Jawab Reyhan sembari tersenyum hangat.
Dokter Sean meninggalkan Reyhan, dan mendekati Mahen yang berdiri di dekat sofa. Ia memberi kode kepada laki-laki berusia dua puluh tahun itu, agar mengikutinya keluar ruangan sebentar. Mahen yang mengerti pun hanya mengangguk dan mengikuti langkah dokter dihadapannya.
"Untuk salah satu wali pasien, silahkan ikut saya ke ruangan pribadi saya, ya. Bisa kamu atau kakak sulung, karena saya akan membahas tentang perkembangan adik kalian selama beberapa hari terakhir ini, tepatnya setelah Reyhan bangun dari koma sampai hari ini" Jelas dokter Sean kepada kedua kakak Reyhan, setelah keluar dari ruangan.
"Baik, Dok. Saya yang akan pergi" Daniel membalas, Mahen menyetujuinya dengan senang hati.
"Kakak pergi sebentar, ya. Masuk aja, jagain Reyhan" Mahen mengangguk, lalu segera membawa tungkai kakinya kembali kedalam ruangan.
"Kakak" Panggil Reyhan setelah Mahen duduk di kursi yang berada di samping brankar.
"Iya, kenapa?"
"Anu, kak..."
"Umm nggak jadi, deh"
"Jangan jahil, kakak nggak suka. Adek mau sesuatu?"
"Eng-gak"
"Kalau nggak ada sesuatu, ngapain manggil kakak?"
"Enggak apa-apa. Reyhan cuma pengen manggil kakak aja"
"Keliatan banget bohongnya tau, dek. Mau ngomong apa, sih, sebenernya? Sampe gugup gitu?"
"Mau apa, hm? Sini bilang sama kakak. Nanti kakak beliin"
"Enggak, kak, aku enggak--"
"Jangan bikin kakak bingung. Kenapa? Adek mau apa? Bilang aja sama kakak, nggak usah ragu-ragu kaya gitu"
"Bilang, adek mau apa?"
Mahen memejamkan matanya sejenak saat menyadari jika nada bicaranya pada sang adik sedikit meninggi, ia menatap Reyhan yang kini malah terdiam dengan kepala yang menunduk dalam, Reyhan tidak berani menatap sang kakak. Selalu saja terjadi, ketika Mahen sudah dalam mode cool, Reyhan pasti akan menjadi sensitif seperti sekarang ini.
"I-itu, kak..."
"Kenapa, hm?"
Reyhan menghela nafas panjang sebelum mengatakan keinginannya. Ia sudah tidak merasa takut lagi sekarang karena Mahen sudah kembali bersikap lembut.
"Reyhan b-bosen disini. Reyhan pengen jalan-jalan. Reyhan boleh nggak kak, jalan-jalan keluar?"
"Kenapa tiba-tiba banget?"
"Hmm nggak ta-u. Tapi Reyhan pengen banget jalan-jalan. Reyhan bosen disini terus, Reyhan bosen nyium bau obat-obatan terus. Reyhan pengen menghirup udara segar diluar sana, kak, Reyhan bosen pake alat ini terus. Nggak enak, panas rasanya"
Mendengar sang adik yang mengeluh, bukannya bersedih Mahen malah terkekeh kecil. Ia sangat memaklumi jika adiknya merasa seperti ini, karena ya... Dirawat di rumah sakit bukanlah hal yang menyenangkan. Jenuh, bosan, dan ingin segera pulang ke rumah sudah pasti akan dirasakan oleh setiap penghuni rumah sakit. Jangankan Reyhan yang tengah dirawat, dirinya sendiri saja merasa sangat jenuh setelah hampir satu bulan berada di rumah sakit ini.
"Jadi, adek mau jalan-jalan. Iya?"
"Iya, kak"
"Adek mau jalan-jalan kemana, emangnya?"
"Pengen ke..."
"Eumm anu..."
Reyhan kembali menunduk dan memainkan jari-jarinya, ia sangat ragu untuk mengutarakan keinginannya karena ia tidak yakin, jika Mahen akan menuruti permintaannya.
"Kemana, hm? Bilang aja nggak apa-apa"
"Reyhan pengen jenguk Ayah s-sama Bunda..."
"Udah lama banget Reyhan nggak kesana... Terakhir kali Reyhan kesana waktu mau ujian kemarin"
"B-boleh nggak, kak?"
Reyhan semakin tidak yakin dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, karena ia melihat Mahen yang hanya diam.
"Mau jenguk Ayah sama Bunda, ya"
"He-em"
"Hmm sebenernya kakak juga nggak tau, sih, adek boleh keluar dari ruangan atau enggak. Tapi nanti kakak coba tanya ke dokter Sean, ya"
"Kalau emang boleh, kita jengukin Ayah sama Bunda nanti, bareng-bareng sama kak Daniel juga"
"B-beneran, kak?"
"Iya, beneran. Kakak juga udah lumayan lama nggak jengukin Ayah sama Bunda. Terakhir kesana sekitar dua bulan yang lalu"
"Huh, jadi nggak sabar, deh"
Mahen terkekeh kecil dan mengusap pucuk kepala sang adik.
"Semangat banget, belum ditanya ke dokter Sean loh, dek"
"Hehehe"
"Udah jangan terlalu seneng dulu, takutnya nanti nggak dapet izin lagi. Sekarang mending adek istirahat, ya. Kalau butuh sesuatu panggil kakak aja. Oke?"
"Iya, kak"
_______________
KAMU SEDANG MEMBACA
REYHAN [END]
General Fiction[Brothership not BxB] Kisah seorang Reyhan Jean Nugraha yang berusaha untuk mendapatkan kasih sayang dari sang kakak, Mahen Desta Nugraha. Huang Renjun as Reyhan Mark Lee as Mahen Lee Jeno as Jevano