27: [Terperangkap]

47 5 2
                                    

Setitik cahaya menembus, yang perlahan membuat dirinya mengerjapkan matanya. Seluruh tubuhnya terasa nyeri seperti di tusuk -tusuk oleh jarum yang telah di panaskan.

Netranya menelisik ruangan tersebut. Ia berada di ruangan yang minim pencahayaan, bau tidak sedap menusuk ke indra penciumannya. Di sana terdapat bangku-bangku yang tidak terpakai dan sarang laba-laba bergelantungan di mana-mana.

Kini kedua tangan dan kakinya di ikat dengan kuat dan mulutnya ditutupi rapat-rapat menggunakan selotip dengan posisi tergeletak di lantai. Hanya untuk berteriak pun dia tidak bisa. Ia berusaha sekuat tenaga untuk bangun, tetapi nihil seluruh badannya terasa lemas. Tetapi ia tidak pantang menyerah untuk berusaha melepas semua ikatannya.

Suara hentakan kaki terdengar sangat jelas yang berusaha memasuki ruangan tersebut. Terdengar tawa yang menggema di ikuti dengan suara lain.

"Lihat, perempuan bodoh itu masih tertidur!" sarkasnya.

"Mau kau apakan cewek ini?" tanya salah satunya. "Ambilkan silet di meja itu!" perintahnya seraya menunjuk meja yang di maksud.

Abel mendengar semua itu dengan mata pura-pura terpejam.

"Manusia gila!! Pokoknya gue harus keluar dari tempat ini," ucap Abel di dalam hati dengan perasaan geram.

"Nona, tidurnya udah puas?"

"No-nona? Bentar, gue inget sesuatu. Apakah dia orang yang pernah ngancam gue lewat nomor WhatsApp?" gumamnya di dalam hati.

Abel membuka matanya perlahan, dia langsung di sambut dengan wajah bertopeng. Wajah orang-orang itu tertutup oleh hoodie, jadi Abel tidak mengenalinya dengan jelas. Mereka terdiri dari empat orang, dari penampilannya mereka bukan seperti anak sekolahan.

"Gimana? Nyenyak tidurnya?" bisik orang bertopeng itu pada Abel yang masih terbaring di lantai, ia berusaha berteriak minta tolong, tetapi upaya tersebut tidak membuahkan hasil.

Tangan orang bertopeng itu meraih selotip yang menempel di mulutnya Abel, dia melepaskannya dengan keras tiada ampun. Abel hanya bisa merintih kesakitan, sudut bibirnya terasa perih.

"Lepasin gue!! Tolong!!!" teriak Abel dengan keras. Sosok di balik topeng itu tertawa seolah-olah sedang meledeknya.

"Manusia kayak Lo itu tidak pantas hidup di dunia ini!! Hahaha," sarkasnya seraya menarik ujung rambut gadis yang masih tergeletak di lantai.

"Arghh! Lepasin gue!!" rintihnya dengan kesakitan pada bagian ujung kepalanya akibat di jambaknya terlalu keras.

"Manusia biadab!! Harusnya kalian yang pantas mati!" sergah Abel dengan emosi menggebu-gebu.

"Mati?"

Plak!!

Tangan orang bertopeng itu mendarat di pipinya Abel dengan keras yang berhasil membuat pipinya kemerahan dan menimbulkan rasa perih.

"Lo, gila!!" teriak Abel dengan menahan sakitnya.

Srett

Darah segar merembes keluar dari pipinya, yang alhasil darah menetes pada kerah baju yang di pakainya.

"Gimana? Enak?" tanya manusia bertopeng itu dengan senyum smirk di balik topengnya dan di iringi dengan gelak tawa yang menggelegar.

"Kalian ini siapa? Gue punya salah apa sama kalian?" tanya Abel dengan emosi. Darah di pipinya semakin keluar bercucuran, tetapi dia tidak mempedulikan rasa sakit itu.

°•°•°•°•°•°

Pulpen yang di atas secarik kertas itu berhenti menari-nari sejenak. Pikiran yang terlintas di kepala sedang berkalang kabut dan suasana hati tiba-tiba ada rasa yang mengganjal.

Dendam: Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang