[COMPLETED]
Thorn Dewi Lestari, gadis remaja berusia 18 tahun yang baru saja lulus SMA, terpaksa menikah dengan seorang dokter tampan yang suka merayu wanita dan tebar pesona.
Awalnya, karena Thorn sedang banyak pikiran tentang pekerjaan setelah lul...
“Bentar ya Neng, Akang mau ke kamar mandi dulu.” kata Solar. “Oh iya Kang. Ini dikit lagi Eneng juga mau selesai kok ngepelnya.” balas Thorn. Akhirnya, Solar langsung ke kamar mandi.
“Halo Thorn!” ujar seorang laki-laki, tepat di depan pintu kondominium Solar. Thorn ngelirik, dan benar aja, itu adalah laki-laki yang paling ia benci seumur hidupnya. Seno Prasetyo.
Frustasi nggak dibukain pintu sama Thorn, akhirnya Seno dobrak tuh pintunya langsung. Seno nyengir lebar, yang bikin Thorn bergidik ngeri. Udah gitu, tangannya Seno megang pisau tajam lagi.
“Sekarang, kamu nggak bisa lagi lari dari aku, Thorn. Aku akan bikin kamu sepenuhnya jadi milikku.” kekeh Seno nyeremin. “Kamu jangan macem-macem!” elak Thorn dengan suara lantang.
Seno makin menjadi, dia terus ngedeketin Thorn dengan senyuman menyeramkannya itu. “Nggak kok, aku nggak macem-macem. Karena yang mau aku lakuin cuma satu macem.” kekeh Seno semakin jahat. Seno grepe-grepe pahanya Thorn pake tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih pegang pisau.
“Suara siapa itu ya? Perasaan yang ada di rumah cuma aku dan Neng Thorn. Kenapa jadi ada suara cowok?” lirih Solar yang memang udah mau keluar dari kamar mandi.
“TOLOOOONGGGG!!!” jerit Thorn keras-keras. Bahkan tetangganya mungkin juga pada denger. Buktinya, Galuh dan Alea, tetangga sebelah kondominiumnya Solar, langsung pada mampir juga. Solar langsung lari gitu aja ke ruang tamu.
“JANGAN TERIAK! ATAU KAMU AKAN SAYA B*N*H!!” bentak Seno sambil mojokin Thorn ke tembok dan ngarahin pisau itu ke lehernya Thorn.
Disana, kelihatan jelas Thorn mukanya pucet banget karena panik. “J-Jangan... Jangan apa-apakan saya...” rintih Thorn dengan suara yang melemah. Pahanya semakin diremas kuat oleh Seno, dan pisau itu semakin deket ke leher Thorn.
“JANGAN APA-APAIN BINI ORANG LU! LU BAKAL BERURUSAN SAMA GUA!” bentak Galuh sambil nyengkram kuat kerah bajunya Seno dari belakang, jadinya Seno ngerasa kecekik. Pisaunya melayang, dan Solar langsung nangkep tuh pisau supaya nggak ada yang luka kalau salah sasaran.
“AAAAKKKKHHH! LEPASIN!” teriak Seno berusaha memberontak, tapi sia-sia. Nggak mungkin dia bisa ngelawan Galuh yang sebesar dan sekekar itu. Apalagi Seno itu termasuk cowok yang badannya kecil dan kurus.
“COWOK BELAGU! BERANINYA CUMA SAMA CEWEK!” nggak mau kalah sama suami, Alea ikut-ikutan ngebentak Seno yang bikin Seno makin takut.
Solar yang biasanya lembut dan penyabar, kini udah jadi sosok yang berbeda. Matanya tegas, natap Seno dengan nyalang. Raut wajahnya penuh amarah.
“KAU BOLEH CELAKAI SAYA, ASAL JANGAN ISTRI SAYA! THORN DEWI LESTARI, HANYA MILIK SAYA UNTUK SELAMANYA!” teriak Solar lebih keras dan menggelegar daripada Galuh dan Alea. Tangannya mengepal erat, dan reflek meninju dada Seno dengan keras.
“Akh!” erang Seno kesakitan. “Akang...” lirih Thorn mulai nangis. Galuh dan Alea langsung ngunci tangannya Seno dari belakang, dan nyeret Seno entah kemana perginya. “Lepaskan saya!” pinta Seno. “Diam!” satu kata ketus Alea berhasil bikin Seno bungkam. Seno pertama kalinya kalah sama cewek kali ini.
Solar noleh ke belakang. Solar taruh pisau di atas meja, dan memeluk hangat Thorn yang kelihatan syok dan ketakutan. Thorn langsung nangis nggak karu-karuan di pelukan Solar.
“Maafin Akang, Neng. Harusnya Akang kunci pintu kondominium tadi, supaya nggak ada orang resek yang masuk kesini.” lirih Solar sambil terus ngelus-elus punggung Thorn yang masih nangis.
Bersambung.....
. . . . .
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gw lagi gaada ide buat komedi ataupun bucin, jadi bikin ini. Sabar, part Seno ngacauin rumah tangga mereka belum habis.
Solar: Awas aja lu Seno, untung belum gw genjreng pala lu ye.