Bagian 32

24 12 2
                                    

Zena duduk di antara Tarisa dan Clara di sudut kedai kopi yang terang benderang, dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang menciptakan aura hangat di sekelilingnya. Wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan yang sulit disembunyikan, matanya berbinar seperti bintang-bintang yang bersinar di langit malam.

"Zena, aku masih tidak percaya kalau kalian akan bertunangan!" ujar Tarisa, suaranya penuh dengan kegembiraan yang tak terkira saat mendengar kabar bahwa Zena akan segera bertunangan dengan Airlangga.

Clara tersenyum lebar, "Ah, kaget banget dengernya! Aku bahagia banget dengernya. Airlangga emang orangnya baik banget, kamu pantes dapetin dia. Semoga kalian bahagia dan langgeng sampe pernikahan, ya."

Zena tersenyum manis, membalas ucapan sahabat-sahabatnya dengan penuh cinta dan terima kasih, "Terima kasih, kalian berdua. Aku sangat bersyukur memiliki kalian di sampingku dalam momen-momen seperti ini. Airlangga adalah orang yang istimewa bagiku, dan aku sangat beruntung bisa bersamanya."

Mereka bertiga duduk bersama di meja kayu kecil yang dipenuhi dengan cemilan dan minuman yang menggugah selera. Aura bahagia dan keceriaan menyelimuti ruangan, menciptakan suasana yang begitu menyenangkan.

"Jadi, ada 'chemistry' di antara kalian sejak awal? Dulu kamu sering banget ngomongin soal dosen di kampus kamu, siapa sangka sekarang bakalan jadi istrinya." Tarisa mengunyah camilan di mulutnya.

Zena tersenyum lembut, "Ya, memang begitu. Saat pertama kali bertemu dengannya, aku merasa seperti kami sudah saling mengenal selama bertahun-tahun. Airlangga adalah orang yang sangat perhatian dan hangat. Dia membuatku merasa spesial setiap hari."

Clara tersenyum hangat, "Dan kamu juga, Zena. Kamu adalah orang yang luar biasa, dan kamu pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini."

Mereka berbagi cerita-cerita, tertawa bersama, dan merasakan kebersamaan yang begitu erat. Setiap kata dan tawa yang mereka bagi menjadi bukti betapa pentingnya kehadiran satu sama lain dalam hidup mereka.

***

Zena duduk di ruang tamu yang hangat dan nyaman, di antara kedua orang tuanya yang penuh perhatian. Dia menatap mereka dengan mata berbinar-binar, hatinya penuh dengan kegembiraan yang sulit untuk disembunyikan. Setelah beberapa saat menahan napas, Zena akhirnya memutuskan untuk berbagi kabar bahagianya.

"Ayah, Ibu," ucap Zena dengan suara yang gemetar karena kegembiraan, "Aku punya sesuatu yang ingin aku sampaikan kepada kalian."

Orang tua Zena melihat ke arah putri mereka dengan senyum hangat. Mereka dapat merasakan kegembiraan yang mengalir dari setiap kata yang akan diucapkan oleh Zena.

"Ada apa, Nak?" tanya sang ibu dengan lembut, sementara ayahnya menatap Zena, menunggu hal apa yang akan disampaikan gadis kecilnya.

Zena menelan ludah, menyiapkan dirinya untuk mengungkapkan kabar yang begitu penting baginya. "Aku ... aku akan bertunangan dengan Airlangga, Ayah, Ibu."

Ekspresi wajah kedua orang tua Zena berubah menjadi penuh kehangatan dan dukungan. Mereka tidak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka melihat putri mereka begitu bersemangat.

"Benarkah, Nak?" tanya sang ayah dengan suara yang penuh dengan kebanggaan.

Zena mengangguk dengan senyum yang memancar dari wajahnya, "Ya, Ayah. Aku sangat bahagia. Airlangga adalah orang yang baik, perhatian, dan penuh kasih. Aku tidak sabar untuk memulai hidup baru bersamanya."

Sang ibu menghapus air mata kebahagiaan dari matanya, "Kami sangat senang mendengarnya, Zena. Selama kamu bahagia, kami akan selalu mendukungmu."

Sang ayah tersenyum, merasa lega bahwa putrinya telah menemukan seseorang yang akan menjaga dan mencintainya sebagaimana layaknya. "Kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu, Nak. Jika Airlangga membuatmu bahagia, kami sepenuhnya mendukungmu."

