01: [Hujan]

296 20 9
                                    

Di seberang jalan terlihat seorang gadis remaja, memakai baju khas SMA dengan rambut pendek sebahu yang sedang berdiri di trotoar menunggu angkutan umum. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

Tetapi nihil, angkutan umum itu tak kunjung muncul batang hidungnya. Butiran demi butiran air dengan derasnya membasahi kota. Gadis remaja itu berlari terpontang-panting mencari tempat untuk berteduh. Ia berlari menuju halte bus dekat sekolah.

"Huft, baju gue jadi basah!" gerutu gadis remaja itu seraya melirik baju yang dipakainya nyaris basah semua dikarenakan air hujan.

Dia Abel Aurellia Calista si gadis pencinta langit, hari ini dirinya harus menimpa kesialannya, karena lupa untuk membawa payung.

Abel merogoh sakunya berniat untuk mengambil ponsel, tetapi ponsel itu mendadak tidak menyala.

"Yah, hp gue mati!!" decak Abel dengan kesal.

"Terus, gue pulang gimana?" keluhnya, karena dia menghawatirkan akan tidak ada angkutan umum yang lewat.

"Terpaksa gue harus nunggu hujan reda," ucap Abel dengan pasrah, selain untuk menunggu hujan berhenti. Ia berniat duduk di bangku yang ada dibelakang dirinya.

Sambil menunggu hujan reda, Abel memilih mengeluarkan rubrik milikya dari tas. Jari jemarinya mengotak-atik rubrik yang sudah tak beraturan.

Suara deruman motor sport tepat berhenti di depan Abel. Seorang remaja laki-laki berpakaian SMA, bajunya sudah hampir basah kuyup dikarenakan air hujan yang menimpa dirinya.

Ia pun langsung turun dan berjalan menghampiri gadis yang tengah bermain rubrik ini.

"Permisi, gue boleh duduk disini?" tanya remaja laki-laki itu dengan hati-hati.

"Oh boleh, silahkan," ucap Abel mempersilahkan dia duduk disamping dirinya.

"Lo, udah lama neduh disini?" tanya remaja laki-laki itu. "Ngga, baru aja duduk," jawab Abel seraya mengutik-utik rubrik miliknya.

Netra remaja laki-laki itu melirik ke arah logo yang dipakai Abel. "Lo, anak baru?" tanya remaja laki-laki tersebut.

"Iya, gue baru dua minggu sekolah di SMA Taruna Bintang." ucap Abel.

"Oh pantesan, gue belum pernah liat lo."

"Bentar, kok tau gue anak baru?" tanya Abel kebingungan.

"Logo yang di pake lo agak beda," ujar Raden seraya menunjuk logo nya.
Gadis remaja itu melirik ke arah logo yang di pakainya, benar saja logonya terlihat berbeda namun tetap sama.

"Btw, nama lo siapa?" tanya remaja laki-laki itu. "Nama gue, Abel Aurellia Calista."

"Kenalin nama gue, Raden Geynandra Pratama," Mereka berdua saling berjabat tangan.

"Lo, kelas berapa?" tanya Abel. "Gue kelas 12 IPA 2, kalo lo?" tanya balik Raden.

"Kelas 11 IPA 4. Berarti gue manggil lo, kakak?" tanya Abel pada Raden. "Santai aja kali, mau panggil pake nama juga boleh!" balas Raden.

Hawa di halte tersebut tiba-tiba sangat dingin di tambah derasnya air hujan. Ketika mereka berdua sedang berbincang-bincang, fokusnya Raden terbuyarkan. Raden melihat sesosok perempuan yang berdiri tepat di samping Abel. Tetapi Abel tidak melihatnya.

"Lo, gapapa, Bel?" tanya Raden.
"Hah? Gu-gue? Emang gue kenapa?" tanya Abel dengan kebingungan.

"Kalo orang didekati makhluk halus, biasanya orang itu pikirannya sedang kacau atau sedang lelah," batin Raden didalam hati.

"Kak, kenapa liatin Abel kayak gitu?" ucap Abel dengan melirik ke arah Raden. "Nggak, lo beneran gapapa?" tanya Raden memastikan. "Gue nggak kenapa-kenapa," jawab Abel dengan santai.

Tanpa mereka sadari hujan pun sudah mulai reda.

"Lo, pulang sama siapa?"
"Gue? sendiri lah," balas Abel.

"Bareng gue aja!" tawar Raden. "Nggak usah kak, terimakasih."

"Udah lo jangan nolak!" ucap Raden. "T-ta-pi kak,"

"Gak usah tapi tapian, gue gak bakal nyulik, lo. Ayok naik!!" perintahnya. Abel hanya menurutinya dengan pasrah. Ia pun menaiki motor yang sedikit tinggi.

Raden melirik ke arah sosok itu. Ia masih tetap berdiri dipinggir bangku. Wajahnya penuh luka, rambut nya panjang terurai. Tetapi yang membedakannya sosok ini memakai baju seragam SMA yang sudah lusuh. Seketika raut wajah sesosok itu berubah menjadi marah.

Raden langsung menancapkan gasnya meninggalkan halte bus tersebut.

"Rumah lo dimana, Bel?" tanya Raden.
"Di jalan Anggrek No. 61 kak," balas Abel. "Oh, itu mah searah sama rumah gue." ucap Raden.

"Maaf kak, jadi ngerepotin," ucap Abel dengan tidak enak hati. "Gapapa kali, orang rumah gue searah."

•°•°•°•

"Eh, Syer. Itu 'kan cowok lo, ngapain sama cewek lain?" celetuk Fiola. "Wah, gak bisa dibiarin!" balas Syerina seraya melirik ke arah luar jendela mobil.

"Mending kita ikutin aja dari belakang, gimana?" saran Rachel. Syerina pun langsung menancapkan gas mobilnya. Ia membuntuti motor Raden yang ditumpangi Abel.

Motor yang ditumpangi Abel pun berhenti tepat di depan pintu pagar yang serba hitam. "Terimakasih kak, maaf jadi ngerepotin," ujar Abel dengan gak enak hati.

"Dari tadi lo ngomong gitu mulu. Iya, sama-sama. Jangan lupa istirahat! Gue duluan, ya!" pamit Raden pada Abel sambil melambaikan tangannya.

"Hati-hati kak," balas Abel dengan tersenyum ke arahnya dan membalas lambaiannya.

Abel pun langsung membuka pintu pagarnya dan memasuki rumahnya yang minimalis bertingkat itu.

"Oh, jadi ini rumah si cewek ganjen itu!!" ledek Fiola. "Liat aja nanti gue bakal balas! Siapa pun yang berani deketin pacar gue, harus siap dapat akibatnya!!" ancam Syerina.

"Eh, tapi gue belum pernah liat itu cewek," ucap Rachel. "Anak baru mungkin," balas Fiola.

"Gue gak peduli, mau anak baru, anak lama. Yang penting gue harus balas!!" ucap Syerina.

"Kita cabut, males banget gue disini. Nanti ketularan susah lagi!!" celetuk Syerina dengan memutar bola matanya.

Clek..
"Assalamu'alaikum Mah," sapa Abel. "Eh, wa'alaikumsalam. Anak Mamah udah pulang," balas Nisa.

"Iya Mah," Abel mencium tangan Nisa. "Kamu pulang sama siapa?" tanya Nisa ibunya Abel.

"Abel dianterin," jawabnya.

"Sama siapa? Cie kamu udah punya pacar, ya?" ledek Nisa dengan mencubit hidungnya. "Hah? Nggak kok, Mah. Dia itu kakak kelasnya Abel."

"Oh gitu, ya udah abis ini kamu mandi terus istirahat! Nanti turun ke ruang makan buat makan malam bersama!" perintah Nisa.

"Siap Mah," balas Abel.

"Sosok itu siapa sih? Kenapa dia akhir-akhir ini selalu muncul," gumam Raden. Badannya merebahkan di kasur dan netranya tertuju pada langit-langit kamar.

"Apakah sosok itu butuh bantuan?" batinnya di dalam hati.

----

Halo semuanya
Gimana kabar hari ini? semoga baik baik saja ya..

Tekan tombol bintangnya ya and jangan lupa follow dan komen. Biar tambah semangat updatenya.

Terimakasih semua
Terimakasih untuk diriku.

Dendam: Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang