Bab 22: Ngidam

175 19 13
                                    

Mon maap di skip lagi :>, skip aja ke kandungan Thorn yang ke 6 bulan, alias November 2024. Ceritanya Solar sama Thorn lagi di rumah Cimahi alias rumah lama Thorn, biar rumahnya tetap bersih, rapi, dan terawat. Sekalian abis ini mau ziarah ke makam Bapa-Ema Thorn kayak biasa.

“Akang~ Eneng pengen bakso beranak yang anaknya 5!” rengek Thorn dengan nada manja. “Lho, emangnya Eneng tau bakso beranak itu anaknya berapa?” kekeh Solar. “Ya nggak sih. Tapi intinya bakso beranak. Boleh ya Kang? Di Teh Sumi situ aja.” pinta Thorn dengan muka memelas.

“Oke oke. Ini duitnya. Mau ditemenin apa nggak usah?” tanya Solar sambil menyodorkan uang 20 ribu rupiah. “Ih, ya ditemenin dong Kang. Eneng takut digodain cowok-cowok lagi kayak pas masih gadis. Kalau Akang jagain 'kan mereka jadi segan sama Akang.” kata Thorn.

|Flashback on|

Suatu hari di saat Thorn masih berusia 16 tahun, Thorn mau mampir ke warung serba ada nya Teh Sumi buat beli minyak sama telor. Kenapa serba ada? Karena semuanya ada, jadi warung makan bisa, jadi toko juga bisa. Tiba-tiba, cowok-cowok yang lagi ngopi sambil makan gorengan di situ pada genit sama Thorn, salah satunya Seno.

“Cewek! Senyum sini dong, biar cantik!” goda salah satu cowok yang rambutnya botak :v. “Eneng! Ayo sini liat saya, siapa tau kepincut!” ucap cowok yang di sebelahnya.

“Jangan mimpi kalian semua! Thorn Dewi Lestari, itu hanya milik saya!” ucap Seno lantang sambil berkedip genit ke Thorn. Bulu kuduk Thorn langsung berdiri dan cepat-cepat milih barang trus bayar. Kelanjutannya? Udah pasti lari ngibrit ke rumah. Sejak saat itu, Thorn ampun-ampun dah kalau ke warung atau toko manapun yang banyak cowoknya disitu, mending puter balik, cari tempat lain!

|Flashback off|

“Eneng serius, Seno sampai ngomong kayak gitu?” kata Solar berusaha nahan marah dan mengepalkan tangan erat-erat karena rasa cemburu yang membabi buta. “Ya, Kang Seno obsesif banget sama Eneng. Eneng jadi takut sama Kang Seno. Giliran Eneng baikin, eh dia malah posesif. Dia menghalalkan segala cara supaya diperhatiin sama Eneng. Makanya Eneng jauhin aja, soalnya Eneng nggak bisa jahatin orang.” jelas Thorn.

“Ya udah, Akang temenin. Pokoknya Eneng jangan kemana-mana sendirian ya, kecuali ada orang yang Eneng percaya buat ngelindungin Eneng.” pesan Solar. “Siap, Kang! Eneng juga takut kalau Eneng diapa-apain orang di jalan dan nggak bisa melindungi diri sendiri.” kata Thorn.

Mereka tutup dan kunci pintu rumah, supaya keamanannya lebih terjamin, habis itu jalan barengan ke warung Teh Sumi yang nggak jauh dari situ.

“Teh! Bakso beranaknya seporsi sama es teh dua, dimakan disini!” ucap Thorn dengan lantang supaya Teh Sumi kedengeran. “Oh iya Neng, tunggu bentar ya!” jawab Teh Sumi sambil mencatat pesanan Thorn biar nggak lupa, soalnya disini juga banyak pelanggan lain.

“Di pojok situ aja, Neng. Yang lain pada rame banget. Biar kita bisa kencan romantis gitu berduaan, meskipun lagi rame.” kikik Solar. Thorn ketawa lebar. “Akang ada-ada aja. Ya udah, ayo duduk disana.” ucap Thorn. Akhirnya, Solar dan Thorn duduk saling berhadapan, dengan tatapan yang begitu mesra.

Di sisi lain, ada cowok yang natep marah ke Solar dan Thorn. Mana temen-temen di sebelahnya manas-manasin lagi. “A, itu 'kan cewek inceran Aa?” tanya seorang cowok yang sepertinya baru gabung nongkrong disitu.

“Iya. Dia dan laki-laki tua nggak laku itu.” sinis Seno. Tiba-tiba, Seno menggubrak meja, mengejutkan seluruh pelanggan di warung Teh Sumi, tak terkecuali Solar dan Thorn.

Bersambung.....

.
.
.
.
.

Hayo, Seno mau ngapain?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayo, Seno mau ngapain?

Gara-Gara Keasinan: SOLTHORN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang