( _-*| •C18• |*-_ )

6 4 0
                                    

Malamnya, Thea berbelanja ke mall untuk memenuhi kebutuhan nya, disaat ia keluar dari mall itu, tiba-tiba...

TINN!!

TIN-

BRUKKK!!

Sebuah kecelakaan terjadi didepannya, ia menghampiri orang yang tertabrak itu, sangat tidak menyangka bahwa orang yang tertabrak itu adalah Naren.

"N-naren..."

"NAREN!!"

"H-HIKS N-NAREN!! NAREN!! BANGUN RENN!! HIKS!"

"TOLONG TOLONG!!!"

Naren pun segera dibawakan kerumah sakit. Harumna datang, ia mencoba menenangkannya tetapi nihil. Thea sangat khawatir Naren akan hilang meninggalkannya seperti kakaknya.

Disisi lain, Sadipta sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia tidak dapat mendengar suara Naka, ia curiga. Sadipta pun memutuskan untuk menghampiri adiknya itu digudang.

Setibanya disana, tidak menyangka kalau adiknya pingsan tak sadarkan diri. Ia pun menggendong tubuh Naka itu dan membawanya kerumah sakit.
Sadipta sangat panik, ia merasa sangat bersalah telah menyiksa adiknya sendiri. Ia sudah mencoba cara untuk membangunkannya kembali, tetapi nihil.

Harumna melihat Sadipta yang tergesa-gesa sambil menggendong Naka. Ia tahu sekarang, keadaan nya benar-benar kacau, dan hancur. Harumna bisa merasakan rasa bersalah pada perasaan Sadipta.

Sadipta menunggu adiknya diperiksa diluar, sehingga, dokter pun keluar.

"Jadi, bagaimana keadaan adik saya dok?" tanya Sadipta

"Sudah tidak usah terlalu khawatir, ini sudah biasa terjadi, Naka perlu diperhatikan baik baik lagi, ia belum tersadarkan, ia butuh istirahat sebentar untuk sadar, jaga adik anda baik baik ya, terima kasih, saya pamit dulu," ucap dokternya

"Terima kasih dok!"

Sadipta lalu masuk kedalam ruangan Naka, ia kecewa terhadap dirinya, ia sendiri merasa sangat bersalah, egois, kasar. Ia terus-menerus mengatakan dan menjelekkan dirinya sendiri.

Tetapi, ada sesuatu yang aneh yang membuat Sadipta berpikir. Yaitu, gelang dan cincin itu, ia tidak tahu lagi harus apa, "eh?!" Sadipta mengingat sesuatu. Ia menggenggam tangan adiknya itu, sambil melihat gelang dan juga cincin bintang itu.

"Naka, maafkan kakak, ya..?"

"Kakak sudah gagal menjadi kakakmu, Naka, karena kakak, kamu jadi seperti ini, hiks...h-hghs...k-kakak salah Naka...ini semua salah kak Dipta Naka...hiks,"

"Naka, kakak mau bertanya sama kamu, dari mana kamu mendapatkan itu? gelang yang suka kamu pakai dulu, pemberian dari mami, dan cincin bintang itu, dari kakak, saat kamu ulang tahun, kamu ingat kan Naka, kesenangan saat itu h-hiks m-maaf kak Sadipta, Naka..."

Harumna, terkejut dengan warna yang ada di Sadipta, merah, abu, dan hitam. Ia ikut sakit, melihat suasana Sadipta saat ini, kecewa, egois, amarah, tangisan, rasa bersalah, semua itu mencampuri perasaan Sadipta.

Dokter keluar dari ruangan Naren, Harumna sudah merasakan hal aneh kembali.

"Ehh....hm, permisi, saya ingin memberitahu kondisi Naren sekarang, sebelum nya kami minta maaf, karena kami telah melakukan usaha semaksimal mungkin, tetapi huh! Maaf, Naren harus pergi untuk selamanya meninggalkan dunia,"

"H-hah? Hahaha! Bapak pasti bercanda kan pak dokter?" ujar Thea

"..."

"Jika saya bercanda saat ini, lihatlah kedalam, maaf kita sudah berusaha namun tuhan sudah menjemputnya terlebih dahulu, permisi,"

Thea dan Harumna pun masuk kedalam, terkejut sangat terkejut. Naren ditutupi dengan kain putih, thea menjatuhkan dirinya, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, kematian terus saja menyerangnya. Kenapa? Kenapa?! Kenapa setiap aku senang masalah terus saja ada!! H-hiks.. kenapa...

Harumna hanya bisa terdiam, menahan air mata mengalir, ia sangat kasihan melihat kehidupan Thea yang kini dikeroyok oleh kematian. Seiring waktu berjalan kematian terus-menerus mengelilingi pikiran nya satu-persatu hatinya sangat retak, hancur berkeping-keping, runtuh didalam pikiran sendiri, tenggelam, sakitnya tusukan tombak, sakitnya pistol menembak nya.

Ia hancur, hancur, dan hancur, dalam kehidupan nya sendiri, kini ia sudah kehilangan 3 seseorang yang ia sangat sayang, dengan waktu yang tidak jauh. Kenangan indah yang tidak bisa ia lupakan, kebahagiaan menjadi kesuraman.

"N-nar-naren... Hiks..h-ghs...hiks, N-NAREN!! BANGUN NAREN, HIKS JANGAN T-TINGGALKAN A-AKU! NAREN!! NAREN!!!!"

Sampai keesokan harinya, pemakaman jenazah Naren telah dimulai, kini Harumna menemani Thea disana. Disisi lain, Sadipta mendapatkan kabar dari Harumna bahwa Naren telah meninggal akibat kecelakaan, seperti yang dialami oleh kakaknya Thea. Ia sungguh merasa khawatir dengan kondisi Thea sekarang, trauma, hancur, sakit.

Sadipta masih berada dirumah sakit, menjaga adiknya itu. Saat ia masih tertidur sambil menggenggam tangan Naka, Naka terbangun dari pingsannya. Kepalanya menoleh kearah Sadipta yang sedang tertidur sembari menggenggam tangannya. Dengan hati-hati, Naka mencium kening kakaknya.

"Iya kak, aku maafkan, itu bukan salah kakak, ini pantas untuk Naka, Naka sadar kalau Naka harus lebih mengerti karena Naka kini sudah menjadi dewasa bukan anak kecil lagi, terima kasih kak, cincinnya,"

Naka pun tidur kembali, Sadipta merasa ada yang aneh, ia pun terbangun dari tidurnya itu, ia masih belum menyadari, bahwa didepannya ada sebuah kotak kecil yang diberikan oleh Naka sekarang.

Tanggal 28 Februari 2024, adalah hari dimana Sadipta berulang tahun, kini, Sadipta telah berumur 25 tahun. Naka, sebelum ia pingsan, ia sudah menyiapkan semua ini, ia mengambil beberapa benda berharga dan indah dikotak besar itu.

Sadipta membuka kotak kecil itu, yang ia temukan pertama adalah, surat dan ucapa selamat ulang tahun. Sadipta baru ingat, sekarang ia panjang umur, ia terkejut dan terharu melihat isi dari kotak tersebut. Antara sedih, dan senang, ia sangat terharu dengan isi kotak tersebut, foto kenangannya saat ia masih bayi. Tetapi, dari siapa ini? Dan, dari mana dia mendapatkan semua ini? Sadipta bingung.

Tetapi, ketika ia melihat-lihat foto lainnya, ia menemukan foto, yang dimana ia dengan Naka sedang foto bersama saat bermain bersama qino, bergaya dimall, makan kue, dan foto keluarga mereka setelah Naka diambil olehnya.

"Eh? Foto apa ini? Hm.... Hah?!"

Satu foto yang membuat ia terkejut, yaitu, ada foto bayi yang masih ada didalam kandungan. Sadipta bingung, siapa bayi ini? Tetapi saat ia melihat kebelakang foto tersebut, tertulis nam Naka disana.

'Naka Laut Abhintara '

Dan satu lagi, sebuah flashdisk, ia langsung membuka laptop nya dan memasang nya. Sadipta tidak bisa menahan air matanya lagi, ia pun meneteskan banyak air matanya.
Kenangan nya bersama Naka, kenangan bersama keluarganya, kenangan foto-foto nya dengan Naka bayi, dan disaat vidio terakhir, vidio itu menayangkan, Naka yang sedang merekamnya saat berumur 6 tahun, Sadipta melihat dirinya sedang tidur, ia melihat wajah adik gemasnya itu saat masih kecil, tidak kerasa, lamanya waktu berjalan, kini Naka telah menjadi dewasa.

"Naka, terima kasih ya, kamu, adik kakak yang terbaik untuk kakak,"

Tbc

Muahh, udah mau end aja nih, guyss bantu vote sama komen ya kuy :))

KELOPAK BUNGA [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang