17: [Sosok]

50 8 0
                                    

Udara di sore hari mulai terasa sejuk, sinar matahari yang mulai meredup di tambah semilir angin. Pemandangan langit sore sangat indah dengan di hiasi gradasi awan berwarna jingga kemerahan.

Di sisi lain terlihat seorang gadis, yang sedang duduk di balkon rumahnya sambil memandang takjub indahnya langit sore hari. Wajahnya tampak bahagia berseri-seri seperti tidak ada beban yang memikulnya. Ia menarik sudut bibirnya dan membuat lekungan indah. Tetapi pikirannya teralihkan pada kecelakaan dirinya yang sampai menyebabkan koma.

"Gue penasaran, siapa yang nabrak gue waktu itu." gumam Abel dengan raut wajah yang serius.

"Yang ada di TKP kemungkinan hanya Marvin, katanya dia sempet nolongin gue. Ya meskipun abang gue sempet datang juga ke TKP. Dan kemungkinan besar Marvin pasti lihat plat nomor mobil yang nabrak gue," monolog Abel.

"Oke, gue harus hubungin Marvin, eh tapi- gue 'kan gak punya nomor dia," decak Abel. Ketika Abel sedang merenung memikirkan itu semua, tiba-tiba ada yang memanggil dirinya.

"Hai, Bel!!" sapa Naya dengan balutan celana denim dan atasan putih. Di tangannya membawa beraneka ragam buah-buahan. Abel langsung menengok ke arah suara tersebut.

"Hai!!" balas Abel dengan tersenyum sumringah karena kedatangan sahabatnya.

"Gue kangen banget sama lo, Bel!!" ucapnya sambil memeluk erat. "Gue juga, Nay!! Akhirnya lo datang juga." ucap Abel sambil membalas pelukannya.

"Sorry, ya. Gue baru dateng sekarang, sebenarnya gue pengen banget jemput lo dari pagi, tapi ada halangan." ucapnya dengan merasa bersalah. "Iya nggak papa, kesembuhan nenek lo itu lebih penting!" balas Abel dengan tersenyum simpul.

"Gimana hari-harinya di sekolah tanpa gue? Pasti hampa, kan?" tanya Abel dengan sedikit menggodanya

"Sok tau, tapi emang bener sih, hampa banget gak ada lo. Plis gak ada yang ngajarin Matematika, gak ada yang nemenin gue jajan ke kantin. Bener-bener hampa banget. Gue bersyukur banget, lo bisa melewati masa ini semua. Gue seneng banget bisa melihat lo tersenyum lagi." celoteh Naya dengan menahan air matanya agar tidak keluar.

Abel hanya membalasnya dengan tersenyum dan di iringi dengan tertawa ringan. Mereka berdua saling melepas tawa dan bercengkrama ria hingga senja sudah berganti malam.

"Astaga, langitnya sudah gelap?" ucap Naya tertegun. "Kita terlalu asik ngobrol sih. Berapa lama ya, kita ngobrol? Tidak peduli seberapa lama kita bercengkrama, yang penting kita sudah melepas rindu," ujar Abel dengan membentuk lekungan indah di bibirnya.

"Ya udah Bel, gue pulang ya. Takut di cariin. Lo sehat-sehat, ya. Kalo ada apa-apa hubungin gue!! Oke?" pamitnya.

"Ottehh, siap. Terimakasih ya, Nay. Lo, sahabat gue yang terbaik. Ya udah hati-hati, ya!!" balas Abel dengan melambaikan tangannya.

°•°•°•°

Clek..

Abel membuka pintu kamar mandi dengan perlahan, alangkah terkejutnya ia melihat wanita berambut panjang yang lusuh terurai panjang ke depan. Abel memberanikan dirinya untuk masuk dengan pura-pura tidak melihatnya.

Semenjak kecelakaan tragis yang menimpa dirinya hingga menyebabkan koma selama 3 bulan. Ia jadi bisa melihat 'sosok' tak kasat mata.

"Plis gue gak boleh lihat 'dia', mampus!! Jantung gue mau copot. Oke, Bel. Lo, gak boleh lihat, jaga mata lo, Bel!!" ucapnya di dalam hati dengan kondisi jantung naik turun.

Abel dengan buru-buru menyelesaikan aktivitasnya dan ia berhasil tanpa melihatnya. Sosok itu masih tetap berdiri menghadap ke tembok kamar mandi.

"Hufttt." Abel membuang nafasnya dengan lega.

Dendam: Gadis Misterius Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang