24: [Mencekam]

46 9 5
                                    

"Kemungkinan besar, lo hampir di jadikan tumbal sekolah!" pungkas Raden. Abel berhasil membulatkan matanya dengan sempurna dan mulutnya sedikit terbuka.

"Tu-tumbal? Ma-maksudnya?" ucap Abel dengan terbata-bata.

"Lo, inget gak? Ada yang bunuh diri di sekolah?" tanya Raden.

"Waktu gue masih koma?" jawaban Abel itu di setujui oleh anggukan Raden.

"Asal lo tahu Bel, itu bukan kejadian sekali dua kali. Itu hampir setiap bulan ada yang bundir, kebanyakan yang melakukan itu cewek. Dan bukan itu aja, ada salah satu siswi yang ke tabrak mobil sampai meninggal di tempat, tepat di depan sekolah. Gue jadi ke inget sama lo, apa ada hubungannya dengan itu?"

"Oh, iya. Lo tahu plat nomor yang nabrak lo?" tanya Raden pada Abel.

Abel langsung mengangguk dan membisikkannya pada Raden. "B 4 5 7 R D."

"Se-seriusan, Lo?" tanya Raden dengan tertegun. Matanya terbelalak sempurna, mulutnya terbungkam seolah-olah terkunci. Ia tidak berani mengatakan sepatah kata pun.

"Kenapa kaget gitu? Lo, tahu sesuatu lagi?" tanya Abel seraya memperhatikan gerak-gerik Raden, dia seolah-seolah sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"N-nggak ada, gue harap pelakunya cepat ke tangkap." balas Raden dengan sedikit gugup.

"Gue tahu lo lagi menyembunyikan sesuatu dari gue," celetuk Abel.

°•°•°•°

Terlihat seorang remaja laki-laki yang sedang merebahkan dirinya di kasur seraya menatap langit-langit plafon dengan berbagai macam isi pikiran yang sedang bertarung di dalam kepalanya.

"Gue gak nyangka pelaku yang nabrak Abel itu? Arrgghh!" ucapnya dengan frustasi sambil menjambak rambut dirinya menggunakan kedua tangannya. Kini dia memposisikan dirinya duduk di tepi ranjangnya.

Clak

Setetes darah mengenai hidungnya yang mancung. Dia perlahan mendongak ke atas, betapa terkejutnya ia melihat sesosok perempuan berambut panjang yang sedang bergelantungan di plafon kamarnya dengan kepala di bawah dan kaki atas. Perempuan itu tengah menyeringai ke arahnya, dengan wajah yang nyaris hancur, gigi menghitam. Kini ia tepat berada di depan wajah Raden, yang hanya dua jengkal darinya.

Raden hanya bisa berkomat-kamit, membaca ayat kursi dengan berharap sosok itu pergi dari hadapannya. Tetapi sosok itu masih keukeuh bergelantungan. Kedua kaki sosok itu tiba-tiba mengangkang dan merayap di plafon dengan cepat seperti laba-laba.

Raden yang melihat itu terkejut, benar-benar ingin menghilang saat ini juga. Tetapi kedua kakinya tidak bisa bergerak, seolah ada yang mencengkramnya. Keringat dingin sudah mulai bercucuran di dahi nya, jantung berdegup dengan kencang, napas sudah tak lagi beraturan. Sekedar ingin berteriak pun tidak bisa. Di dalam hatinya ia membaca ayat suci Al-Quran tidak henti-hentinya.

Sosok perempuan itu tertawa dengan sangat menggelegar seperti menertawakan Raden yang sedang ketakutan. Tertawanya itu sampai memekakkan gendang telinga.

Dengan susah payah ia bisa berlari meninggalkan sosok itu dan berhasil menuruni anak tangga dengan napas terengah-engah.

"Astaghfirullah."

"Itu setan atau apa ya? Serem banget, seumur-umur gue belum pernah lihat itu setan. Di banding sama Syerina gak kalah seremnya," celetuk Raden

°•°•°•°

"El!! Lo, jangan iseng deh. Mata gue perih!!" teriak Syerina dari dalam kamar mandi. Tiba-tiba air shower yang sedang di gunakan itu mati sendiri.

"El!!"

"Bi!"

"Bibi!!" teriak Syerina tetapi tidak ada jawaban dari keduanya.

"Kemana sih mereka? Mata gue perih!!" gerutunya. Terpaksa dia harus keluar menggunakan handuk, untuk mengecek. Ketika ia akan membukakan pintu kamar mandi, dengan samar-samar ia melihat kedua kaki di belakang dirinya yang sangat pucat dan sedikit lebam berwarna ke kebiruan. Dengan perasaan was-was ia langsung buru-buru meniggalkan kamar mandinya.

Ia melihat sekeliling sudut kamarnya tidak ada jejak siapapun. Syerina memberanikan dirinya untuk keluar kamar siapa tahu ada pembantunya. Dan benar saja, ketika dirinya membuka pintu, alangkah terkejutnya pembantu itu muncul di hadapannya.

"Astaga, bibi ngagetin aja! Bibi kemana aja? Syerina panggil-panggil gak nyaut. Kirain si El yang ngisengin," celotehhya.

Pembantu itu hanya diam tidak menjawab ocehan Syerina dengan tatapan kosong ke depan, wajahnya sedikit pucat seperti tidak biasanya.

"Bi? Bibi kenapa? Sakit?" tanya Syerina pada pembantunya. Pembantu itu tetap tidak menjawabnya.

"Bi, mata Syerina perih. Boleh tolong ambilkan air?" pintanya. Pembantu itu langsung mengangguk menyetujui nya dan menghilang dari hadapannya dengan sekejap, tetapi tidak di hiraukan oleh Syerina. Setelah menunggu beberapa detik, pembantu itu membawa segayung air.

Tanpa pikir panjang, Syerina langsung mengambilnya dan kembali masuk ke kamar mandi untuk membilas busa di kepalanya.

Byur

Setelah mengguyurkan air ke kepalanya, seketika air itu berubah menjadi warna merah pekat dan bau anyir yang menusuk ke indra penciumannya. Syerina reflek berteriak dengan histeris. Bahwa air yang mengenai rambutnya itu bukan air biasa melainkan darah segar yang mengalir.

"AAAAA!!" teriaknya dengan histeris.

Syerina langsung berlari terpontang-panting seraya mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah kena darah itu. Pembantu itu berdiri sambil menertawakan. Seketika wajah pembantu itu berubah menjadi hancur dan terbang mengelilingi dirinya.

Ia semakin menjadi-jadi teriaknya. "AAAA, pergi lo!! Pergi!!"

Sosok yang menyerupai pembantu itu dengan puas menertawakan Syerina yang sedang ketakutan itu. "Hihihi-"

"Kamu takut ya?" ucapnya dengan suara yang sangat serak sambil menyeringai ke arahnya.

"Pergi!! Pergi lo dari sini!! Tolong!!" teriaknya dengan histeris. Malam ini adalah malam yang sangat mencekam bagi dirinya.

"Seekor anak domba yang sedang bermain-bermain dan terjerumus masuk ke kandang singa yang siap untuk menerkamnya. HAHA-" ucap sosok itu dan di iringi tawa yang menggelegar.

---

Assalamu'alaikum semuanya.

Terimakasih atas 1rb pembacanya, sesuai janji aku, aku udah ceritain pengalaman horor ku di wall.

Terimakasih yang sudah support terus cerita aku, terimakasih banyak!!

dan aku mau ngingetin lagi

jangan lupa tekan bintang nya ya.. dan jangan lupa follow dan komennya.

sekian terima gaji, eh terimakasih

see you di chapter selanjutnya!!

Dendam: Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang