Happy Reading!!!
Jangan lupa vote dan komen ya!!!
•
•
•3 bulan kemudian
"Langitnya cantik 'kan, Bel?" netranya menatap indahnya langit biru yang dihiasi dengan sekumpulan awan awan putih dan membuat lekungan indah di bibirnya, sedetik kemudian ia melirik ke arah gadis yang tengah duduk bersama dirinya.
"Iya, cantik." ucapnya dengan tersenyum manis, tanpa sadar ia menunjukkan lesung pipinya.
"Bel?"
"Iya?"
"Gue mau tanya boleh? ucap Raden dan dibalas anggukan oleh Abel.
"Seandainya permintaan lo terkabul, lo mau minta apa? Tiga aja deh!"
"Permintaan? Hmm, yang pastinya gue pengen membahagiakan kedua orang tua, terutama mamah!" ujar Abel.
"Lalu? Yang kedua?" tanya Raden. "Gue pengen hidup lebih lama lagi," jawabnya.
"Kalo misalnya gue gak ada disini, kakak datang ke rumah sakit aja, ya?"
"Gak ada? Maksudnya?" ucap Raden dengan kebingungan. Abel hanya menanggapinya dengan tersenyum."Nggak nggak, kok," balas Abel
"Hmm, oke deh. Dan yang ketiga?"
Abel menarik nafasnya dengan berat. "Gue harap, bisa ketemu sama teman kecil gue," final Abel.
Raden mengernyitkan dahinya dan menoleh ke arahnya. "Siapa?" tanya Raden dengan penasaran.
"Ntah, gue lupa. Tapi gue kangen sama dia!" balas Abel. "Temen kecil lo cowok?" jawab Raden dengan asal tebak.
"Lo tau dari mana? Jangan-jangan lo peramal, ya?" ucap Abel tertegun. "Gue jawab ngasal!" Raden langsung beranjak dari duduknya berniat untuk berdiri, kedua tangannya memasuki saku celananya dengan tatapan masih yang sama memandang langit yang indah itu.
"Kalo misalnya ketemu sama teman kecil lo itu, lo mau ngapain?" tanya Raden tetapi tidak ada jawaban dari seorang gadis itu.
"Bel? Kok lo diem aja sih?"
"Bel?? Kok lo gak nyau-"
Raden langsung membalikkan badannya, alangkah terkejutnya ia tidak melihat Abel di belakang dirinya. Raden menulusuri seluruh area taman tetapi Abel tidak segera ditemukan.
"Abel!!!!! Lo dimana??" teriak Raden.
"Bel!!!"
Sedetik kemudian ia baru ingat apa yang di katakan oleh Abel sebelumnya.
"Astaga, gue harus cepet cepet ke rumah sakit!" seru Raden. Ia langsung bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut dan langsung menancapkan gas motornya melaju dengan cepat.
°•°•°•°
Setiba di rumah sakit, ia langsung memarkirkan motornya. Bau khas rumah sakit menyeruak di indra penciuman Raden. Ia berjalan menyusuri ruangan demi ruangan dan sampailah berhenti didepan ruangan ICU.
Netranya tertuju pada remaja laki-laki yang umurnya diatas dirinya dan kedua orang tuanya Abel sedang mendorong brankar.
"Maaf, sus. Pasien itu yang bernama Abel mau dibawa kemana, ya?" tanya Raden pada suster yang sedang lewat.
"Oh itu, mau dibawa ke ruangan rawat inap, pasien sudah sadarkan diri. Ada yang saya bisa bantu, mas?" ujar suster tersebut.
"Nggak, sus. Terimakasih, ya!" ucap Raden.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam: Gadis Misterius
Bí ẩn / Giật gânAbel Aurellia Calista si gadis pencinta langit, harus mengalami nasib yang tragis hingga menyebabkan dirinya koma selama tiga bulan. Semenjak kejadian yang menimpa dirinya itu, dia harus menjalani harinya dengan bertemu dan berkomunikasi dengan soso...