Zena merasa lega mendengar dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Rasanya seperti sebuah beban yang besar telah terangkat dari pundaknya, dan dia bisa merasakan semangatnya semakin berkobar-kobar.

Hari-hari berikutnya berlalu dengan cepat. Zena merasa seperti dunianya dipenuhi dengan cahaya kebahagiaan.

Lebih baik lagi, dia merasa lega karena Putri dan Rakha telah pergi dari hidupnya. Mereka adalah bagian dari masa lalunya yang kini telah berakhir. Kedua orang itu tidak akan mengganggunya lagi, dan Zena bisa melangkah maju dengan tenang dan percaya diri.

Zena tidak bisa menahan senyumannya ketika dia memikirkan masa depannya bersama Airlangga. Mereka telah merencanakan banyak hal bersama, dari rumah tangga yang bahagia hingga petualangan yang menanti di depan sana.

Setiap kali dia memikirkan Airlangga, hatinya berdebar-debar dengan kegembiraan. Airlangga adalah sosok yang begitu istimewa baginya, seseorang yang mengerti dan menerima dia apa adanya. Dia juga sudah tidak sabar melihat pria yang dicintainya datang ke rumah bersama orang tuanya dan menyatakan ikatan di hadapan orang tuanya. Pipi Zena tiba-tiba saja memanas membayangkan hari itu akan tiba.

***

Zena tersenyum lebar saat Airlangga menawarkannya untuk pergi ke taman kota. Malam itu, langit kota bercahaya gemerlap dengan lampu-lampu yang bersinar di kejauhan. Mereka berjalan berdua di antara gedung-gedung tinggi, menghirup udara segar malam yang menenangkan. Sesekali mendongak ke atas langit di mana taburan bintang bertaburan.

Taman itu merupakan tempat kecil di tengah kota yang sibuk. Cahaya lampu-lampu taman menambah keindahan suasana malam itu.

Ketika mereka tiba di taman, suasana masih hidup. Anak-anak bermain di area bermain, orang-orang duduk di bangku-bangku taman, dan banyak penjual makanan serta mainan yang bisa dicoba oleh anak-anak.

"Mau coba?" Airlangga menunjuk sebuah stand yang menyediakan gambar untuk diwarnai. Sebenarnya itu disediakan untuk anak-anak.

"Mau!" Zena mengangguk senang dan langsung memilih gambar mana yang akan mereka warnai.

Tak lama kemudian, Zena dan Airlangga mulai mengoleskan cat. Mereka tidak terlalu memikirkan hasil akhirnya, bahkan keduanya malah perang mengoleskan cat ke wajah, saling membalas dan mengejar.

Bahkan, anak-anak yang sedang ikut mewarnai pun ikut-ikutan. Hingga akhirnya Zena menghasut anak-anak intuk mengejar Airlangga dan mengoleskan cat ke wajahnya.

Zena tertawa senang, merasa menang saat Airlangga dikerumuni anak-anak yang mencoret wajahnya dengan cat. Pria itu bahkan sengaja berjongkok dan membiarkan anak-anak mencoret wajahnya.

Setelah puas, mereka pun kembali menyelesaikan gambarnya. Lalu bertaruh gambar siapa yang lebih bagus hasilnya. Namun, tentu saja gambar buatan Airlangga lebih bagus dan rapi karena memang pria itu sendiri menyukai dan sering melukis.

Zena cemberut karena merasa kalah, ia lalu menjahili gambar Airlangga dengan mencoretnya, lalu berlari dan tertawa. Airlangga mengajar dan menangkapnya.

Ketika mereka selesai, mereka duduk di atas rumput, menatap langit yang dipenuhi bintang-bintang di atas kepala mereka, setelah mencuci muka.

Zena merasa begitu beruntung memiliki seseorang seperti Airlangga di sisinya.

Airlangga merangkul Zena dengan lembut, "Terima kasih telah menjadi bagian dari malam yang indah ini bersamaku, Zena. Aku sangat bahagia bisa berbagi momen ini denganmu."

Zena tersenyum, hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Dia tahu bahwa malam itu akan menjadi kenangan yang selalu dia simpan dalam hatinya, sebagai salah satu momen paling berharga dalam hidupnya.

***

Just Friend (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang