Hari pertama mereka habiskan untuk beristirahat setelah melewati perjalanan panjang. Mereka hanya membuat acara barbekyu di malam harinya.
Hari kedua liburan mereka diwarnai dengan semangat petualangan yang menggelora. Setelah sehari istirahat dari perjalanan panjang, Airlangga dan Zena memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai yang indah.
Matahari terbit dengan sinarnya yang hangat, menerangi langit dan memantulkan cahaya ke air laut yang berkilauan. Suasana pagi itu sangat tenang dengan disuguhi pemandangan indah. Airlangga, Zena, dan Andreas mempersiapkan diri mereka untuk hari yang akan penuh dengan petualangan dan keseruan di tepi pantai.
Setelah sarapan pagi yang ringan, mereka segera menuju pantai dengan perasaan penuh kegembiraan. Zena merasakan getaran kegembiraan dan ketegangan di perutnya saat mereka mendekati garis pantai. Dia tidak pernah mencoba selancar air sebelumnya, dan pikiran tentang menghadapi ombak yang besar membuatnya merasa sedikit gugup.
Namun, Airlangga dengan penuh semangat mengajaknya, "Ayo, Zena! Aku akan mengajari kamu bagaimana cara bermain selancar air."
Zena menatapnya dengan ketakutan, tapi juga dengan kepercayaan. "Apa kamu yakin aku bisa melakukannya?"
Airlangga tersenyum lembut, "Tentu saja kamu bisa! Aku akan ada di sampingmu, aku tidak akan membuatmu sampai tenggelam."
Mereka pun menuju ke tempat penyewaan papan selancar air. Zena memperhatikan dengan penuh kekaguman bagaimana Airlangga dengan lincahnya memilih papan yang cocok untuk mereka berdua.
Setelah memilih papan, mereka berjalan menuju tepi pantai yang luas. Ombak besar bergulung-gulung di kejauhan, menciptakan pemandangan yang spektakuler.
"Siap untuk mencoba, Zena?" tanya Airlangga dengan senyuman cerah di wajahnya.
Zena menelan ludah, tapi mengangguk dengan mantap. "Aku siap."
Airlangga memberikan instruksi tentang cara berdiri di atas papan selancar, bagaimana mengendalikan arah, dan bagaimana menghadapi ombak. Zena mendengarkan dengan seksama, mencoba memasukkan setiap detail ke dalam pikirannya.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Airlangga dan Zena bersiap-siap untuk meluncur ke dalam ombak yang menggoda. Zena merasa detak jantungnya semakin cepat, tetapi juga penuh dengan semangat.
Airlangga memberikan tanda, dan mereka meluncur ke dalam ombak yang bergulung-gulung. Zena merasakan adrenalin memenuhi tubuhnya saat ia berusaha untuk menyeimbangkan dirinya di atas papan. Awalnya agak sulit, tetapi dengan bimbingan Airlangga, Zena mulai merasa lebih percaya diri.
Mereka berusaha berdiri dan mengendalikan papan selancar dengan berbagai cara. Terkadang Zena berhasil, tetapi kadang-kadang juga jatuh ke dalam air dengan gemetar. Tetapi setiap kali jatuh, Airlangga sudah dengan sigap untuk membantu Zena.
Zena meskipun awalnya takut, mulai menikmati sensasi berada di atas ombak. Dia merasakan kebebasan dan kegembiraan yang luar biasa setiap kali berhasil menaklukkan ombak.
Andreas yang bertugas merekam momen-momen mereka, tersenyum sendiri melihat kedua insan itu bermain di ombak. Meskipun dia hanya menjadi penonton di tepi pantai, Andreas merasa senang bisa menyaksikan kebahagiaan mereka. Tetapi, sedikit kekesalan terlintas di pikirannya saat dia menyadari bahwa di sana dirinya hanya menjadi 'obat nyamuk' diantara mereka berdua. Meski begitu, dirinya tidak bisa marah karena dirinya sudah diajak jauh-jauh untuk berlibur dengan biaya ditanggung oleh kakaknya.
Saat sore menjelang, mereka berdua melangkah keluar dari air, terengah-engah dan dipenuhi dengan kegembiraan. Meskipun ada beberapa kejadian lucu dan momen jatuh yang menyenangkan, mereka semua merasa sangat bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan di pantai.
Mereka duduk di tepi pantai, merenungkan petualangan yang baru saja mereka alami. Zena merasa bangga pada dirinya sendiri karena telah mengatasi ketakutannya, sementara Airlangga merasa senang bisa berbagi pengalaman selancar air dengan teman hidup terbaiknya.
Andreas menghampiri mereka dengan senyuman di wajahnya, membawa kamera untuk melihat hasil rekaman mereka.
"Kalian harus membayarku karena membuatku menjadi fotografer dadakan di sini." Andreas protes.
"Bayaranmu kan sudah. Liburan ini memangnya siapa yang bayar?" Airlangga bergurau.
"Ah, tapi aku merasa cuma jadi satpam yang melihat kegembiraan kalian berdua." Andreas menggelembungkan pipinya lucu.
"Ya, baiklah, berapa harga dari rekaman ini?" Zena terkekeh.
"Penawaran tertinggi akan langsung aku setujui."
Mereka semua tertawa, merasa bersyukur atas kebahagiaan yang mereka rasakan. Hari itu di pantai, telah menjadi hari yang penuh warna, penuh dengan tawa, keseruan, dan tentu saja, banyak kenangan yang tak terlupakan. Liburan mereka baru saja dimulai, dan mereka tidak sabar untuk melanjutkan petualangan yang lebih seru lagi.
***
Malam itu, suasana dipenuhi dengan ketenangan. Cahaya bulan memantulkan sinarnya di atas permukaan kolam renang, menciptakan kilauan yang mempesona di air. Di tepi kolam, sebuah meja kecil disusun rapi dengan lilin-lilin yang memberikan sentuhan romantis pada malam itu.
Airlangga dan Zena duduk di meja itu, tersenyum satu sama lain di bawah gemerlap bintang. Suasana begitu damai dan indah, menciptakan momen yang sempurna untuk makan malam.
Mereka menikmati hidangan lezat yang disiapkan dengan penuh cinta. Suara gemericik air kolam menjadi latar belakang yang menenangkan bagi percakapan mereka yang penuh canda dan tawa.
"Apa kamu menikmati hari ini, Zena?" tanya Airlangga sambil tersenyum lembut.
Zena mengangguk dengan senyum manis di wajahnya, "Ya, aku benar-benar menikmatinya. Terima kasih telah mengajari aku selancar air tadi pagi. Itu pengalaman yang luar biasa! Tapi, aku masih sedikit takut untuk menaklukan ombak besar, di sisis lain aku juga ingin mencobanya."
Airlangga tersenyum bangga, "Sama-sama. Setelah kamu bisa mengendalikan papan airnya, aku yakin kamu bisa menaklukan ombak besar."
Mereka melanjutkan makan malam dengan penuh kebahagiaan, saling berbagi cerita dan tertawa bersama-sama. Namun, di samping itu, mereka juga menikmati keheningan yang menyenangkan, di mana mereka bisa merasakan kedekatan satu sama lain tanpa banyak kata.
Sementara itu, di dalam kamar, Andreas duduk di depan layar laptopnya, terlena dalam dunia kartun anime yang mengasyikkan. Dia tersenyum sendiri, terhibur dengan cerita dan karakter yang menggelitik di layar.
Waktu berlalu dengan cepat, dan malam semakin larut. Airlangga melihat jam di pergelangan tangannya dan menyadari bahwa sudah waktunya untuk istirahat.
"Zena, mungkin sudah saatnya untuk kita tidur. Kita harus menyiapkan energi untuk petualangan besok," ujar Airlangga dengan lembut, memecah keheningan malam.
Zena mengangguk, setuju dengan saran Airlangga. Mereka berdua berdiri dari meja makan, merasa kenyang dan puas dengan malam yang baru saja disantapnya.
Airlangga memberikan tangan Zena dan membimbingnya ke dalam vila menuju kamar tidur mereka. Di tengah perjalanan, Zena menoleh ke arah Airlangga dengan senyum di wajahnya.
"Terima kasih untuk malam yang indah ini, Mas. Aku benar-benar menikmatinya," kata Zena dengan lembut.
Airlangga tersenyum, "Sama-sama, Sayang. Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu."
Mereka berdua tiba di depan pintu kamar tidur mereka, siap untuk beristirahat setelah hari yang menyenangkan itu. Airlangga membuka pintu dan mempersilahkan Zena untuk masuk terlebih dahulu.
"Selamat malam, Sayang. Semoga mimpi indah," ucap Airlangga dengan suara lembut.
Zena tersenyum, "Selamat malam, Mas. Terima kasih atas semuanya."
Mereka berdua bertukar senyuman sebelum Zena memasuki kamar tidur. Airlangga menunggu sebentar di luar pintu, memastikan Zena nyaman di dalam.
Setelah yakin Zena sudah siap untuk tidur, Airlangga pun memutuskan untuk masuk ke kamarnya, yang di sana sudah ada Andreas yang masih anteng menonton.
Di kamar, Zena merasa hangat dan damai. Dia merenung sejenak tentang hari yang baru saja berlalu, dan tentang aktivitas apa lagi yang menanti esok hari. Dengan senyum di wajahnya, dia membenamkan diri di tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend (SELESAI)
Ficção AdolescenteAlzena Askana Erendira berpikir bahwa hidupnya telah sempurna seperti bayang-bayangnya. Memiliki keluarga yang bahagia, persahabatan yang solid, dunia perkuliahan yang menyenangkan, hingga ketenangan hidup yang selalu menyelimutinya. Namun, dia ba...