cw // murder; witchcraft
Gemeretak api unggun menjadi satu-satunya yang menjadi suara di telinga, hutan begitu sunyi dan Darius dapat melihat sedikit bagian dari wajah-wajah dengan mata terbuka di depannya, darah menetes dari bibir mereka.
Laki-laki itu menjatuhkan dirinya, tergeletak di atas rerumputan. Dia menatap tangannya sendiri, bergetar dan nafasnya tersengal. Di depannya adalah selubung hitam pekat, melayang terkelabui gelapnya malam.
"Apa yang kau lakukan pada mereka?"
Bayangan itu berbalik, wajah pucatnya tertutupi kain hitam yang digantung di kedua telinganya. "Aku tak melihatmu disini tadi."
"Apa yang kau lakukan pada mereka?!" ulangnya, menjerit. "Emrys!"
Nafas Darius tercekat, tangannya menahan bayang-bayang yang mengelilingi lehernya. Mata Emrys berpendar merah. "Aku bisa menghabisimu," bisiknya, tertawa. "Lalu bahkan sang raja tak perlu tahu soal ini."
Pelayan itu menguatkan genggamannya, justru meremas lebih lehernya, membuatnya semakin tercekat. Aster. Apa yang akan Aster katakan ketika mengetahui bahwa perdana menteri terpercayanya telah membantai para makhluk abadi? Dia dapat melihat sedikit bulu-bulu elang yang berjatuhan. Elang cakar tembaga.
Dia merasakan air matanya mengalir.
Aster.
Dia ingin berlutut pada raja dan kekasihnya, memohon untuk memaafkannya.
Bangun. Bangun!
Darius menarik nafas, mendorong dirinya sendiri dari ranjang tepat ketika dia membuka mata. Tangannya meraba lehernya sendiri, rasa tercekat masih terbayang di wajah pucatnya sementara keringat mengalir dari pelipis.
Dia menoleh pada Aster yang masih tertidur di sampingnya, tangan saling menggenggam erat. Dia mengusap wajah, mencoba melepaskan tautan jemari mereka sebelum menarik jubah tidurnya, menutupi tubuhnya dan beranjak ke arah balkon.
Langit Asterope selalu cerah, dan walaupun dia hanya dua kali berada disana bersama dengan sang raja, Darius selalu menyukainya. Dia tersenyum kecil, menyandarkan tubuh ke sangga balkon tersebut.
Pikirannya teralih ketika dia menemukan para elang cakar tembaga sekarat di hutan gelap, dengan bayang-bayang Emrys di sekeliling mereka. Ada sebuah ancaman yang membuatnya tak mampu mengucapkan apapun pada rajanya, dan ada abdi lain yang ada di hatinya untuk menutupi segalanya.
Dia menyentuh permata di bandul kalungnya, pendarnya bersinar di dalam gelap, berdegup seperti jantung kedua yang kini dia miliki.
"Ketika waktunya tiba, kau akan mampu menggunakannya."
Darius mengusap kembali wajahnya. Dia hanyalah seorang pelayan yang secara tidak sengaja memikat hati sang pangeran kecil, mengikutinya hingga dewasa dan naik menjadi raja. Dia tak seharusnya berada dalam keadaan seperti ini. Dia hanya ingin bersama rajanya dan berada di sampingnya.
Kenapa?
Kenapa–
Kenapa–
Kenapa–
"Apa yang kau lakukan disini, Merak Kecil?"
Darius berjengit, berbalik dan memperhatikan bayang-bayang. Degup jantungnya beriringan dengan permata di kalungnya, nafasnya tercekat. Dia mengeluarkan sebuah belati yang selalu dia simpan semenjak malam itu, menghunuskannya ke arah kegelapan.
Sebuah tawa terdengar. "Kau tahu bahwa itu tak bisa melindungimu."
"Setidaknya aku akan mati setelah mencoba."
![](https://img.wattpad.com/cover/360249416-288-k852778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance of the Rats • sunsun • end •
FanfictionDi bawah sinar rembulan, sang merak menutup mata. Nan indah dan tak sama, dunia 'kan berputar. Sang anak manusia 'kan datang bersama tandingannya: hati sebening permata yang tak pernah hilang. Di tengah kekacauan dan akhir dunia, sang makhluk abadi...