CHAPTER 8 - SAVIOR

1.3K 252 28
                                    

Hai sayang❤️


.
.
.

Selamat membaca ❤️

.
.
.

Jeritan para murid di lapangan kembali menjadi, di mana Miu yang berhasil mencapai lantai bawah, segera berlari untuk mendekat.

"Hentikan!" Miu berteriak, saat satu pria di sana kembali mengangkat pistol untuk bersiap melayangkan tembakan ke udara-- membuat para pria tersebut menoleh ke arahnya.

Di waktu bersamaan, Kana menghentikan langkahnya saat ia berada di lantai dua. Melalui balkon gedung, ia sudah mendapati Miu lebih dulu di sana.

Ya, Kana tidak bodoh, dia bahkan sedikit mencerna jika Miu cukup biaa di andalkan. Mengingat kemarin malam, Kana pasti tau jika Miu tidak hanya sekedar menemukannya begitu saja. Karena yang Kana tau, Dean dan para kelompoknya tidak mungkin berhenti dan meninggalkannya begitu saja.

Kana melipat ke dua tangannya di pembatas balkon, bersandar seraya menatap datar pada hal di bawah sana.

.
.
.

"Maaf, jangan membuat keributan. Apa yang kalian inginkan?"

Satu pria itu menarik seringai, yang lalu memutar tubuh untuk menodongkan pistolnya ke arah Miu. Di mana hal tersebut membuat Miu menghela nafasnya jengah.

"Tuan, ini sekolah dan banyak anak-anak. Bisakah kalian berbicara dengan benar?" Miu msih dengan suara tenangnya, meski ia menahan kesal.

Tidak ada jawaban secara lisan, selain bagaimana pria itu menarik senyuman menantang seraya mendekat dan menekan ujung pistol di tangannya tepat di sisi kepala milik Miu, hingga Guru Zee semakin panik dan para murid yang menyaksikan kini berteriak ketakutan untuk ke sekian kalinya.

"Di mana bocah kurang ajar itu?" Tegas pria tersebut, membuat Miu mengerutkan ke dua alisnya.

"Siapa yang tuan maksud? Dan mengapa harus mengangkat pistol seperti ini? Bukankah cukup memalukan bagi orang-orang seperti kalian, mengangkat senjata dan datang bergerombolan hanya untuk mencari seorang anak remaja SMA?"

Pria tersebut menggertakan ke dua rahangnya dengan keras, seperti kalimat Miu menampar harga dirinya.

"Ku peringatkan, suruh mereka semua menurunkan senjata, atau aku akan melakukan sesuatu untuk kalian." Ucap Miu kembali, namun yang kali ini sedikit berbisik dan terkesan penuh penekanan.

"Kau menantangku! Ingin ku habisi anak-anak ini! Hah!"

Miu menusukan tatapannya, ia tak suka jika muridnya di sentuh. "Apa kau ingin kehilangan satu tanganmu seperti seorang Eliot Danzel?" Ucapnya penuh penekanan, namun hanya bisa di dengar oleh dirinya dan pria tersebut.

Seperdetik itu, pria di depannya bungkam-- terkejut atas kalimat Miu barusan.

Ya, Miu menyebut satu nama yang tidak asing, seorang Eliot Danzel, yang tak lain adalah pemimpin salah satu gembong kriminal di kotanya.

Ayolah, dia adalah seorang Khun M, yang bahkan mantan ketua dari organisasi salah satu mafia yang paling di kenal mengerikan dan brutal. Jadi jangan heran, jika Miu mengenal banyak organisasi hitam semacam itu-- termasuk seorang Eliot Danzel. Pria yang pernah berurusan dengannya.

Bagaimana Miu mengetahui pria di depannya adalah bagian dari Eliot? Mudah saja, meski tidak semuanya, tapi beberapa organisasi seperti mereka pasti memiliki sesuatu yang melekat pada setiap anggotanya-- seperti sebuah identitas dan untuk menandakan dari mana mereka berasal, entah beberapa atribut, tato di tubuh, atau hal lainnya.

My Greatest TEACHER || MiuKana ✓ ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang