12: [Usil]

62 10 0
                                    

Happy Reading!!!




Terdengar suara tangisan yang menyayat hati dari dalam toilet. Raden yang tengah membasuh wajahnya tersentak dan langsung melihat sekeliling tidak ada siapapun kecuali dirinya.

"Siapa yang nangis?" ucap Raden dengan tertegun. "Halo? Apakah ada orang disana?" teriak Raden dengan hati-hati tetapi tidak ada jawaban dari dalam sana.

Hawanya berubah menjadi dingin, padahal tidak ada AC. Bulu kuduk Raden mulai berdiri. Dan seketika lampunya mati.

"Sialan!!!" umpat Raden.

"Jangan ganggu gue!!! Disini gue cuman numpang ke toilet." ucap Raden.

"HAHAHA!!!!!" sosok itu tertawa dengan suara yang menggema.

Lagi-lagi Raden kembali tercengang. Raden berniat untuk meninggalkan toilet ini, tetapi seluruh badannya tidak bisa bergerak seolah ada yang menahannya.

"Ah, sialan!!! Kenapa kaki gue gak bisa gerak?!!" ucap Raden dengan nada emosi.

"Mau kemana?" ucap sosok itu dengan suara yang sangat lembut.

"Tolong!!! Aku kedinginan disini!!" lirihnya dengan sangat pilu. "Plis jangan ganggu gue!!" ucap Raden.

"Manusia itu jahat!! Manusia itu keji!! Manusia lebih kejam dari iblis!!" teriaknya dan diringi dengan tawa yang melengking.

Raden langsung membaca ayat kursi didalam hati dengan harapan sosok itu pergi.

"Argghh, sakit!! lirihnya.

Perlahan-lahan sosok gadis itu menghilang entah kemana.

"Huftt," Raden mengeluarkan nafas beratnya dan langsung berlari meninggalkan tempat itu.

Darrel yang sedang berjalan tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat sahabatnya yang sedang berdiri terpaku, wajahnya bercucuran keringat seperti sudah lari maraton.

"Ngapain tu anak berdiri disana?" ucap Darrel dan langsung berlari ke arahnya.

"Woi, lo ngapain disini? Kayak udah di kejar setan aja!" celetuknya.

"Apa jangan-jangan? Lo, udah dikejar setan?" ucapnya ngasal diiringi tawa. Tetapi fakta sih.

"Ada lakban gak?" ketus Raden. "Ada di warung, buat apa?" jawabnya dengan kebingungan.

"Buat lakban mulut lo!!!!"

Raden langsung pergi meninggalkan sahabatnya.

"Mulut gue? Emang mulut gue kenapa?" monolognya sambil memegang bibirnya yang seksi itu

"Woi, Raden!!! Main tinggal-tinggal aja!!" teriaknya.

•°•°•°•

Terlihat Abel sedang tertunduk melihat raganya sendiri yang masih terbaring lemah di rumah sakit. Kini tak ada harapan di matanya.

"Bel, lo bertahan, ya? Setidaknya, lo harus bertahan buat mamah!" monolognya, sedetik kemudian air matanya menetes membasahi pipinya.

Kini yang tersisa hanya hampa dan tak ada lagi semangat di dirinya.

Netra Abel tertuju ke arah pintu, ia melihat kedatangan kakaknya dan diikuti seorang remaja perempuan yang masih memakai baju SMA dengan membawa bingkisan di tangannya. Bukan tak lain adalah sahabat Abel yaitu Naya.

"Bel? Ayo bangun!! Gue kangen sama, lo! Gue khawatir banget sama, lo!! Cepet sembuh ya!! Gue kangen gelak tawa lo." ucap Naya dengan mata berkaca-kaca.

"Tuh, kata temen lo juga bener, lo harus sembuh!! Abang kangen, Bel!! Emang, lo gak kangen gitu sama abang yang ganteng ini?" coleteh Azka.

Abel hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku kakaknya dan sahabatnya itu.

Tak terasa mereka sudah menghabiskan waktunya selama 1 jam. Naya berniat untuk berpamitan karena takut dicari oleh orang tuanya.

"Bell!! Cepat sembuh ya!! Gue mau pulang dulu, ntar gue kesini lagi." ucap Naya berpamitan.

"Kak, gue pamit pulang ya!"

"Ya udah, hati-hati. Mau gue anterin?" tawar Azka dengan basa-basi. "Hehe, nggak usah kak, terimakasih tawarannya. Jagain Abel ya kak!!" ucapnya dan langsung meninggalkan ruangan itu.

"Gue selalu jagain Abel, kok" gumamnya didalam hati.

Azka kembali duduk di hadapan Abel yang masih terbaring.

"Bel, lo inget gak? Waktu kecil kita selalu main hujan-hujanan bareng dan main ke rumah pohon." monolognya.

"Dan maaf!! Selama ini gue selalu acuh dan marah-marah sama lo!! Tapi sebenarnya gue sayang banget kok sama, lo. Tapi gue gak bisa nunjukkin rasa sayang gue, Bel. Pasti lo juga ngerti." tanpa sadar air matanya mengalir.

"Gue sayang sama lo, cill!" bisik Azka ke telinga Abel.

Abel yang melihat itu hanya tertawa geli menyaksikan tingkah laku kakaknya itu.

"Seorang bang Azka nangis? Cengeng amat sih, lo!" ledek Abel.

°•°•°•°

Flashback

Terlihat dua anak kecil yang sedang berlarian bermain hujan-hujanan dan sesekali mereka melempar tawa. Mereka terlihat sangat bahagia seolah-olah tidak ada beban yang menimpa dirinya.

"Ayok kejar aku!!! Wlee wlee wlee." Teriak Abel kecil dengan menjulurkan lidahnya yang mungil itu.

"Ayok!! Siapa takut!!" balas Azka kecil dan berusaha mengejarnya.

Mereka berdua saling kejar-kejaran, baju yang mereka pakai sudah basah kuyup tetapi mereka tidak menghiraukannya malahan mereka sangat senang.

"Huhh, Cemen!!" ledek Abel kecil sambil memberi kode jempol terbalik.

Disaat Abel sedang berlari kencang, ia tak sengaja menginjak cangkang pisang dan ia pun langsung terjatuh mencium aspal. Lututnya mengeluarkan darah segar.

Seketika Azka tertegun melihat adiknya jatuh dan ia langsung berlari ke arah Abel yang masih terduduk kesakitan.

"Aww, sakit!!" rintih Abel kecil dengan memegang lututnya.

"Abel!! Kamu gak apa-apa?" tanya Azka kecil dengan raut wajah khawatir.

Tangisan Abel kecil pun pecah, ia menangis tersedu-sedu dan Azka berusaha untuk menenangkannya.

"Kamu jangan nangis!! Nanti cantik kamu ilang!!" ledek Azka berusaha menenangkan adiknya itu.

Tangisan itu semakin menjadi jadi. "Kamu kalo nangis jelek!! Wleee!" ledeknya. "Udah jangan nangis!! Ayo berdiri!!" ucap Azka kecil dengan mengulurkan tangannya.

------

Haloo🙌

gimana kabarnya? semoga baik-baik aja ya..

Jangan lupa follow, vote dan komen yaa!!!

Biar tambah semangat up nya

Terimakasih semuanya...





Dendam: Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang