Abel yang tengah jongkok memotong rumput liar di kejutkan dengan lemparan batu krikil yang menimpa kepalanya.
Lemparan pertama ia tidak di hiraukan karena mengira ada hantu yang iseng. Tetapi lemparan ke tiga membuat dirinya geram.
"Woi!! Siapa yang lempar batu kerikil ke kepala gue?! Keluar gak lo!!" teriak Abel dengan nada emosi, di tangan kanannya ia masih memegang gunting pemotong rumput dan di tangan kiri nya memegang batu kerikil yang baru saja di lempar dari atas pohon.
Batu kerikil itu kembali melayang di kepalanya Abel.
"Jangan ganggu gue, plis!! Gue di sini cuman mau bersihin area rumah pohon aja, kok!! Gue gak bakal ganggu kalian!!" kata Abel memohon.
Tidak lama kemudian ada seorang yang jatuh dari pohon yang membuat Abel terkejut.
Bruk
"Aw," ringisnya.
Abel yang masih berdiri melongo melihatnya.
"Mampus!!" ledek Abel.
Seorang remaja laki-laki itu berusaha berdiri dan mengatakan sesuatu. "Gue bukan hantu, lo ngeledek gue?"
"Ma-marvin? L-lo ngapain ada di sini?" tanya Abel tertegun.
"Abel? Sejak kapan lo di sini?" tanya Marvin yang sama terkejutnya. "Malah nanya balik, lo gak lihat gue lagi apa?" ucap Abel sambil menunjukkan gunting potong rumput.
"Ya lagi potong rumput lah!" kata Marvin.
"Tadi, lo 'kan yang ngelempar batu kerikil ke kepala gue? Ayo ngaku lo!!" tanya Abel seolah-olah sedang mengintrogasi.
"Hehe, sori sori," ucapnya dengan terkekeh. "Ngapain juga sih lo ada di atas pohon? Gak di sekolah gak di sini sama aja. Apa jangan-jangan teman hidup lo pohon?" ledek Abel.
"Enak aja lo!!" balasnya dengan sedikit merajuk.
"Lo, di sini sama siapa?" tanya Marvin pada Abel. "Sama abang gue, dia lagi beres-beres di rumah pohon," jawabnya.
"Vin, emang lo gak lihat apa di atas banyak yang bergelantungan?" bisik Abel. "Gue udah berteman baik sama 'mereka', Lo juga bisa lihat?" tanya Marvin.
"Iya, semenjak kecelakaan yang menyebabkan gue koma," balasnya sedikit tertunduk. "Udah, udah, lo gak usah inget inget kejadian itu lagi," pintanya.
"Gimana kalo gue bantuin bersih-bersih lo di sini?" tawar Marvin. "Boleh lah, dengan senang hati!" ujar Abel dengan tersenyum.
°•°•°•°Semuanya telah nampak indah dan asri, tidak ada daun-daun yang merambat ke rumah pohon itu lagi.
Mungkin dulu Azka sempat salah paham pada Marvin yang mengira dirinya menabrak Abel, tetapi sekarang ia sudah mulai berteman baik. Mereka semua berbincang-bincang, bercanda dan bergurau tawa bersama.
"Jadi lo itu satu sekolahan sama Abel?" tanya Azka pada Marvin.
"Iya bang," jawab Marvin sambil menganggukan kepalanya.
"Vin, gue mau ngomong sama lo!" pinta Abel. "Bang, Abel di luar ya, biar ada angin sepoi-sepoi," ucap Abel pada Azka. "Ya udah, tapi jangan kemana-mana, ya!!" perintahnya.
Mereka berdua turun menuruni anak tangga rumah pohon itu dan langsung duduk lesehan beralaskan rumput.
"Vin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam: Gadis Misterius
Mystery / ThrillerAbel Aurellia Calista si gadis pencinta langit, harus mengalami nasib yang tragis hingga menyebabkan dirinya koma selama tiga bulan. Semenjak kejadian yang menimpa dirinya itu, dia harus menjalani harinya dengan bertemu dan berkomunikasi dengan soso...