"Sayang." Lembutnya, Miu berucap sangat hati-hati.
"Apa?"
"Besok, bolehkah aku pulang sedikit terlambat?" Ucapnya kembali, seraya menatap Hanzel dengan hangat.
"Kemana?"
"Foei mengundangku datang ke tempatnya, karena besok adalah hari ulang tahunnya."
Hanzel menusukan tatapannya, seperti mencari tau kebenaran dari kalimat sang suami.
Ahh, satu hal lagi, Hanzel juga menjadi lebih posesif akhir-akhir ini.
Meski Miu sangat senang akan hal tersebut, tapi di sisi lain ia juga merasa cemas.
Ya, itu karena Hanzel juga bisa menjadi tidak masuk akal dan marah karena berpikir jika Miu mungkin memiliki hal lain di luar sana yang tidak ia ketahui.
"Naa." Miu sedikit manja, seraya memeluk pinggang si manis yang duduk di sampingnya. "Sebenarnya aku juga ingin mengajakmu, tapi karena Foei membuat pesta di malam hari, jadi mustahil jika aku membawamu juga. Kamu butuh istirahat dan aku mencemaskan kondisimu jika kamu ikut."
"Aku ikut."
"Sayang..."
"Aku ikut, atau tidak boleh pergi."
"Sayang..."
"Aku tidak tau apa yang akan terjadi di sana jika aku tidak ikut. Bisa saja jika banyak wanita yang mendekatimu, dan kamu mungkin akan mengambil kesempatan itu untuk bersenang-senang."
"Hei sayang, mengapa kamu mengatakan hal seperti itu?" Miu meraih kedua pipi si manis, menatap mata indah itu dengan dalam. "Aku tidak akan pernah melakukan hal itu, aku sudah memilikimu, untuk apa juga aku melakukan hal semacam itu?"
"Mungkin Khun bosan padaku."
"Hei." Miu menggeleng cepat.
Lihatlah, Hanzel menjadi tidak masuk akal sekarang.
Sejenak, Miu menghela nafasnya panjang, yang lalu mencoba lebih bersabar. Namun, ia juga merasa sedih, karena Hanzel mengatakan hal seperti itu.
"Baiklah, aku tidak akan datang ke sana." Ucapnya dengan ekspresi sedih.
"Ada apa dengan ekspresi Khun? Apa Khun kesal karena aku..."
"Aku sedih karena kamu berpikir seperti itu tentangku. Aku sangat mencintaimu, tapi kamu mengatakan hal itu lagi. Bukankah aku sudah sering mengatakannya padamu?"
"Jadi Khun marah padaku?"
Miu menarik nafasnya dalam, berusaha menahan diri, bersabar untuk menghadapi si manis. Ya, pada akhirnya Miu yang akan mengalah.
"Sayang." Miu mendekatkan wajahnya pada si manis, menatap sepasang mata indah itu lebih dalam dan penuh kasih sayang di dalamnya. "Kamu tau? Aku tidak marah padamu, tapi aku marah pada diriku sendiri, karena masih belum berhasil membuatmu mempercayaiku sepenuhnya. Aku tidak marah padamu, tapi aku merasa sedih karena orang yang sangat aku cintai masih berpikir jika aku akan bermain di belakangnya. Aku merasa sedih, karena aku belum berhasil meyakinkanmu, jika aku sangat mencintaimu, sangat."
Hanzel terdiam detik itu juga, perasaannya terasa aneh sekarang, terlebih saat ia melihat bagaimana kedua mata Miu yang juga ikut berbicara saat ini. Ya, ada sorot mata penuh arti di dalamnya dan Hanzel melihat hal itu.
"Aku tidak pernah menginginkan orang lain selain dirimu untuk bersamaku, bahkan sekedar membayangkannya, aku tidak pernah melakukan hal itu." Miu menarik nafasnya dalam, yang lalu mengakhiri pembahasan tentang hal tersebut. Ia tak ingin hilang kendali, atau bahkan sampai membuat keributan dengan Hanzel. "Maafkan aku, dan sebaiknya mari kita istirahat." Ucapnya, yang lalu menuntun Hanzel untuk berbaring di sisinya dengan perlahan.
Hanzel masih terdiam, namun entah mengapa, ia merasa bersalah akan hal tersebut. Ya, Hanzel bahkan mencoba mengingat, jika selama bersama... Miu belum pernah memarahinya, atau bahkan melakukan hal buruk terhadapnya.
Miu sangat sabar dan penuh kasih sayang, dia memiliki hati yang sangat hangat dan juga lembut, terlebih untuk Hanzel yang sangat ia cinta.
"Selamat malam sayang." Bisik Miu, mengecup kening Hanzel sejenak, sebelum ia memejamkan kedua mata dan memeluk tubuh si manis.
Di waktu bersamaan, tindakan Miu tersebut justru membuat Hanzel semakin merasa bersalah.
Hingga seperdetik setelahnya...
"Khun Miu."
Miu membuka kedua matanya sejenak, menatap si manis yang kini sedang menatapnya. "Apa sayang? Apa ada yang sakit lagi?" Miu sedikit cemas, takut jika Hanzel merasakan sakit di tubuh seperti sebelumnya. "Di mana yang sakit sayang?"
Hanzel menggeleng pelan, "Maafkan aku."
Seperdetik itu, Miu terdiam sejenak, yang lalu menghela nafas panjang. Mengangguk pelan bersama senyuman, menatap Hanzel manisnya lebih hangat.
"Maafkan aku, karena sudah membuat Khun sedih karena ucapanku."
Miu kembali mengangguk, seraya mengusap pipi si manis dengan lembut.
"Apa Khun memaafkanku?" Hanzel menatap Miu bersama perasaan menyesalnya, di mana tatapan tersebut justru terlihat seperti anak kucing menggemaskan di mata Miu.
Miu mengangguk untuk ke sekian kali, "Kamu tau, jika kamu adalah satu-satunya yang berharga bagiku dan sangat aku cinta."
"Maafkan aku."
"Aku sudah memaafkanmu sayang."
Hanzel mengangguk pelan, yang lalu menenggelamkan wajah manisnya pada dada kekar sang suami. Dia bahkan memeluk tubuh Miu, mencari kenyamanan di dalamnya.
Di waktu bersamaan, Miu melebarkan senyumannya, membalas pelukan Hanzel. Hatinya terasa hangat, atas bagaimana Hanzel saat ini.
"Aku sangat mencintaimu sayang."
.
.
.Hai sayang ❤️
Aku kasih spill lagi salah satu dari sekian banyaknya part manis, gemes dan bucin–– antara Khun M si Khun Husband tampannya Hanzel yang ada di season 2 story MGT aku.
Siapa yang ingin melihat lebih banyak?
Yakin gak penasaran?Ahh... SEASON 3 nya juga sudah mau meluncur sayang ❤️
Ahayy...
Untuk Phi Phi kesayanganku yang belum melihat lebih banyak kisah bucin di dalam SEASON 2 nya-- tenang saja, aku masih menyediakan untuk Phi Phi semua.
SEASON 2 fix Full senyum ❤️
Tidak ada konflik berat di dalamnya. Sangat manis, dan pasti akan menghibur kalian karena bagaimana bucinnya Miu pada Hanzel manisnya.Untuk info, kalian bisa menghubungi aku seperti biasa.
Ayo siapa mau lagi?
Sebelum SEASON 3 nya meluncur ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Greatest TEACHER || MiuKana ✓ ( END )
FanfictionSemua isi di dalam cerita ini hanya fiksi belaka ( Murni dari imajinasiku ). SELAMAT MEMBACA SAYANG ❤️ . . . START : 4 SEPTEMBER 2023 CHAPTER : 14 CHAPTER