Netranya tertuju pada seorang remaja perempuan memakai baju SMA yang berlari ketakutan dengan napas sudah tak beraturan. Dari arah belakang ada dua sosok jubah hitam bertopeng yang mengejarnya.
"Tolong!!" Teriaknya dengan histeris.
Abel yang menyaksikan kejadian itu terkejut dan tak bisa berbuat apa-apa. Ia memilih bersembunyi di balik dinding. Abel mengintip perlahan, dan benar saja gadis itu di tangkap oleh dua sosok jubah hitam bertopeng. Remaja perempuan itu berkali-kali sempat memberontak dan berteriak tetapi nihil.
"Mereka mau bawa gadis itu kemana?" tanya Abel di dalam hati.
"Gue harus tolongin dia!!" gumamnya.
Langkah demi langkahnya mengikuti dua sosok jubah bertopeng itu. Mereka menuruni anak tangga dan berhasil masuk ke sebuah ruangan bawah tanah yang gelap dan sesak tidak ada penerangan lampu hanya ada api unggun yang membara. Abel berusaha mengendap-endap dari belakang dengan perlahan agar tidak ketahuan.
Gadis itu tengah di tutup matanya dan di ikat kedua tangan dan kakinya, lalu di lemparkan sembarang seperti hewan. Abel yang melihat kejadian itu langsung membekap mulutnya tak percaya atas apa yang dilihatnya.
"Manusia biadab!! Manusia gila!!" gumam Abel pelan dengan menahan amarahnya.
"Argghhh, tolong!!" lirih gadis remaja itu mengerang kesakitan.
"HAHAHA-"
Terdengar suara tertawa yang menggema seolah-olah sedang menertawakan gadis itu.
Ternyata orang berjubah hitam bertopeng itu tak hanya berdua saja melainkan ada tiga orang lagi, tetapi yang satunya terlihat sedang duduk bak seorang raja.
Tubuh seorang gadis itu di injak-injak sekuat tenaga seolah-olah tidak ada ampun bagi mereka.
"Argghhh, tolong!!" lirih gadis remaja itu semakin mengerang kesakitan. "Semakin kamu berteriak, semakin nambah penderitaan mu nona!!" ucap orang berjubah itu dengan menyeringai.
"Tolong!!"
"Tolong!!"
Gadis itu semakin memberontak. "Diam kamu!!" bentaknya. Orang berjubah hitam yang sedari tadi duduk di kursi muak mendengarkan teriakan gadis remaja itu dan langsung menghampirinya.
"Ayo terus teriak!!! Gak bakal ada yang dengar, kok!!" pekiknya di iringi tawa.
"Lepasin!!" teriaknya gadis remaja itu.
"Bisa diam gak?" bentaknya. Orang berjubah itu mengeluarkan korek api, tidak berlama lagi ia menyundutkan apinya secara paksa pada bibir dan wajah gadis remaja itu.
"Ahkk, sakitt!!" ringis nya.
Mereka semua menertawakan dengan puas tanpa memikirkan kondisi gadis itu.
Abel yang melihat semua ini sangat syok dan geram karena tingkah laku manusia biadab.
"Arghh, gue harus gimana? Kasihan gadis itu! Kalo gue samperin kesana bisa mati gue!!" racau Abel.
Tak sengaja Abel menginjak kaleng yang membuat terdengar suaranya oleh mereka. Para orang jubah itu langsung menoleh ke arah suara tersebut dan matanya tertuju ke arah Abel yang berdiri mematung. "Woi, siapa itu?" teriaknya.
"Me-mereka lihat gue?" monolog Abel dengan raut wajah yang panik.
Seketika Abel terbangun dari tidur lelapnya dengan jantung berdegup dengan kencang, napas sudah tidak beraturan dan keringat dingin bercucuran.
"Ta-tadi gue mimpi?" gumamnya tak percaya. "Huftt, syukurlah!!" Abel dengan berat membuang nafasnya.
"Gila!! Itu mimpi, kayak bener-bener nyata. Tapi siapa gadis itu? Kenapa bisa muncul di mimpi gue? Dan siapa orang berjubah itu?" pertanyaan Abel penuh di otaknya.
"Sekarang jam berapa?" tanya Abel dengan melirik ke arah jam alarm di samping dirinya. "Udah jam 4, gue gak mau lanjut tidur lagi!! Gimana kalo mimpi itu lagi? Gak, gak, plis jangan!!" ucap Abel dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
°•°•°•°
Jam sudah menunjukkan angka 6 pagi. Dengan masih memakai baju piyama, Abel memilih nonton sereal kartun sambil melahap roti dengan balutan cokelat dan segelas susu yang sudah di sediakan oleh dirinya.
Kalian pasti nanyain kemana orang tuanya Abel, kan?
Semenjak Abel sudah pulih dari masa kritis nya, kedua orang tua Abel kembali ke luar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Dek, kok lo gak bagi-bagi sih rotinya?" tanya Azka pada Abel yang masih melahap rotinya berharap di bagi walaupun hanya sepotong.
"Enak aja, bikin sendiri lah!! Jangan manja!! Kakak waktu itu ngomong gitu ke Abel. Jadi kita impas ya!!" balas Abel dengan nada mengejek.
"Awas aja! Gue aduin ke papah!!" ancamnya.
"Main adu adu aja, Cemen huh!!!" ledek Abel. "Apa sih, gak jelas lu!" rajuk Azka.
"Bang, boleh gak Abel keliling komplek? Abel suntuk di rumah terus! Boleh, ya? Boleh? Plis!!" ucap Abel memohon.
"Nggak!! Gak boleh!! Lo 'kan baru pulih, kalo lo ketabrak lagi gimana? Nanti nyusahin gue lagi!!" ujar Azka.
"Cuman bentar doang, kok. Abel cuman mau cari angin do-" tiba-tiba perkataan Abel di potong.
"Tsutt!! Lo, gak boleh kemana-mana. Ini perintah mamah juga, Bel!! Mamah nitipin lo ke gue, jadi gue harus bertanggung jawab," ujarnya.
"Lo, perhatian juga sama gue? Cie udah mulai sayang ya sama gue?" ledek Abel. "Apa sih, gak gak. Ya udah gimana kalo kita ke rumah pohon? Udah lama juga kita gak kesana," saran Azka.
"Boleh juga tuh, ya udah gue siap-siap dulu, ya!!" balas Abel.
°•°•°•°
Rumah pohonnya sudah tak enak lagi di pandang, banyak rumput liar yang merambat, karena sudah lama tidak terurus. Dari pandangan Abel ia melihat berbagai makhluk halus yang menetap di pohonnya tetapi ia tidak menghiraukannya.
"Bel, terakhir kita main kesini kapan?" tanya Azka pada Abel.
"Maybe, delapan tahun yang lalu?" jawab Abel, "True!!" ucapnya.
"Lo, masih inget El ga? El temen kecil lo," tiba-tiba Azka menanyakan hal itu pada Abel.
"El? That sure. Gue masih inget, kok!!" jawab Abel dengan menarik bibirnya membuat lekungan.
"Udah lama gak ketemu, gue kangen sama dia," gumam Abel dengan pelan.
----
Next ga??
Haloo
Assalamu'alaikum
Terimakasih yang sudah baca
Jangan lupa follow, vote dan komen ya!!
Kalo cerita ini tembus 1k pembaca, aku bakal ceritain pengalaman horor pribadi aku, jadi tetap stay tuned yaa.. jangan lupa follow biar ga ketinggalan updatenya.
Thank you!!
See you di chapter selanjutnya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam: Gadis Misterius
Misteri / ThrillerAbel Aurellia Calista si gadis pencinta langit, harus mengalami nasib yang tragis hingga menyebabkan dirinya koma selama tiga bulan. Semenjak kejadian yang menimpa dirinya itu, dia harus menjalani harinya dengan bertemu dan berkomunikasi dengan soso...