Happy Reading!!
°
°
°Ia masih mencerna apa yang telah terjadi barusan, tidak mungkin apa yang dilihatnya adalah ilusi semata.
"Beneran Nay, gue gak bohong. Tadi jelas banget ada orang yang lompat dari atas dan suara dentumannya juga keras banget. Gue yang ngelihat itu sampe syok banget dan anehnya orang-orang malah diam aja," ujar Abel panjang lebar.
"Seriusan lo, Bel? Tapi di tengah lapangan tidak ada siapa-siapa, hanya ada orang yang tengah bermain basket," ucap Naya sambil celingak-celinguk ke arah lapangan.
Netranya tertuju pada lapangan, seketika Abel tertegun, benar apa yang di katakan sahabatnya itu. Gadis yang tergeletak dan bersimbah darah itu seketika melenyap dengan sekejap. Ia hanya melongo tak percaya atas apa yang di lihatnya barusan.
"Wah, bener-bener ada yang gak beres," batin Abel.
Deg!
Matanya membulatkan sempurna, jantungnya berdegup tak beraturan. Netranya tertuju pada sosok wanita yang memakai seragam SMA sama seperti dirinya, dengan wajah penuh darah dan nyaris hancur yang berada tepat di belakang Naya, tengah tersenyum menyeringai ke arahnya. Abel dengan susah payah meneguk salivanya dan serasa ingin berteriak sekencang-kencangnya tetapi naas mulutnya terasa terkunci rapat-rapat dan setengah badannya bergetar.
"Bel? Lo, baik-baik aja, kan?" tanya Naya dengan khawatir, tidak ada jawaban dari Abel. Pandangannya masih tertuju ke depan.
"Hey? Lo kenapa?" tanya Naya sambil melambai tangannya ke depan wajah Abel.
Sekitar ada sepuluh orang di lapangan yang sedang bermain basket, salah satunya terdapat Raden. Pandangan dirinya teralihkan pada dua remaja perempuan yang berdiri di pinggir lapangan. Matanya tertuju pada perempuan berambut sebahu yang sedang terpaku berdiri dengan tangan sedikit bergetar bukan tak lain adalah Abel. Ia langsung berlari menghampirinya, karena Raden mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Abel!!" teriak Raden berusaha menyadarkannya.
"Istighfar, Bel!" ujarnya dengan menepuk pundak Abel. Sosok yang berada di belakang Naya pun hilang entah kemana.
"Lo, lihat sesuatu, kan?" tanya Raden perlahan.
"Hah? N-nggak kok, gue gak lihat apa-apa," dustanya.
"Sejak kapan kakak di sini?" tanya Abel dengan melirik ke arahnya. "Baru aja," balasnya dengan enteng.
"Lo jangan banyak melamun, banyak-banyak istighfar. Kalau lo lihat lagi, cuekin aja," bisik Raden ke telinga Abel dan di balas oleh anggukan.
Raden menarik sudut bibirnya membuat lekungan indah, lalu dengan cepatnya berlari ke arah lapangan.
"Bel? Lo, kenal sama dia?" tanya Naya dengan tertegun. Abel hanya membalasnya dengan anggukan. "Waduh!" ucap Naya dengan menepak jidat dirinya sendiri.
"Itu namanya musibah Bel!! Plis, lo harus jauhin dia!!" perintahnya dengan heboh. "Kenapa?" hanya satu kata yang keluar dari mulut Abel.
°•°•°•°
Terdengar suara isak tangis yang menyayat hati dan tersedu-sedu. Abel perlahan mengikuti arah suara tangisan tersebut dan sampailah di depan pintu berwarna merah pekat. Lalu di bukakan pintu tersebut, awal masuk sudah di suguhi anak tangga yang sedikit curam. Ruangan ini sangat tidak asing di mata Abel. Ruangan tersebut seperti ruangan bawah tanah.
"Permisi! Apakah di sini ada orang?" ucapnya perlahan tetapi tidak ada sautan, Tangisannya itu semakin meraung-raung seperti yang kesakitan.
"Apakah ada orang?" teriak Abel. Di ruangan bawah tanah itu sangat pengap dan gelap tidak ada lampu penerangan, Ia memilih mengeluarkan handphone dari sakunya untuk menyalakan lampu senter. Ketika ia sedang menyoroti satu per satu sudut ruangan tersebut suara tangisan itu tiba-tiba menghilang, suananya hening tanpa kata di tambah udara yang sangat lembab.
Cahaya lampu senter itu menyoroti ke sebuah kursi berwarna merah yang cukup tinggi, bak seperti kursi raja dan juga terdapat gundukan kayu dan ranting yang sudah menghitam, seperti sudah digunakannya untuk membakar. Ruangan itu persis apa yang telah di mimpikan oleh Abel sebelumnya.
"Hah? Ini, kan?" Seketika Abel tertegun melihatnya seperti ada kejanggalan.
"Ada yang gak beres, gue harus cepet-cepet keluar dari sini," gumamnya.
Abel buru-buru langsung meninggalkan tempat itu, tetapi ketika tiga langkah menuju tangga terdengar ada yang memanggil dirinya. Suaranya sangat lembut seperti hembusan angin yang menembus ke dua telinganya.
"Abel!" panggilnya.
Abel dengan perlahan membalikkan tubuhnya dengan perasaan tidak enak.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya sosok gadis misterius dengan memakai seragam SMA yang sudah lusuh.
"Se-sejak kapan lo ada di sini?" tanya Abel tertegun. "Tempat aku di sini," jawab sosok gadis misterius itu dengan tersenyum.
"Maksudnya?"
"Aku belum punya tempat yang layak," lirihnya sambil tertunduk.
"Aku selalu merasakan sakit tanpa henti. Tolong bantu aku, kamu adalah satu-satunya temanku," ucapnya dengan sorot mata yang sayu.
"Gue harus bantu apa?" tanya Abel.
"Aku ingin mereka yang telah membunuhku merasakan apa yang aku rasakan selama ini, aku ingin membalaskan semua dendamnya pada mereka. Sekarang mereka lagi hidup dengan tenang, sedangkan aku? Aku menderita di sini. Bukankah dunia ini tidak adil?"
"Aku hanya ingin mendapatkan keadilan, setidaknya mereka harus di hukum mati!" lanjutnya dengan perasaan amarah yang menggebu-gebu.
"Balas dendam itu tidak akan datang membawa kebahagian, berdamailah dengan diri sendiri. Dendam hanya akan membawa kesengsaraan," ujar Abel menjelaskan.
Mereka berdua berdiam sejenak, lalu Abel mengucapkan sesuatu.
"Lo tahu siapa pembunuhnya?" tanya Abel penasaran. Sosok gadis itu hanya mengangguk pelan. "Pembunuhnya ada di sekitar sini." Setelah mengucapkan itu Sosok gadis misterius itu menghilang dengan sekejap.
°•°•°•°
Jam pelajaran sudah berakhir, semua siswa berhamburan ke parkiran.
"Hai Raden!" sapa Syerina."Gue boleh ikut nebeng lo gak?" tanya Syerina.
"Jadi cewek itu jangan murahan, berkelas dikit dong," celetuk Darrel yang dari tadi di samping Raden.
"Nah, dengerin tuh apa kata Darrel. Lo, punya kuping, kan?" ucap Raden. "Satu lagi, lo jangan ganggu hidup gue lagi. Kita ini hanya sebatas masa lalu— seharusnya gue dulu gak usah nerima cinta lo," lanjutnya dengan tersenyum miring ke arah Syerina.
"Ck. Lo, itu hanya sampah di mata Raden," ucap Darrel dengan nada mengejek.
"Kalian bermain-main sama gue? Oke, kita liat nanti!" balas Syerina dengan tersenyum miring.
---
Hallow
Menurut kalian siapa pembunuhnya?
Jangan lupa tekan bintangnya ya..
jangan lupa komennya juga, kalau bisa spam komen dan jangan lupa Follow ya..
Terimakasih sudah baca sampai sini.
See you next chapter!!
papayy!!🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam: Gadis Misterius
Mystery / ThrillerAbel Aurellia Calista si gadis pencinta langit, harus mengalami nasib yang tragis hingga menyebabkan dirinya koma selama tiga bulan. Semenjak kejadian yang menimpa dirinya itu, dia harus menjalani harinya dengan bertemu dan berkomunikasi dengan soso...