Bab 6: Tergoda

347 29 3
                                    

Solar semakin mendekati wajah Thorn dan menatap dalam-dalam mata Thorn. Thorn cuma bisa meneguk ludah, makin deg-degan pastinya.

Solar menatap lekat bibir mungil Thorn yang berwarna pink. Pipi Solar merona merah seketika, dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Astagfirullah, Solar... Nggak boleh..." gumam Solar. Thorn menatap Solar dengan heran.

"Kang Bensin mau ngapain sih sama saya?" tanyanya dengan polos, membuat Solar kembali kesal. "Nggak, nggak ada. Tadinya saya mau nampar kamu, tapi nggak jadi." elak Solar, belum berani menatap wajah Thorn.

"Nampar?! Hwaaa Teteh, Kang Bensin mau nampar Thorn!" teriak Thorn ketakutan. "Ish, saya bilang nggak jadi. Nggak usah teriak-teriak gitu, berisik tahu." tegur Solar. "Daripada kamu teriak-teriak nggak jelas, mending saya obatin luka kamu. Siniin bagian kaki kamu yang luka tadi."

Thorn pun menurut dan menyerahkan kakinya ke Solar. Solar memeriksa luka lecet Thorn yang sudah dicuci dan mulai mengobati luka Thorn dengan kain bersih.

"Yaa Allah... Pahanya mulus banget... Astagfirullah mata saya kenapa sih Yaa Allah!!!" batin Solar berteriak.

Solar berusaha untuk tetap fokus pada luka Thorn. Dilarang untuk mencari kesempatan dalam kesempitan ya gaes. Yang ada kalo Solar macem-macem, Thorn tambah takut sama dia. Apalagi mereka beda 15 tahun, kesannya kayak aneh aja gitu.

"Nah, udah. Lain kali, jangan lari-lari ya. Kalau jatuh, sakit lho." pesan Solar. "Iya, Kang. Thorn cuma terlalu bersemangat aja..." ujar Thorn mencari alasan. "Iya, Akang tahu kok kamu pasti kangen sama almarhum kedua orangtua kamu. Tapi, kamu jangan lupa perhatikan diri sendiri dong..." ucap Solar dengan senyuman manis melebihi gula dan madu, membuat hati Thorn meleleh dengan sendirinya.

"Wah, ternyata walaupun ganteng-ganteng genit, perhatian juga nih cowok. Tapi tetep aja aneh sih, lagian masa tampangnya udah mateng gitu belum punya istri? Apa nggak ngamuk ya istrinya? Ah apa emang gitu kali ya orangnya, apalagi dia 'kan dokter. Harus ramah sama pasien." batin Thorn.

"Iya, makasih Kang." jawab Thorn singkat. Diemmm aja tuh anak, sedangkan Solar masih cengar-cengir natap Thorn.

"Udah yuk, Solar, disini ya makam Mang Asep sama Teh Yati. Makasih!" ucap Thea duduk di sebelah makam kedua orangtuanya. Begitupun Thorn yang mengikuti Thea, lalu menyirami makam kedua orangtuanya dengan air, Thea yang menaburkan bunga melati.

Solar masih saja menatap Thorn dengan pipi merona merah. Meskipun dia Playboy Internasional yang dikenal jago gombal dan tebar pesona sana sini, tapi sebenarnya Solar itu nggak pernah pacaran. Dia cuma modal dekati cewek, baperin, setelah ceweknya confess, dia malah bilang "Aku cuma anggap kamu temen gabut aku." terus dighosting. Emang dasar PHP nih Solar. Pantesan gak nikah-nikah sampe umur 33 tahun, eh.

•~oOo~•

Solar: Kampret lu Thor -_- Gini-gini gua udah jadi dokter lho ya.
Author: Awoakowkaowkw, salah sendiri anggap aja semua cewek itu temen. Nggak nikah-nikah jadinya 'kannn XD
Thorn: Iya tuh, Playboy banget. Pantesan nggak nemu-nemu istri.
Author: Iya, 'kan jodohnya telat lahir bertahun-tahun dari dia awoakowkwowk.

•~oOo~•

Sambil nungguin Thea dan Thorn berdoa, Solar duduk-duduk di bangku panjang di makam. Dia berusaha mengalihkan pandangan dari Thorn.

"Istighfar, Solar! Istighfar! Kenapa sih lu bisa tergoda sama paha mulus punya bocil kayak dia! Padahal mantan gebetan lu banyak yang lebih hot! Aaarrrggghhh!!!" batin Solar bertengkar dengan diri sendiri.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Gimana ceritanya? Awoakwowkowkw gaje, gw lagi gada ide 🗿☝️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana ceritanya? Awoakwowkowkw gaje, gw lagi gada ide 🗿☝️

Gara-Gara Keasinan: SOLTHORN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang