My Greatest TEACHER
.
.
."Selamat pagi anak-anak, terima kasih untuk kejutannya, tapi tidak perlu setiap hari memberiku sambutan seperti hari pertama saat aku menjadi bagian dari kelas ini." Ucap Miu dengan tenang, seraya melangkah masuk ke dalam kelas usai ia berhasil menghindar dari beberapa jebakan di sekitar pintu.
Hening, di mana reaksi para murid di kelasnya tak jauh berbeda seperti sebelumnya.
Ya, beberapa terlihat diam dan gelisah, sedangkan beberapa lainnya seperti kesal dan tak suka atas kehadiran Miu. Terlebih, sang wali kelas barunya itu lagi-lagi berhasil menghindar dari jebakan yang mereka berikan, bahkan sejak satu minggu guru itu menjadi bagian dari kelas mereka.
"Baiklah anak-anak, mari kita mulai kelas hari ini." Miu mengulas senyumannya, yang lalu menatap ke arah kursi di mana Kana seharusnya. "Di mana teman kalian yang satu itu?" Tanyanya, namun hanya ada keheningan. "Ah, baiklah. Mari kita lanjutkan, aku akan mengabsen kalian seperti biasa."
BRAK!!!
Seperdetik itu, seluruh pasang mata menatap ke arah pintu, di mana ada beberapa pria dewasa dengan tongkat baseball dan beberapa senjata lain di tangan mereka. Membuat para murid, seketika terkejut dan cukup ketakutan.
"Di mana bajingan kecil itu!" Teriak salah satu dari gerombolan yang terlihat seperti pengacau atau sejenisnya.
Miu yang masih berdiri, kini menumpukan dua telapak tangan di atas meja, yang lalu kembali menatap buku absen.
"Lily Patricia." Ucapnya, melanjutkan aktifitas mengabsennya seakan ia tak peduli dengan orang-orang asing itu.
Namun, pria yang berteriak tadi justru mengayunkan tongkat baseball ke arah papan tulis, seperti menggertak Miu. Di mana hal itu membuat para murid menjerit ketakutan juga terkejut.
Ke mana para penjaga dan guru lainnya?
Tidak ada satupun dari mereka yang berani mendekat, dan Miu bisa melihatnya dari balik jendela. Namun, bukannya mereka tidak mau membantu, hanya saja masing-masing orang yang seperti gangster itu memegang senjata di tangan mereka. Ayolah, siapa orang yang tanpa basic bertarung berani mengambil resiko semacam itu?
"Maaf tuan, siapa yang kau maksud?"
"Bajingan kecil bernama Hanzel."
"Ahh, Hanzel tidak hadir. Hufth! Ku pikir dia membolos hari ini." Ucap Miu dengan tenang, seraya mengerutkan bibir seperti sedang berpikir. "Baiklah tuan-tuan semuanya, jika kalian tidak memiliki urusan lain, maka silahkan pergi. Karena kalian sudah membuang-" Miu menjeda kalimatnya, yang lalu menatap arloji di pergelangan tangannya. "Yup, 1 menit. Kalian sudah menyita waktuku sebanyak itu." Miu menoleh ke arah pria-pria tersebut, yang lalu melemparkan senyuman singkat.
BRAK!!!
Pria itu kembali melayangkan satu pukulan tongkat baseball di tangannya, namun kali ini tepat di atas meja milik Miu.
"Hei, ini sekolahan, jika ingin menjadi jagoan, maka pergilah ke tempatmu saja tuan." Miu memasang ekspresi seperti cemberut, seraya mencoba menarik buku absen yang kini dalam posisi di himpit oleh tongkat pria tersebut.
Mencoba menariknya beberapa kali, hingga akhirnya Miu menghela nafasnya panjang saat pria tersebut seperti sengaja menekannya lebih kuat.
"Ayolah." Ucap Miu, namun pria itu menusukan tatapan tajam dengan senyuman remeh dan mengintimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Greatest TEACHER || MiuKana ✓ ( END )
FanficSemua isi di dalam cerita ini hanya fiksi belaka ( Murni dari imajinasiku ). SELAMAT MEMBACA SAYANG ❤️ . . . START : 4 SEPTEMBER 2023 CHAPTER : 14 CHAPTER