Bab 12: Resepsi

241 19 5
                                    

Tutup buku, buka terop. Itulah istilah orang jaman dulu kalau ada anak yang lulus sekolah langsung nikah. Ya kurang lebih sama kayak Thorn. Cuma bedanya, biasanya mereka emang udah niatan dijodohin, lah Thorn bagai pangeran jatuh dari langit tak ada yang tahu.

Thorn sekarang lagi kalem, atau lebih tepatnya pura-pura kalem di pelaminan. Solar duduk di sampingnya sambil sibuk ngerumpi sama Halilintar dan Ice. Gajelas emang, biasanya si cewek yang rempong ngerumpi sama temen-temennya. Sebab ini adalah acara resepsi pernikahan, yang dilakukan setelah mendaftarkan pernikahan mereka ke KUA sehingga mereka juga sah di mata negara.

“Bang, gua nggak nyangka. Gua kira lu bakal terus-terusan ngePHP-in cewek. Eh ternyata ada juga ya cewek yang lu seriusin.” kekeh Ice. “Iya dong. Soalnya Thorn itu berbahaya banget.” kata Solar.

Mata Thorn langsung melotot denger ucapannya Solar. “Oh jadi gitu, Eneng bahaya ya buat Akang?” tanya Thorn berusaha nahan marah. “Maksud Akang, berbahaya banget kalo gak cepet-cepet dinikahin. Makanya denger sampe abis dulu atuh.” rayu Solar.

Seketika Thorn jadi salah tingkah. Pipinya merona lagi. Entah udah berapa kali Solar ngegombalin dia hari ini. Emang dasar buaya darat, mudah-mudahan aja Solar setia ya. Kalo gak setia, ntar Othor pastikan palanya benjol kena panci 10000 pro max punya Gempa. Eh.

“Bini lu masih imut-imut Bang. Malah mudaan kakak ipar gua daripada gua. Dia baru lulus SMA, gua udah duda anak 1. Lah elu, tua banget! Untung bocilnya mau!” kata Halilintar. “Gak papa tua, yang penting makin tua makin ganteng. Ya 'kan istriku?” kekeh Solar. “HOEK! MUNTAH SEKEBON!” ujar Halilintar dan Ice bersamaan. “Yaelah emang dasar adek durhaka kalian tuh. Gak mau mengakui ketampanan Abang sendiri.” kata Solar kesel.

“Udah Kang udah, nggak apa-apa Akang nggak ganteng di mata adek-adeknya Akang. Yang penting, Akang ganteng di mata calon ibu dari anak-anaknya Akang.” kekeh Thorn mulai berani ngegombalin Solar juga.

Sekarang, giliran pipinya Solar yang merah merona. “Hehehe, Eneng bisa aja. Eneng ngegombal gitu diajarin siapa sih?” kekeh Solar malu-malu. “Eneng 'kan cuma memaparkan fakta. Akang itu ganteng di mata Eneng, itu udah cukup. Akang nggak perlu nyari pengakuan dari orang lain.” tutur Thorn lembut.

Solar menjawil hidungnya Thorn karena gemes. “Romantis banget sih istriku yang satu ini. Besok-besok gombalin Akang lagi ya, nanti Akang gombalin balik.” kekeh Solar.

“Ya apalah, kita jadi nyamuk doang!” protes Ice. “Sabar Ice, ini ujan.” kata Halilintar. “Hah? Ujan? Kok tau kalo ujan?” tanya Ice. “Yang mau naik kelas itu lho, 'kan ada ujan.” kekeh Halilintar. Ice ngelag sebentar, dan akhirnya paham juga. “Ujian kali! Dasar jokes bapak-bapak, bikin gua mikir aja!” tawa Ice sambil menoyor kepala Halilintar. Yang ditoyor kepalanya cuma cekikikan.

Hanum, Lita, dan Aila sibuk nyambut tamu. Begitupun Amato. Sedangkan Robi dan Thea sibuk mencicipi segala makanan yang ada di resepsi. Makanannya macem-macem, ada bakso, soto, sate, capcai, banyak lah.

Di suatu tempat resepsi, ada seorang laki-laki yang memandang Solar dan Thorn dengan mata iri dengki. Yeuh, jangan iri jangan iri, jangan iri dengki. Dislepet Solar tahu rasa lu.

“Idah, Thorn sudah menikah dengan Solar. Kamu mau membantuku untuk merusak hubungan mereka?” tanya Seno penuh amarah. “Kang Seno cemburu ya lihat Thorn nikah sama yang lain?” kekeh Idah.

“Aku pasti cemburu, Idah. Masa iya, aku yang sejak dulu berjuang mati-matian demi mendapatkan cinta Thorn dan restu orangtua Thorn, malah kalah dengan seorang perjaka tua yang berhasil menikahinya hanya karena dia dipercaya oleh Thea. Aku harus membalas dendam.” ucap Seno sengit.

“Idah mau bantu Kang Seno, tapi ada satu syarat.” kekeh Idah. “Apa syaratnya?” tanya Seno. “Akang harus nikahi Idah, dan kita sama-sama merusak hubungan mereka.” kekeh Idah.

Idah memang sebenarnya menyukai Seno sejak remaja. Mereka juga satu kasta, karena orangtua Idah seorang peternak yang sukses. Sayangnya, cinta Seno malah tertuju pada seorang anak buruh yang dipekerjakan orangtuanya, yaitu Thorn.

“Akang setuju. Yang penting kamu mau bantuin Akang. Akang harus memisahkan mereka, dengan cara apapun itu.”

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Gw gatau ide gaje nih muncul darimana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gw gatau ide gaje nih muncul darimana. Pokoknya tungguin aja Seno dan Idah beraksi, gw udah greget sama nih 2 tokoh.

Gara-Gara Keasinan: SOLTHORN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang