cw // paralysis
Marcellus melepaskan tudung yang menutupi wajahnya, ungu muda kentara di antara coklat compang-camping. Mungkin beberapa orang telah mengenalinya – mengingat wajahnya di kuil setiap pagi dan sore. Kota begitu sepi, hanya ada sedikit setelah yang lain terungsikan oleh ibu angkatnya.
Dia menatap gerbang istana yang menjulang di atasnya, menghela nafas. Ada sedikit rasa takut di dalam dirinya bahwa Alpheus tak ingin menemuinya lagi, namun dengan perintah Draco, dia tak tahu kemana dia harus pergi kembali. Namun penghormatannya merasa bahwa dia tak pantas untuk bahkan melihatnya dari kejauhan.
Dan hati Marcellus terasa sakit setiap kali mengingatnya.
"Marcel." Dia menoleh ketika melihat temannya berjalan dari gerbang, mengernyitkan dahi. "Apa yang kau lakukan disini?"
"Aku–"
"Kau tak seharusnya berada disini," ucapnya, menariknya pergi.
Tentu saja Marcellus memahami itu.
Mungkin seharusnya dia kembali ke kuil dan bersujud di kaki sang pendeta agung karena tak sanggup memenuhi sumpahnya. Namun dia menyadari tangan Jason yang bergetar, dan bagaimana dia enggan menatap matanya ketika mereka tiba di lorong-lorong tak jauh dari pasar.
Walaupun Marcellus harus mengalihkan ingatan tentang bagaimana ciuman Alpheus terasa di sisi-sisi dindingnya.
Dia mengawasi temannya dengan hati-hati, sementara Jason bersandar di dinding, menghela nafas. "Apa ada sesuatu terjadi?" dan ketika dia menggeleng, pendeta itu sama sekali tak mempercayainya. "Jason–"
"Kau ingin menemui Yang Mulia?"
"Untuk apa lagi aku pergi ke istana?"
"Kau tak bisa menemuinya, Marcel," tegasnya, dan dia melihat Jason mengusap rambutnya ke belakang, menghela nafas. "Kau tak bisa menemui seseorang yang telah bertunangan, terutama ketika dia berada di pangkat yang lebih tinggi darimu."
Marcellus merasakan kakinya melemah, mengedipkan kedua matanya. Semua kata terasa tercekat di tenggorokannya. Bertunangan? Alpheus takkan melakukan hal seperti itu. Tidak ketika ada sesuatu yang seharusnya dia pikirkan.
Namun–
"Dengan siapa?" dia menyentuh kedua lengan temannya, memaksanya untuk memperhatikannya. "Jason, katakan padaku." Dia melihat matanya bergetar, menunduk. "Jason!"
"Lord Charles Hornsby," mulainya, dan Marcellus merasakan dirinya semakin melemah. Sangat lemah hingga Jason harus menangkapnya dari jatuh. "Marcel, ada alasan kenapa Alpheus melakukan ini."
Tentu saja ada.
Tidak mungkin tak ada 'kan?
"Tapi dia tak bisa memberitahumu," ucapnya lagi. "Kau harus mengerti."
"Aku–"
Marcellus tercekat. Dia ingin mengerti. Dan bahkan, mungkin jauh di dalam dirinya, dia telah mengerti. Alpheus tak pernah menjadi miliknya – bahkan dalam waktu mereka bersama, pangeran itu adalah milik Asterope. Orang yang akan melakukan segalanya demi kelangsungan hidup kerajaannya. Bukan Marcellus. Bukan untuknya.
Dia menutup mata, menyandarkan kepala di dinding, sementara Jason membiarkan tubuhnya merosot ke bawah. Untuk apa Draco memintanya kemari ketika dia tak lagi memiliki tujuan? Apa mungkin naga itu telah tahu apa yang terjadi dan ingin dia melihat sendiri?
"Aku harus pulang," ucapnya pada akhirnya. "Kuil membutuhkanku."
Jason hanya menganggukkan kepala, dan bahkan dia sudah lelah untuk melihat apa yang sebenarnya temannya pikirkan. "Aku harus kembali ke istana," ucapnya. "Aku harus ada ketika Alpheus memanggilku."
![](https://img.wattpad.com/cover/360249416-288-k852778.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance of the Rats • sunsun • end •
FanfictionDi bawah sinar rembulan, sang merak menutup mata. Nan indah dan tak sama, dunia 'kan berputar. Sang anak manusia 'kan datang bersama tandingannya: hati sebening permata yang tak pernah hilang. Di tengah kekacauan dan akhir dunia, sang makhluk abadi...